Kejaksaan Sebagai Lembaga Pemerintah yang Melaksanakan Kekuasaan Negara di Bidang Yudikatif

49 Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya di bidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan. 151 RM Surachman dan Jan Maringka dalam bukunya berpendapat bahwa kedudukan kejaksaan dalam undang-undang tersebut masih samar problematik, ambigu, sehubungan dengan makna kekuasaan Kejaksaan dalam melakukan kekuasaan negara dibidang penuntutan secara merdeka. 152 Kekuasaan yudikatif atau yang sering disebut kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka Karena dalam pelaksanaannya, Undang-Undang 16 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Kejaksaan Republik Indonesia dituntut menjalankan fungsi dan kewenangan secara merdeka. Namun di sisi lain, kemerdekaan itu rentan dengan intervensi apabila pemerintah tidak benar-benar memiliki komitmen dalam menegakkan supremasi hukum, mengingati Kejaksaan merupakan lembaga yang berada di bawah kekuasaan eksekutif.

B. Kejaksaan Sebagai Lembaga Pemerintah yang Melaksanakan Kekuasaan Negara di Bidang Yudikatif

151 Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 berbunyi “Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Dalam Penjelasan pasal 2 ayat 3 dikatakan “yang dimaksud dengan “Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisahkan” adalah satu landasan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara kesatuan kebijakan dibidang penuntutan sehingga dapat menampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan tata kerja Kejaksaan. 152 Dalam Penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 menjelaskan bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan tersebut memiliki tujuan untuk melindungi profesi kejaksaan yang digariskan dalam “Guidelines on The Role of Prosecutors” dan “International Association of Prosecutor”. Lihat RM Surancham dan Jan Maringka, Eksistensi … Op.cit. hlm 98-99 Universitas Sumatera Utara 50 yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. 153 Dalam Pasal 2 UU 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, dikatakan bahwa kejaksaan merupakan lembaga pemerintah yang menjalankan kekuasan pemerintah di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan pada undang- undang dalam kekuasaan tersebut dilaksanakan secara merdeka dan Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah satu atau tidak terpisahkan. Pelaksanaan kekuasaan negara ini diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung yang berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan NKRI, Kejaksaan Tinggi yang berkedudukan di ibukota provinsi yang daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi dan terakhir Kejaksaan Negeri yang berkedudukan di ibukota kabupatenkota yang daerah hukumnya meliputi wilayah kabupatenkota. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kejaksaan merupakan lembaga yang berada di bawah kekuasaan lembaga eksekutif, namun termasuk salah satu badan yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman menurut Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena menjadi bagian dari lembaga peradilan. 154 Kewenangan kejaksaan yang diatur dalam UU no 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan RI terbagi-bagi atas bidang pidana, perdata dan tata usaha negara serta 153 Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 154 Pasal 3 – 4 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI Universitas Sumatera Utara 51 bidang ketertiban dan kesejahteraan umum. Berikut adalah tugas dan kewenangan Kejaksaan yang berkaitan dengan peradilan: 1. Bidang Pidana: a. melakukan Penuntutan; b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat; d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang; e. melengkapi perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan pihak penyidik. Dalam hal penuntutan pihak Kejaksaan sebagai Penuntut Umum setelah menerima berkas atau hasil penyelidikan dari penyidik segera setelah menunjuk salah seorang jaksa untuk memperlajari dan menelitinya yang kemudian hasil penelitiannya diajukan kepada Kepala Kejaksaan Negeri Kajari. Menurut Leden Marpaung bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penuntutan yaitu 155 a. Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik karena ternyata belum lengkap disertai petunjuk-petunjuk yang akan dilakukan penyidik prapenuntutan : b. Melakukan penggabungan atau pemisahan berkas c. Hasil penyidikan telah lengkap tetapi tidak terdapat bukti cukup atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya disarankan agar penuntutan dihentikan. Jika sara disetujui maka diterbitkan surat ketetapan. Atas surat ketetapan dapat diajukan praperadilan. d. Hasil penyidikan telah lengkap dan dapat diajukan ke pengadilan Negeri. Dalam hal ini Kajari menerbitkan surat penunjukkan Penuntutan Umum. 155 Leden Marpaun, Tindak Pidana Korupsi dan Pemecahannya, Jakarta: Sinar Grafika 1992, hlm.19-20 Universitas Sumatera Utara 52 Penuntut umum membuat surat dakwaan dan setelah surat dakwaan rampung kemudian dibuatkan surat pelimpahan perkara yang diajukan kepada Pengadilan Negeri. Selain tugas dan wewenang Kejaksaan yang diatur dalam Undang- undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, juga di dalam KUHAP diatur tugas dan kewenangan tersebut. Berdasarkan itu menurut Djoko Prakoso dapat diinventarisir kewenangan yang diatur dalam KUHAP tersebut sebagai berikut. 156 a. Menerima pemberitahuan dari penyidik dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana Pasal 109 ayat 1 dan pemberitahuan baik dari penyidik maupun penyidik pegawai negeri sipil yang dimaksud oleh Pasal 6 ayat 1 huruf b mengenai penyidikan dihentikan demi hukum. b. Menerima berkas perkara dari penyidik dalam tahap pertama dan kedua sebagaimana dimaksud oleh Pasal 8 ayat 3 huruf a dan b dalam hal acara pemeriksaan singkat menerima berkas perkara langsung dari penyidik pembantu Pasal 12. c. Mengadakan pra penuntutan Pasal 14 huruf b dengan memperhatikan ketentuan materi Pasal 110 ayat 3, 4 dan Pasal 138 ayat 1 dan 2. d. Memberikan perpanjangan penahanan Pasal 24 ayat 2, melakukan penahanan rumah Pasal 22 ayat 2, penahanan kota Pasal 22 ayat 3, serta mengalihkan jenis penahanan Pasal 23. e. Atas permintaan tersangka atau terdakwa mengadakan penangguhan penahanan serta dapat mencabut penangguhan dalam hal tersangka atau terdakwa melanggar syarat yang ditentukan Pasal 31. f. Mengadakan penjualan lelang benda sitaan yang lekas rusak atau membahayakan karena tidak mungkin disimpan putusan pengadilan terhadap perkara itu memperoleh kekuatan hukum yang tetap atau mengamankannya dengan disaksikan oleh tersangka atau kuasanya Pasal 45 ayat 1. g. Melarang atau mengurangi kebebasan hubungan antara penasehat hukum dengan tersangka sebagai akibat disalahgunakan haknya Pasal 70 ayat 4 dan mengawasi hubungan antara penasehat hukum dengan tersangka 156 Djoko Prakoso, Alat bukti dan Kekuatan Pembuktian didalam Proses Pidana, Yogyakarta: Liberty, 1988, hlm. 23-25 Universitas Sumatera Utara 53 tanpa mendengar isi pembicaraan Pasal 71 ayat 1. Dan dalam hal kejahatan terhadap keamanan negara dapat mendengar isi pembicaraan tersebut Pasal 71 ayat 2. h. meminta dilakukan praperadilan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menerima sah atau tidaknya penghentian suatu penyidikan oleh penyidik Pasal 80. Maksud Pasal 80 inii adalah untuk menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran melalui sarana pengawasan secara horizontal. i. Dalam perkara koneksitas, karena perkara pidana itu harus diadili oleh pangedilan dalam lingkungan peradilan umum, maka penuntut umum menerima penyerahan perkara dari oditur militer dan selanjutnya dijadikan dasar untuk mengajukan perkara tersebut kepada pengadilan yang berwenang Pasal 91 ayat 1. j. Menentukan sikap apakah suatu berkas perkara memenuhi persyaratan atau tidak untuk dilimpahkan ke pengadilan Pasal 139. k. Mengadakan tindakan lain antara lain meneliti identitas tersangka, barang bukti dengan memperhatikan secara tefas batas wewenang dan fungus antara penyidik, penuntut umum dan pengadilan Pasal 14 huruf i. l. Apabila penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, maka dalam waktu secepatnya ia membuat surat dakwaan Pasal 140 ayat 1. m. Membuat surat penetapan penghentian penuntutan Pasal 140 ayat 2 huruf a. n. Melanjutkan penuntutan terhadap tersangka yang dihentikan karena adanya alasan baru Pasal 140 ayat 2 huruf d. o. Mengadakan penggabungan perkara dan membuatnya dalam suatu surat dakwaan Pasal 141 p. Mengadakan pemecahan penuntutan splitsing terhadap satu berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan beberapa orang tersangka Pasal 142. q. Melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan disertai surat dakwaan beserta perkara Pasal 143 ayat 1. r. Membuat surat dakwaan Pasal 143 ayat 2. s. Untuk maksud penyempurnaan atau untuk tidak melanjutkan penuntutan, penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan hari sidang atau selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai Pasal 144. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 dan Undang- Undang 5 Tahun 1991 mengatur tugas dan wewenang Jaksa Agung, yaitu: Universitas Sumatera Utara 54 a. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang Kejaksaan; b. B. Mengefektifkan proses penegakkan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang; c. Mengkoordinasikan penanganan perkara pidana tertentu dengan instansi terkait berdasarkan Undang-Undang yang pelaksanaan koordinasinya ditetapkan oleh Presiden; d. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum; e. Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara; f. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana; g. Menyampaikan pertimbangan kepada Presiden mengenai permohonan grasi dalam hal pidana mati; h. Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, Pasal 36 ayat 1, 2, dan 3, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, Pasal 33 ayat 1, 2, dan 3 sama-sama menegaskan bahwa Jaksa Agung memberikan izin kepada tersangka atau terdakwa untuk berobat atau menjalani perawatan di rumah sakit dalam negeri, kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilakukan perawatan di luar negeri. Izin secara tertulis untuk berobat atau menjalani perawatan di dalam negeri diberikan oleh Kepala Kejaksaan Negeri Setempat atas nama Jaksa Agung, sedangkan untuk berobat atau menjalani perawatan di rumah sakit di luar negeri hanya diberikan oleh Jaksa Agung. Izin dimaksud hanya diberikan atas dasar rekomendasi dokter, dan dalam hal diperlukannya perawatan di luar negeri rekomendasi tersebut dengan jelas menyatakan kebutuhan untuk itu, yang dikaitkan dengan belum mencukupinya fasilitas perawatan tersebut di dalam negeri. Universitas Sumatera Utara 55 Secara keseluruhan tugas serta kewenangan Kejaksaan yang diatur dalam Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia maupun Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana digunakan oleh pihak Kejaksaan dalam usaha penegakkan hukum tanpa terkecuali berdasarkan tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Kejaksaan, dapat dilihat bahwa antara penyidik, penuntut umum dan hakim dalam rangka melaksanakan penegakkan hukum di bidang pidana dapat dikatakan sebagai rangkaian kegiatan yang saling menopang satu sama lain. 157 2. Bidang perdata dan tata usaha negara: 158 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia menyebutkan bahwa dalam bidang perdata dan tata usaha kejaksaan dengan kuasa khusus bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara 159 serta dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya 160 Pasal 24 ayat 1 undang-undang tentang kejaksaan berbunyi: “Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan tugas dan kewenangan Kejaksaan di bidang perdata dan tata usaha negara. 2 lingkup bidang perdata dan tata usaha negara sebagaimana ayat 1 . Di luar dari pada undang-undang kejaksaan, tugas pokok dan fungsi dari lembaga kejaksaan juga diatur dalam Perpres RI Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI. 157 Ibid, hal 26. 158 Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67 159 Pasal 30 ayat 2 Undang-undang No 16Tahun 2004 160 Pasal 34 ayat 2 Undang-undang No 16 Tahun 2004 Universitas Sumatera Utara 56 meliputi penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum, dan tindakan hukum lain kepada negara atau pemerintah meliputi lembaga badan negara, lembagainstansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negaradaerah di bidang perdata dan tata usaha negara untuk menyelamatkan, memulihkan kekayaankeuangan negara, menegakkan kewibawaan pemerintah dan negara serta memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat. 161 1. Penegakkan Hukum merupakan tugas Jaksa sebagai Pengacara Negara untuk mengajukan gugatan atau permohonan kepada pengadilan di bidang perdata sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka memelihara ketertiban umum, kepastian hukum dan melindungi kepentingan negara dan pemerintah serta hak-hak keperdataan masyarakat. Contoh i mengajukan gugatan pembatalan perkawinan Pasal 26 ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 1974, ii mengajukan permohonan pembubaran PT dengan alasan PT melanggar kepentingan umum atau PT melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang undangan. iii Pasal 146 ayat 1 huruf a UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. iv Mengajukan permohonan pailit dengan alasan kepentingan umum. Pasal 2 ayat 2 UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundan Kewajiban Pembayaran Utang. v Pembatalan Paten UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten pasal 91 ayat 4. Berikut ini uraian berdasarkan ruang lingkup tugas dan kewenangan Jaksa Agung Muda Perdata dan TUN 161 Universitas Sumatera Utara 57 2. Bantuan Hukum merupakan tugas Jaksa sebagai Pengacara Negara dalam bidang Perdata dan Tata Usaha Negara untuk melakukan pemberian jasa hukum kepada Instansi Pemerintah atau Lembaga Negara atau BUMN atau Pejabat Tata Usaha Negara untuk bertindak sebagai Kuasa Pihak dalam perkara Perdata dan Tata Usaha Negara berdasarkan Surat Kuasa Khusus. 3. Pertimbangan Hukum adalah tugas Jaksa Pengacara Negara untuk memberikan pendapat hukum Legal opinionLO danatau pendampingan Legal Assistance di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara atas dasar permintaan dari Lembaga Negara, instansi pemerintah di pusatdaerah, BUMNBUMD, yang pelaksanaannya berdasarkan Surat Perintah JAM DATUN, Kajati, Kajari. 4. Tindakan Hukum lain adalah tugas Jaksa Pengacara Negara untuk bertindak sebagai mediator atau fasilitator dalam hal terjadi sengketa atau perselisihan antar lembaga negara, instansi pemerintah di pusatdaerah, BUMNBUMD di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara. 5. Pelayanan Hukum adalah tugas Jaksa Pengacara Negara untuk memberikan penjelasan tentang masalah hukum perdata dan tata usaha negara kepada anggota masyarakat yang meminta.

C. Kejaksaan Sebagai Lembaga Pemerintah yang Melaksanakan