Penegakan Hukum Aspek Hukum Internasional Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

2015 ini telah memakan korban jiwa sebanyak 10 orang meninggal dunia akibat polusi asap yang ditimbulkan. 37

B. Penegakan Hukum

Di Indonesia, terdapat perangkat hukum yang mengatur tentang ketentuan pidana atau sanksi bagi para pelaku pembakaran hutan. Berikut beberapa undang – undang dan ketentuan hukum yang dipakai untuk menegakkan hukum bagi para pelaku pembakaran hutan dan lahan. 1. Un\dang – undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Didalam undang – undang ini dijelaskan dalam ketentuan pidana bagi siapapun yang membakar hutan baik secara sengaja maupun tidak telah melanggar ketentuan dalam undang – undang yang tertuang dalam Pasal 50 ayat 3 huruf d undang – undang tersebut. Bagi pihak yang melakukan pembakaran hutan dikenakan ketentuan pidana Pasal 78 ayat 3 , yang diancam dengan hukuman penjara paling lama lima belas tahun dan denda paling banyak lima miliar rupiah. Sedangkan untuk pihak yang lalai sehingga mengakibatkan kebakaran hutan, dikenakan ketentuan pidana Pasal 78 ayat 4 , yang diancam dengan hukuman penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak sebesar satu miliar lima ratus juta rupiah. 2. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 37 http:www.bnpb.go.idberita267810-tewas-503-ribu-jiwa-ispa-dan-43-juta-jiwa-terpapar-asap Diakses pada tanggal 16 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara Dalam undang – undang ini menjelaskan bahwa setiap masyarakat dan organisasi lingkungan dapat melakukan gugatan. Bagi pihak yang melakukan pembakaran hutan telah melanggar Pasal 69 ayat 1 huruf h, mendapatkan ketentuan pidana yang tercantum pada Pasal 108 yaitu dipidana penjara paling lama sepuluh tahun dan dikenakan denda paling sedikit tiga miliar rupiah dan paling banyak sebesar sepuluh miliar rupiah. 3. Undang – undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan. Dalam undang – undang ini menjelaskan bahwa setiap para pelaku usaha perkebunan yang membuka lahan dengan cara membakar hutan telah melanggar Pasal 56 ayat 1 yang kemudian dapat dikenakan ketentuan pidana sesuai dengan Pasal 108 dengan dipidana hukuman penjara paling lama sepuluh tahun dan dikenakan denda paling banyak sebesar sepuluh miliar rupiah. 4. Pasal 187 KUHP Dalam pasal ini dijelaskan bahwa barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir.Para pelaku atau perusahaan yang dengan sengaja membakar hutan untuk membuka lahan, dapat juga dikenakan hukuman pada pasal ini. Dalam pasal ini para pelaku dapat diancam dengan hukuman penjara paling lama dua belas tahun apabila perbuatan yang dimaksudkan dalam pasal ini timbul bahaya umum bagi barang, dapat diancam dengan penjara paling lama lima belas tahun apabila perbuatan yang dimaksud dalam pasal ini timbul bahaya bagi nyawa orang lain, dapat diancam dengan penjara seumur hidup atau Universitas Sumatera Utara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun apabila perbuatan yang dimaksud dalam pasal ini timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orang mati. 5. Pasal 189 KUHP Untuk pasal ini menjelaskan ketentuan hukum bagi para pelaku yang dengan sengaja dan melawan hukum pada saat ada kebakaran menyembunyikan atau membuat perkakas – perkakas atau alat – alat pemadam api dan dengan cara apapun melakukan atau merintangi pekerjaan memadamkan api. Misalnya, masyarakat sekitar atau terdapat sejumlah orang yang pada saat terjadi kebakaran hutan dan lahan dengan sengaja menyembunyikan alat – alat pemadam dan menghalangi dengan berbagai cara pihak pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Hal ini dapat diancam hukuman penjara paling lama tujuh tahun. Pada 22 September 2015, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengumumkan empat perusahaan pelaku pembakaran hutan dan lahan. Empat perusahaan yang dijatuhi sanksi paksaan yaitu adalah PT BSS Perusahaan perkebunan di wilayah Provinsi Kalimantan Barat , PT KU Perusahaan perkebunan di wilayah Provinsi Jambi , PT IHM Perusahaan HTI di wilayah Provinsi Kalimantan Timur , PT WS Perusahaan HTI di wilayah Provinsi Jambi . Kemudian terdapat empat perusahaan yang dijatuhi sanksi pembekuan izin, yaitu PT SBAWI Perusahaan HTI di wilayah Provinsi Sumatera Selatan , PT PBP Perusahaan HPH di wilayah Provinsi Jambi , PT DML Universitas Sumatera Utara Perusahaan HPH di wilayah Provinsi Kalimantan Timur , dan PT RPM Perusahaan perkebunan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan . Kemudian terdapat dua perusahaan yang dijatuhi sanksi pencabutan izin, yaitu PT MAS Perusahaan HTI di wilayah Provinsi Kalimantan Barat , dan PT DHL Perusahaan HTI di wilayah Provinsi Jambi . Akan tetapi terdapat juga perusahaan yang menang dalam pengadilan.Seperti halnya pada PT Bumi Mekar Hijau yang ada di Palembang, majelis hakim pengadilan negeri Palembang menolak gugatan dengan alasan kurang lengkapnya bukti yang dimiliki pihak penggugat yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Sebelumnya, KLHK menggugat PT BMH sebagai pembakar hutan. Kementerian menuntut ganti rugi sebesar 2,6 Triliun rupiah dan meminta dilakukan tindakan pemulihan lingkungan terhadap lahan yang terbakar dengan biaya 5,2 triliun rupiah. Namun gugatan tersebut ditolak majelis hakim. 38 38 https:m.tempo.coreadnews20160103206732604pembakar-hutan-menang-dipengadilan-ini- penyebabnya Diakses pada tanggal 16 Juni 2016. Universitas Sumatera Utara 63 BAB IV TANGGUNG JAWAB INDONESIA DALAM PENYELESAIAN TERHADAP PENCEMARAN UDARA LINTAS BATAS A. Tanggung Jawab Negara Indonesia Dalam Mengatasi Kebakaran Hutan dan Lahan 1. Langkah Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan dan lahan kerap sering sekali terjadi di wilayah Indonesia.Hampir setiap tahunnya permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah masalah kebakaran hutan dan lahan.Semenjak kejadian kebakaran hutan hebat pada tahun 19971998 beberapa langkah baik dalam hal pencegahan maupun penanggulangannya sudah banyak dilaksanakan. Mulai dari kebijakan – kebijakan pemerintah untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan sampai pada tingkat penegakan hukum bagi yang melakukan kegiatan pemanfaan hutan dengan cara yang salah. Berikut beberapa upaya dari pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan yang dilakukan di Indonesia. 1 Memantapkan kelembagaan dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan dan Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta Brigade – brigade pemadam kebakaran hutan di masing – masing HPH dan HTI Universitas Sumatera Utara 64 2 Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan 3 Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran hutan 4 Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan 5 Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai apel siaga pengendalian kebakaran hutan 6 Pemberian pembekalan kepada pengusaha HPH, HTI, perkebunan dan transmigrasi Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 7 Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar Sedangkan untuk upaya dalam penanggulangan kebakaran hutan di Indonesia adalah sebagai berikut. 1 Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait ditingkat pusat melalui Pusdalkarhutnas dan ditingkat daerah melalui Pusdalkarhutda Tk I dan Satlak kebakaran hutan dan lahan 2 Memberdayakan posko – posko kebakaran hutan disemua tingkat, serta melakukan pembinaan mengenai hal – hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II Universitas Sumatera Utara 3 Mobilitas semua sumber daya manusia, peralatan, dan dana disemua tingkatan, baik di jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan – perusahaan 4 Meminta bantuan luar negri untuk memadamkan kebakaran antara lain : Pasukan Bomba dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar. Bantuan pesawat AT 130 dari Australia dan Herkules dari USA untuk kebakaran di Lampung. Bantuan masker, obat – obatan dan sebagainya dari negara – negara Asean, Korea Selatan, China dan lain – lain. Dalam rangka pencegahan perusakan hutan, pemerintah membuat kebijakan berupa : 39 a. Koordinasi lintas sektor dalam pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan ; b. Pemenuhan kebutuhan sumber daya aparatur pengamanan hutan ; c. Insentif bagi para pihak yang berjasa dalam menjaga kelestarian hutan ; d. Peta penunjukan kawasan hutan danatau koordinat geografis sebagai dasar yuridis batas kawasan hutan ; dan e. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan. Hal diatas tentunya akan berjalan dengan baik apabila adanya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan dan kualitas lingkungan sekitarnya. Pemerintah juga harus bersikap tegas dalam menindak para 39 Undang – undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Universitas Sumatera Utara pelaku yang melakukan kegiatan pembakaran hutan untuk pembukaan lahan.Didalam masyarakat sekitar areal hutan juga perlu diperhatikan bagaimana kondisi ekonomi dan wawasan pengetahuannya.Faktor kemiskinan, rendahnya kesadaran masyakarakat, dan minimnya fasilitas untuk penanggulangan kebakaran hutan menjadi penghambat dalam upaya mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan di Indonesia.Pemerintah hendaklah melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitaran wilayah hutan dan juga melengkapi fasilitas – fasilitas yang digunakan untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan kebijakan – kebijakan untuk mengatasi kebakaran dari masa ke masa dalam sebuah perangkat aturan – aturan.Namun, banyak perangkat aturan yang telah dikeluarkan pemerintah tidak dilaksanakan dengan baik.Implementasinya baru dilakukan setelah kejadian kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2015. Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2015 ini sangatlah besar.Luas area dari kebakaran ini setara dengan 32 kali wilayah provinsi DKI Jakarta atau seluas empat kali Pulau Bali.Dalam hal menangani kebakaran hutan dan lahan ini, presiden mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.Berikut Universitas Sumatera Utara merupakan kebijakan dan langkah yang dilakukan sesuai dengan isi pertama dalam Inpres Nomor 11 Tahun 2015. 1. Melakukan peningkatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di seluruh wilayah Republik Indonesia, melalui kegiatan : a. Pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan b. Pemadaman kebakaran hutan dan lahan c. Penanganan pasca kebakaranpemulihan hutan dan lahan. 2. Melakukan kerja sama dan saling berkoordinasi untuk melaksanakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan untuk kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. 4. Meningkatkan penegakan hukum dan memberikan sanksi yang tegas terhadap perorangan atau badan hukum yang terlibat dengan kegiatan pembakaran hutan dan lahan. 40 Dalam Inpres ini, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan kepada seluruh instansi pemerintah dan instansi lainnya yang dianggap perlu untuk saling bekerja sama dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Dengan adanya Inpres ini diharapkan supaya tidak terjadi lagi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, dan apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan dapat ditangani dan ditanggulangi dengan cepat sesuai dengan tugas yang telah diinstruksikan. 40 Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Universitas Sumatera Utara Selain mengeluarkan Inpres Nomor 11 Tahun 2015, Presiden Joko Widodo juga mengeluarkan kebijakan yang lain dalam mengatasi dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan. Salah satunya yaitu dengan pembentukan Badan Restorasi Gambut pada tanggal 13 Januari 2016.Hal ini dijelaskan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Badan Restorasi Gambut.Dalam Pasal 1 PP No. 1 Tahun 2016, dijelaskan bahwa Badan Restorasi Gambut adalah lembaga nonstruktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Disebutkan dalam Pasal 2 bahwa Badan Restorasi Gambut mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi restorasi gambut Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Papua. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga telah memberikan sanksi administratif kepada 10 perusahaan yang terkait pembakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. 2. Penegakan Hukum Dalam Mengatasi Kebakaran Hutan dan Lahan Terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.Yang pertama, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia biasanya terjadi karena faktor alami.Fenomena el-nino merupakan faktor alami yang membuat kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan.Yang kedua adalah kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan oleh kegiatan manusia.Dalam kegiatan pemanfaatan dan pengelolahan hutan tidak selalu berjalan dengan Universitas Sumatera Utara baik.Terdapat beberapa perusahaan yang melakukan pembakaran hutan sebagai salah satu cara dalam pembukaan lahan untuk kegiatan HPT atau HTI. Biasanya perusahaan tersebut membuka lahan dengan cara membakar sebagian lahan saja yang telah mendapatkan izin. Namun, pembakaran lahan tersebut dibiarkan hingga melebar sesuai dengan yang diinginkan untuk kepentingan perusahaan tersebut. Hal tersebut berakibat pada bencana kebakaran hutan yang kemudian menghasilkan kabut asap yang dapat mencemari udara sampai negara tetangga. Berikut merupakan perangkat aturan – aturan yang mengatur tentang kehutanan dan yang berhubungan dengannya. 1 Undang – undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Didalam undang – undang ini dijelaskan dalam ketentuan pidana bagi siapapun yang membakar hutan baik secara sengaja maupun tidak telah melanggar ketentuan dalam undang – undang yang tertuang dalam Pasal 50 ayat 3 huruf d undang – undang tersebut. Bagi pihak yang melakukan pembakaran hutan dikenakan ketentuan pidana Pasal 78 ayat 3 , yang diancam dengan hukuman penjara paling lama lima belas tahun dan denda paling banyak lima miliar rupiah. Sedangkan untuk pihak yang lalai sehingga mengakibatkan kebakaran hutan, dikenakan ketentuan pidana Pasal 78 ayat 4 , yang diancam dengan hukuman penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak sebesar satu miliar lima ratus juta rupiah. Universitas Sumatera Utara 2 Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam undang – undang ini menjelaskan bahwa setiap masyarakat dan organisasi lingkungan dapat melakukan gugatan. Bagi pihak yang melakukan pembakaran hutan telah melanggar Pasal 69 ayat 1 huruf h, mendapatkan ketentuan pidana yang tercantum pada Pasal 108 yaitu dipidana penjara paling lama sepuluh tahun dan dikenakan denda paling sedikit tiga miliar rupiah dan paling banyak sebesar sepuluh miliar rupiah. 3 Undang – undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan. Dalam undang – undang ini menjelaskan bahwa setiap para pelaku usaha perkebunan yang membuka lahan dengan cara membakar hutan telah melanggar Pasal 56 ayat 1 yang kemudian dapat dikenakan ketentuan pidana sesuai dengan Pasal 108 dengan dipidana hukuman penjara paling lama sepuluh tahun dan dikenakan denda paling banyak sebesar sepuluh miliar rupiah. Dengan adanya ketentuan peraturan diatas, telah membuktikan bahwa pemerintah Indonesia sangat serius dalam mengatasi dan memberantas permasalahan dalam kebakaran hutan.Namun, perlu adanya juga kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekitar.Peraturan perundang – undangan diatas juga perlu adanya revisi untuk menghilangkan kebingungan dalam masyarakat dan menciptakan kepastian hukum yang lebih baik lagi. Universitas Sumatera Utara Ada juga beberapa peraturan hukum yang memberikan celah bagi para pelaku usaha perkebunan untuk membuka lahan dengan cara membakar hutan. Seperti halnya dalam Pasal 69 ayat 2 Undang – undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang memperbolehkan membuka lahan dengan cara membakar. Kemudian terdapat juga pada Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 15 Tahun 2010 yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 1 dan 2 yang memberikan izin untuk membuka lahan dengan cara pembakaran terbatas. Maka dari itu, perlu adanya revisi dalam peraturan – peraturan diatas untuk mencegah adanya pembakaran hutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara yang merugikan negara. 3. Kerja Sama Indonesia dengan ASEAN Dalam Mengatasi Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Di Asia Tenggara, masalah pencemaran udara lintas batas sudah sering sekali terjadi. Hal yang paling utama terjadi adalah kasus kebakaran hutan dan lahan.Negara – negara di Asia Tenggara khususnya memiliki kawasan hutan yang sangat banyak, sehingga permasalahan seperti kebakaran hutan dan lahan ini sangat sering terjadi.Indonesia merupakan salah satu negara yang setiap tahunnya mengalami permasalahan kebakaran hutan dan lahan. Dan tidak jarang juga pada setiap tahunnya Indonesia mengirim kabut asap ke negara – negara tetangga yang kemudian mengganggu aktifitas perekonomian di dalam negara tersebut. Maka dari itu perlu adanya suatu wadah yang secara khusus membahas Universitas Sumatera Utara tentang pencemaran udara lintas batas akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan. ASEAN sendiri telah mengeluarkan persetujuan mengenai polusi asap lintas batas. Pada tahun 2002 ASEAN mengeluarkan persetujuan yang disebut dengan ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution yang pada saat itu telah diratifikasi oleh sepuluh negara anggota, dan pada saat itu Indonesia sendiri belum meratifikasi persetujuan tersebut. AATHP ini bertujuan untuk mencegah dan menangggulangi masalah bersama yakni masalah tentang pencemaran asap lintas batas negara dan menjaga perdamaian di ASEAN. Pada tanggal 16 September 2014, Indonesia telah meratifikasi persetujuan ASEAN ini. Dengan melalui Undang – undang No. 38 Tahun 2008 sebagai payung hukum yang biasa digunakan Indonesia dalam melakukan perjanjian kerja sama dalam tingkat ASEAN. Berikut merupakan manfaat Indonesia setelah meratifikasi persetujuan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution tersebut. a. Melindungi masyarakat Indonesia dari dampak negatif kebakaran hutan dan lahan yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia dan merugikan masyarakat Indonesia dalam bidang ekonomi dan sosial. b. Melindungi kekayaan sumber daya hutan dan lahan dari kebakaran hutan dan lahan. Universitas Sumatera Utara c. Indonesia akan memainkan peran yang penting dalam pengambilan keputusan serta mengarahkan keputusan ASEAN dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. d. Memberikan kontribusi positif terkait upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang dapat mengakibatkan pencemaran udara lintas batas, seperti : • Pemanfaatan sumber daya di negara – negara ASEAN dan di luar negara ASEAN. • Penguatan manajemen dan kemampuan teknis dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan pencemaran udara lintas batas. • Penguatan regulasi dan kebijakan nasional. Intinya dengan Indonesia meratifikasi persetujuan ASEAN tersebut telah memberikan keuntungan bagi Indonesia yang merupakan negara yang memiliki kawasan hutan dan lahan terbesar di kawasan Asia Tenggara.Indonesia juga dapat meminta bantuan kepada negara – negara ASEAN dalam hal pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Persetujuan Asean ini diatur dalam Undang – undang No. 26 Tahun 2014 tentang pengesahan asean agreement on transboundary haze pollution persetujuan asean tentang pencemaran asap lintas batas . Universitas Sumatera Utara

B. Bentuk Penyelesaian Sengketa Internasional Dalam Hukum Lingkungan