Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia

16 telah melakukan suatu tindak pidana dalam yuridiksinya 48 dan juga melaksanakan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. 49 Dari seluruh pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa sejak dahulu jaksa merupakan suatu jabatan yang mempunyai kewenangan yang fungsinya sejatinya senantiasa terkait dengan bidang yudikatif, bahkan pada masanya dihubungkan pula dengan bidang keagamaan. Pada saat sekarang ini Kejaksaan menjalankan kewenangan melaksanakan penuntutan, dimana hal tersebut terkait dengan kekuasaan kehakiman dengan fungsi yang sangat dominan sebagai penyandang asas dominus litis, pengendalian proses perkara yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang dinyatakan sebagai terdakwa dan diajukan ke Pengadilan berasarkan alat bukti yang sah menurut Undang-undang, dan sebagai excecutive ambtenaar pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan dalam perkara pidana. Disamping itu terdapat kewenangan-kewenangan lain yang akan seluruhnya akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya. 50

2. Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia

Manusia sejak dahulu kala selalu hidup bersama-sama dalam suatu kelompok zoon politicon. Ungkapan tersebut dikatakan oleh seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles 382-322 S.M. kira-kira 4 abad sebelum lahirnya Isa 48 Pasal 137 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 49 Pasal 270 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 50 Pusat Litbang Kejaksaan Agung RI, Studi Tentang Implementasi Kekuasaan Penuntutan di Negara Hukum Indonesia, diakses dari https:www.kejaksaan.go.id unit_kejaksaan.ph p?idu=28idsu=35id=54A, terakhir diakses pada 16 Mei.2016 pukul 23.06 wib. Universitas Sumatera Utara 17 Almasih. 51 Manusia berjuang bersama-sama mempertahankan hidupnya mencari makan, melawan bahaya serta melanjutkan keturunannya dengan berinteraksi, mengadakan hubungan sosial untuk mempertahankan hak mereka untuk dapat hidup di tempat tertentu yang mereka anggap baik untuk sumber penghidupan. Pada tahapan selanjutnya seseorang atau sekelompok kecil orang-orang ditugaskan mengatur dan memimpin kelompoknya. Pemimpin kelompok inilah yang diberi kekuasaan-kekuasaan tertentu dan kelompok manusia tadi diharuskan menaati peraturan-peraturan perintah pemimpinnya. 52 Dari konsep sederhana tersebut kemudian lahirlah konsep negara yang berkembang mulai dari konsep paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks seperti di zaman sekarang. Sebagai bentuk organisasi kehidupan bersama dalam masyarakat, negara selalu menjadi pusat perhatian dan objek kajian bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan umat manusia. 53 Negara adalah lanjutan dari kehendak manusia bergaul antara seorang dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya. Menurut Aristoteles, negara adalah persekutuan dari pada keluarga dan desa guna memperoleh hidup yang sebagik-baiknya. 54 51 Samidjo,Ilmu Negara, Bandung: Armico, 2002, hlm. 27. 52 C.S.T. Kansil, Ilmu Negara Umum dan Indonesia Jakarta :PT Pradya Paramita, 2001, hlm. 133. 53 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 9. 54 Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Refika Aditama. 2005,hlm. 15 Semakin luasnya pergaulan manusia tadi maka semakin banyak kebutuhannya, maka bertambah besar kebutuhannya Universitas Sumatera Utara 18 kepada sesuatu organisasi negara yang akan melindungi dan memelihara keselamatan hidupnya. 55 Secara etimologi, negara dapat diterjemahkan dari kata-kata asing staat bahasa Belanda, state bahasa Inggris dan etat bahasa Prancis. Asalnya adalah bahasa latin yang berarti menaruh dalam keadaan berdiri; membuat berdiri;menempatkan. 56 Namun demikian, pengertian dari negara sendiri tentu saja tidaklah mudah untuk didefenisikan. Meskipun istilah tersebut demikian sulit untuk didefenisikan berikut ini akan kita lihat beberapa pengertian negara dari beberapa filsuf dan sarjana 57 7.Logemann, mengatakan bahwa Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan = pertambatan kerjaworkverband yang mempunyai tujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu : 1. Plato 427 – 348 S.M. mengatakan, bahwa Negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, ber-evolusi, terdiri dari orang-orang individu- individu. 2. Grotius disebut juga HUGO DE GROOT 1583 – 1645 mengatakan, bahwa Negara adalah ibarat suatu perkakas yang dibikin manusia untuk melahirkan keberuntungan dan kesejahteraan umum 3. Thomas Hobbes 1588 – 1679 mengatakan bahwa Negara adalah suatu Tubuh yang dibuai oleh orang banyak beramai-ramai, yang masing-masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk keamanan dan perlindungan bagi mereka. 4. J.J. Rousseau 1712 – 1778, mengatakan bahwa Negara adalah perserikatan dari rakyat bersama-sama yang melindungi dan mempertahankan hak masing-masing dan harta benda anggota yang tetap hidup dengan bebas merdeka. 5. Karl Marx 1818 – 1883 berpendirian lain, justru megatakan bahwa Negara adalah suatu alat negara kekuasaan bagi manusia penguasa untuk menindas kelas manusia lainnya. 6. Bellefroid, mengatakan bahwa negara itu suatu persekutuan hukum yang menempati suatu wilayah untuk selama-lamanya dan yang dilengkapi dengan suatu kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat sebesar-besarnya 55 Samidjo, Op.cit, hlm. 27. 56 Ibid. hlm. 31 57 Ibid. hlm 28-29 Universitas Sumatera Utara 19 masyarakat. Organisasi itu suatu pertambatan jabatan-jabatan ambt,funksi atau lapangan-lapangan kerja werkkring tetap. 8. Ibnu Chaldun, mengemukakan pandangan yang lebih tegas lagi, Negara merupakan suatu tubuh yang persis keadaannya seperti tubuh manusia, mempunyai badan jasmani dan rohani dan mempunyai batas umur sebagai halnya keadaan manusia. Ada masanya lahir dan tumbuh groei, ada pula masanya muda dan dewasa bloei, dan ada lagi masanya tua bangka dan mati vergaan. 3 orang sarjana dari Inggris O, Hood Phillips, Paul Jackson, dan Patricia Leopold menyebutkan bahwa defenisi negara atau state sebagai: “An independent political society occupying a defined territory, the member of which are united together for the purpose of resisting external formal and the preservation of internal order”. 58 “No independent political society can be termed as state unless it professes to exercise both these functions; but no modern state of any importance contents itself with this narrow range of activity. As civilization becomes more complex, population increase attention; taxes have to lived to meet these needs; justice must be adminitrised, commerce regulated, educational facilities and many other social services provided”. Negara adalah masyarakat politik merdeka yang menduduki suatu teritorial tertentu, dimana anggota masyarakatnya bersatu dan memiliki tujuan yang sama untuk melawan kekuatan dari luar dan menjaga keutuhan di dalam. Dikatakan pula oleh Phillips, Jacksin, dan Leopold: 59 58 Jimly Asshiddiqie, Pengantar …, Op.Cit, hlm. 9-10 59 Ibid, hlm. 10. “Tidak ada masyarakat politik merdeka dapat dikatakan sebagai sesuatu negara kecuali melaksanakan kedua fungsi tersebut; Namun tidak ada negara modern dengan kepentingan manapun yang menjalankan negaranya dengan mengerucutkan kegiatannya hanya pada fungsi tersebut. Akibat dari peradaban yang semakin maju, peningkatan populasi yang pesat, pajak harus dikelola untuk memenuhi semua kebutuhan, hukum harus ditata dengan baik, aturan terhadap perniagaan dibuat, fasilitas pendidikan dan layanan publik lainnya disediakan”. Selanjutnya ketiga sarjana Inggris tersebut juga mengemukakan: Universitas Sumatera Utara 20 “A fully developed modern state is expected to deal with a vast mass of social problems, either by direct activity or by supervision, or regulation. In order to carry out the functions, the state must have agents or organs through which to operate. The appointment and powers, their relations inter and between them and the private citizen, form a large part of the constitution of a state”. 60 “i The Territory of the State, seperti mengenai pembentukan dan pembubaran negara, serta mengenai pengakuan atas negara dan pemerintah; “Sebuah negara modern yang berkembang akan menghadapi permasalahan sosial yang sangat luas, baik secara langsung maupun diawasi, atau diatur. Dalam hal untuk melaksanakan fungsinya, negara harus memiliki wakil ataupun alat pemerintahan untuk menjalankan kebijakan dan kekuasaan, hubungan internal dan antar sesama pelaksana organisasi dan dengan pribadi warga negara, yang diatur dalam sebagian besar konstitusi sebuah negara”. Jadi secara sederhana, dari pendapat para sarjana tersebut dapat dipahami bahwa ada empat unsur yang menjadi unsur pokok dalam sebuah negara, yaitu: wilayah, populasipenduduk, pemerintahan dan kekuasaankedaulatan. Namun Hans kelsen dalam bukunya General Theory of Law and State secara filosofis menguraikan pandangannya tentang negara atau state a juristic entity dan state as a politically organized society atau state as power yang mencakup: 61 ii Time Element of the State, yaitu waktu pembentukan negara yang bersangkutan; iii The People of the State, yaitu rakyat negara yang bersangkutan; iv The Competence of the State as the Material Sphere of Validity of the National Legal Order, misalnya yang berkaitan dengan pengakuan internasional; v Conflict of Laws, pertentangan antartata hukum; iv The so-called Fundamental Rights and Duties of the States, soal jaminan hak dan kebebasan asasi manusia; dan vii The Power of the State, aspek-aspek mengenai kekuasaan negara. 62 60 Ibid. 61 Pengakuan atas suatu negara meliputi persoalan recognition of a community as a state, pengakuan de facto atau de jure, pengakuan dengan kekuatan yang bersifat retroaktif, pengakuan melalui penerimaan oleh organisasi PBB, pengakuan terhadap pemerintahan dan pengakuan terhadap insurgents sebagai a belligerent power. Lihat Ibid. 62 Ibid. hlm 10-11. Universitas Sumatera Utara 21 Hukum adalah upaya manusia menciptakan suasana yang memungkinkan manusia merasa terlindungi, hidup berdampingan secara damai, dan menjaga eksistensinya. 63 Apabila ditarik pemaknaan pada kata hukum tersebut, terdapat perbedaan-perbedaan antara tradisi Barat dan Timur. 64 Secara umum perbedaan itu terutama terletak pada: tradisi hukum di Barat lebih menekankan pada konflik lawsuit, individualisme, kepastian hukum, dan hukum formal, sedangkan tradisi hukum di Timur lebih menekankan pada harmoni sosial, kolektivisme, kemashalahatan, dan hukum informal. 65 Pada kedua tradisi hukum itu lahir konsep-konsep negara hukum yang khas: dalam tradisi Barat lahir konsep Rechtsstaat Eropa Kontinental dan Rule of Law Anglo Sakson, sedangkan dalam tradisi Timur lahir konsep al-Siyasa al-shar’iyya Islam dan fá zhì China yang bermakna sama: suatu negara yang diperintah berdasarkan hukum. 66 Negara hukum bukanlah sesuatu yang baru dalam pembicaraan mengenai bagaimana negara dijalankan dan dikelola. 67 Pada abad 19 muncul gagasan tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, selanjutnya diketahui tertuang dalam apa yang disebut konstitusi. 68 63 Johny Ibrahim, Teori … ,Op.cit. hlm. 1. 64 Aidul FA, Negara Hukum Indonesia: Dekolonisasi dan Rekonstruksi Tradisi, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 4 19 OKTOBER 2012: 489 – 505, diakses dari http:www.undana.ac.idjsmallfib_topJURNALHUKUMHUKUM202012JURNAL20HUK UM.pdf, hlm 142, terakhir diakses pada 17062016 pukul 3:18 Wib. 65 Ibid. 66 Ibid. 67 Zulkarnain Ridwan. Op.cit. hlm.142 68 Ibid. Universitas Sumatera Utara 22 Sebagaimana halnya defenisi hukum yang beragam, maka makna dari konstitusi juga sangat banyak dan beragam antara para ahli hukum. 69 Istilah Konstitusi sendiri pada mulanya berasal dari perkataan bahasa Latin, constitution yang berkaitan dengan jus atau ius yang berarti “hukum dan prinsip”. 70 Pengertian constitution dalam bahasa Inggris membedakan antara constitutie dan grondwet, bahasa Jerman membedakan antara verfassung dan grundgesetz, dan bahasa Belanda bahkan membedakan antara grundrecht dan grundgesetz seperti antara grondrecht dan grondwet. 71 Menurut Sir John Laws, konstitusi adalah sebuah bagian dari aturan hukum yang mengatur dan yang diatur. 72 Sedangkan menurut Bodganor V. Finer dan B. Rudder, konstitusi adalah aturan norma-norma yang mengatur alokasi kekuasaan, fungsi, dan tudas dari berbagai lembaga dan petugas pemerintahan serta mengatur mengenai hubungan antara lembaga dan petugas tersebut dengan masyarakat. 73 Konstitusi memuat batas-batas kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak politik rakyat, serta prinsip check and balances antar kekuasaan dalam sebuah negara, selanjutnya dikenal dengan istilah konstitusionalisme yang 69 Pramono mengutip pandangan van Apeldoorn yang menyatakan bahwa hukum banyak seginya dan demikian luas, sehingga tidak mungkin orang menyatukan dalam satu rumus secara memuaskan. Hal itu senada dengan ungkapan Immanuel Kant yang menyatakan bahwa; Noch suchen die Juristen eine Defenition zu ihrem Begriffe von Recht. Lihat karangan B.S. Pramono, Pokok-pokok Pengantar Ilmu Hukum, Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, tanpa tahun terbit, hlm. 10. 70 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2010. hlm. 1. 71 Jimly Asshiddiqie, Pengantar … , Op.cit. hlm 95 72 Ferri Amsari, Perubahan UUD 1945: Perubahan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. hlm 14. 73 Ibid. Universitas Sumatera Utara 23 kemudian memunculkan konsep rechstaat dari kalangan ahli hukum Eropa Continental atau rule of law dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon yang di Indonesia diterjemahkan dengan Negara Hukum. 74 Secara tradisional dikenal berbagai sistem hukum yaitu civil law, common law, socialist law dan hukum Islam. Tradisi hukum didefenisikan sebagai sekumpulan sikap yang telah mengakar kuat dan terkondisikan secara historis terhadap hakikat hukum, aturan hukum dalam masyarakat dan ideologi politik, organisasi serta penyelenggaraan sistem hukum 75 . Sistem-sistem ini dibedakan berdasarkan sumber hukum yang dijadikan dasar atau sendi utama sistem kaidahnya. Civil Law menempatkan peraturan hukum tertulis sebagai sumber utama sistem kaidahnya. Sitem hukum Common Law menempatkan putusan hakim atau yurisprudensi sebagai sumber utama sistem kaidahnya. Hukum Islam dan sistem hukum dari agama lainnya, menempatkan wahyu Tuhan sebagai sumber atau dasar sistem kaidahnya. 76 Ide negara hukum di zaman modern lebih menempatkan konsep ”rechtsstaat” dan ”the rule of law”. Dimana konsep negara hukum telah dikembangkan di Eropa Kontinental antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius stahl, Fichte, menggunakan istilah Jerman Yaitu “rechtstaat”, sedangkan konsep negara hukum yang dikembangkan dalam tradisi Anglo Amerika yang dipelopori A.V. Dicey disebut dengan “The Rule of Law”. 77 74 Aidul FA, Op.cit. hlm.142. 75 Peter De Cruz, Perbandingan Sistem Hukum, Bandung: Nusa Media, 2010, hlm. 46. 76 Ibid. 77 Bagir Manan, Peranan Peraturan Perundang-undangan Dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bandung: Armico, Bandung 1987, hlm. 10. Universitas Sumatera Utara 24 Konsep dalam istilah “Rechtsstaat”menurut F. Julius Stahl mencakup empat elemen yaitu : 1. Perlindungan hak asasi manusia 2. Pembagian Kekuasaan 3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan 4. Peradilan tata usaha Negara Sedangkan dalam istilah “the rule of law” menurut A.V. Dicey mencakup tiga elemen yaitu : 1. Supremasi Aturan Hukum 2. Kedudukan yang sama di depan hukum 3. Jaminan hak-hak asasi manusia 78 Hal tersebut berlandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia, bahwasannya setiap warganegara dianggap sama di hadapan hukum dan berhak dijamin hak asasi manusianya melalui sistem hukum dalam negara tersebut. Pokok ajaran dari rule of law adalah terciptanya tatanan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana rakyat bisa memperoleh kepastian hukum, rasa Tumbuh dan berkembangnya konsep rule of Law pertama kali diterapkan di Negara-negara yang menganut common law sistem seperti Inggris dan Amerika Serikat, dimana kedua negara tersebut mengejawantahkannya sebagai perwujudan dari persamaan hak, kewajiban, dan derajat dalam suatu negara di hadapan hukum. 78 Sri Pujiningsih, Konsep Hukum Indonesia Di Masa Sekarang, diakses dari http:jurnal.unikal.ac.idindex.phphkarticledownload250233, terakhir diakses pada tanggal 15072016 17:32 wib. Universitas Sumatera Utara 25 keadilan, rasa aman, dan dijamin hak-hak asasinya. Hal ini mengandung makna, rasa keadilan yang kembali kepada rakyat, bukan kepada kekuasaan dan para penguasa yang menciptakan hukum. 79 Negara hukum sebagai suatu konsep sebenarnya tidak terbatas pada perkembangan negara modern. Sebab dalam setiap masyarakat, baik pada masyarakat yang masih sederhana tingkat perkembangannya sampai pada masyarakat yang perkembangannya sudah sangat tinggi, selalu terdapat hukum. 80 Ungkapan seorang filsuf Yunani kuno Cicero, yang mengatakan Ubi Societas ubi ius dimana ada masyarakat, di situ ada hukum dapat memberikan gambaran bahwa pada setiap masyarakat manusia, lepas dari persoalan seberapa sederhana keadaannya atau utama seberapa tinggi kemajuannya, pasti terdapat hukum. Kendatipun corak atau kerumitan dari hukum yang ada dan berlaku memang berbeda-beda pada masyarakat-masyarakat yang berbeda tingkat kemajuannya, namun tetaplah di situ ada hukum. Dari hal demikian dapat disimpulkan bahwa setiap negara sampai batas tertentu merupakan negara hukum. 81 Bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang berdiri sebagai negara ”rechsstaat” negara hukum yang tidak terlepas dari empat elemen tersebut di atas, dimana di dalam rule of law-pun sebenarnya tercakup di dalamnya. Akan tetapi dalam perkembangannya kebutuhan akan terciptanya tatanan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana rakyat bisa memperoleh 79 Ibid 80 Ibid 81 S. Anwary, Penegakan Negara Hukum Di Republik Indonesia, diakses dari http:www.isepsamra.or.id penegakan20supremasi20hukum20RI.doc., terakhir diakses pada tangga 12102016 pada pukul 13.34 wib. Universitas Sumatera Utara 26 kepastian hukum, rasa keadilan, rasa aman, dan dijamin hak-hak asasinya sepertinya merupakan kebutuhan yang sekarang ini sifatnya mendesak. Sebagai sebuah negara yang lahir pada abad ke-20, Indonesia mengadopsi konsep negara hukum sesuai prinsip konstitusionalisme yang dapat kita lihat dalam UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia dimana dalam perkembangannya menjelma menjadi cita-cita bersama yang biasa juga disebut falsafah kenegaraan atau staats idee cita negara yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa diantara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara. 82 Dalam pengalaman ketatanegaraan Indonesia, istilah “pemisahan kekuasaan” separation of power itu sendiri cenderung dikonotasikan dengan pendapat Montesquieu secara absolut. 83 Pada sistem ini terdapat 3 tiga macam cabang: i kekuasaan Legislatif, dilaksanakan oleh suatu badan perwakilan rakyat Parlemen, ii. kekuasaaan Eksekutif, dilaksanakan oleh pemerintah presiden atau raja dengan bantuan Menteri-menteri atau Kabinet, iii kekuasaan Yudikatif, dilaksanakan oleh badan peradilan Mahkamah Agung dan pengadilan bawahannya. 84 Namun Supomo menegaskan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin trias politica dalam arti paham pemisahan kekuasaan ala Montesquieu, melainkan menganut sistem pembagian kekuasaan. 85 82 Jimly Ashiddiqie. Konstitusi … ,Op.cit, hlm. 22. 83 Jimly Ashiddiqie. Pengantar … ,Op.cit. hlm 290. Sebab tak ada kekuasaan 84 Khumaidi, Pemisahan Dan Pembagian Kekuasaan Dalam Konstitusi Perspektif Desentralisasi, diakses dari http:jurnal.yudharta.ac.idwp-contentuploads 20141121.pdf terakhir diakses pada pukul 04:35 wib, tanggal 19062016. 85 Hal ini tergambar, misalnya dalam pernyataan Soepomo ketika menyampaikan penolakannya atas ide Muhammad Yamin yang mengusulkan agar kepala Balai Agung, nama semula Mahkamah Agung, diberi kewenangan untuk membanding undang-undang atau yang Universitas Sumatera Utara 27 yang berdiri sendiri. Kekuasaan eksekutif pun memiliki kekuasaan legislatif maupun judikatif. Dilihat dari ketentuan UUD 1945 amandemen, terdapat berbagai perubahan ketentuan ketatanegaraan yang bersifat mendasar. Pertama, tidak dikenal lagi lembaga negara tertinggi. Kedudukan diantara lembaga negara adalah sederajat, dan semuanya merupakan lembaga negara tinggi. Konsekuensinya adalah MPR tidak lagi mempunyai kewenangan menetapkan GBHN dan memilih Presiden dan Wakil Presiden, melainkan Presiden dipilih langsung oleh rakyat. 86 Demikian juga Presiden dan atau Wakil Presiden tidak dapat diberhentikan oleh lembaga legislatif MPRDPR melalui suatu keputusan politik belaka, melainkan harus diputuskan terlebih dahulu secara hukum oleh lembaga penegak hukum konstitusi MK. 87 Begitu pula DPR yang seluruh anggotanya dipilih langsung oleh rakyat tidak dapat dibubarkandibekukan oleh Presiden. 88 Dan tidak kalah pentingnya penegasan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. 89 Kedua, mempertegas original power masing-masing lembaga negara. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. 90 sekarang kita kenal dengan istilah pengujian undang-undang judicial review. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Soepomo ketika itu adalah karena UUD 1945 tidak menganut paham pemisahan kekuasaan berdasarkan prinsip trias poitica Montesquieu. Lihat Ibid. hal 291. 86 Pasal 3 dan Pasal 6A ayat 1 UUD 1945. 87 Pasal 7B UUD 1945. 88 Pasal 7C UUD 1945. 89 Pasal 24 UUD 1945. 90 Pasal 20 ayat 1 UUD 1945. Kemudian juga ditegaskan tidak hanya mempunyai fungsi legislasi, tetapi juga fungsi anggaran Universitas Sumatera Utara 28 dan fungsi pengawasan. 91 Presiden memegang 26 kekuasaan pemerintahan 92 dan MA dan MK menjalankan kekuasaan kehakiman. 93 Sementara lembaga negara lainnya juga ditetapkan kewenangannya, baik kewenangannya berkaitan dengan eksekutif, legislatif dan yudikatif pengawasan penggunaan keuanganan negara oleh BPK 94 , maupun salah satu diantaranya misalnya KY yang berhubungan dengan MA dalam pengisian hakim agung 95

F. Metode Penelitian