Menurut Hukum Internasional Aspek Hukum Internasional Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

menjelaskan bagaimanakebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumaterea dan Kalimantan dapat mengakibatkan pencemaran udara lintas batas. Dijelaskan juga dalam undang – undang ini bahwa tugas Asean adalah mencegah dan menanggulangi asap lintas batas yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan. Dalam undang – undang menegaskan bahwa apabila ada pihak atau negara yang terkena dampak asap lintas batas tersebut dan ingin menggugatnya, maka hal ini diselesaikan secara damai melalui perundingan dan negosiasi. Setiap perangkat aturan mengenai lingkungan hidup yang ada di Indonesia, erat hubungannya dengan setiap aturan yang berlaku dalam hukum lingkungan internasional.Setiap konvensi atau deklarasi yang pernah dilakukan untuk membahas tentang lingkungan hidup, telah di implementasikan di Indonesia.Walaupun demikian, tidak semua isi dalam konvensi atau deklarasi tersebut yang diikuti dan dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Dengan masalah yang sering terjadi setiap tahunnya yaitu kebakaran hutan yang kemudian menimbulkan kabut asap sebagai pencemaran udara lintas batas, telah menjadikan Indonesia selalu bertentangan dengan prinsip atau isi yang ada didalam setiap konvensi yang ada.

C. Menurut Hukum Internasional

Lingkungan hidup sangat penting bagi manusia di dunia.Permasalahan mengenai lingkungan hidup sudah semakin besar dan luas.Dampak – dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya terkait pada satu segi atau dua Universitas Sumatera Utara segi saja, tetapi kait mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Apabila satu aspek dari lingkungan bermasalah, maka berbagai aspek lainnya akan mengalami dampak atau akibat pula. 25 1. Konferensi Stockholm 1972 Dalam hukum internasional lingkungan hidup diatur dalam hukum lingkungan internasional.Beberapa perangkat aturan lingkungan hidup dalam hukum lingkungan internasional dijelaskan dalam kerangka konvensi internasional. Adapun berbagai konvensi internasional Convention International Law sebagai berikut. Konferensi Stockholm merupakan konferensi yang sangat bersejarah, karena merupakan konferensi pertama yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa – bangsa mengenai lingkungan hidup.Konferensi ini diadakan karena adanya revolusi industri sebagai salah satu pembangunan dunia yang kemudian hal tersebut berdampak yang buruk pada lingkungan hidup. Konferensi ini disepakati pada tanggal 5 Juni 1972 yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa – bangsa dan diikuti oleh 110 negara di Stockholm, Swedia. Konferensi ini merupakan legitimasi dasar penanganan hukum bagi negara – negara yang menghadiri konferensi tersebut.Dalam konferensi ini melahirkan sebuah gagasan bahwa kebijakan lingkungan hidup harus terkait dengan pembangunan berkelanjutan.Konferensi ini menghasilkan 26 prinsip yang dapat 25 www.artikellingkunganhidup.commasalah-lingkungan-hidup-bagi-manusia.html Hommy Horas Thombang Siahaan, Masalah Lingkungan Hidup Bagi Manusia, Diakses pada tanggal 13 Mei 2016. Universitas Sumatera Utara dikategorikan menjadi beberapa topik utama.Adapun topik utama dari Konferensi Stockholm ialah sebagai berikut. a. Pengelolaan sumber daya manusia b. Hubungan antara pembangunan dan lingkungan c. Kebijakan pembangunan dan demografi d. Ilmu pengetahuan dan teknologi e. Tanggung jawab negara f. Kepatuhan terhadap standar lingkungan nasional dan semangat kerjasama antar negara g. Ancaman senjata nuklir terhadap lingkungan Dalam Konferensi Stockholm ini terdapat prinsip yang menunjukan bahwa secara global setiap manusia di dunia memiliki hak yang sama dalam mendapatkan kehidupan yang sehat dan lingkungan yang sehat juga, dan manusia juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga lingkungan hidup pada masa sekarang ini sampai pada masa yang akan datang. Pada prinsip 21 Konferensi Stockholm ini dijelaskan bahwa benar setiap negara berhak untuk melakukan atau mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di wilayah negaranya, namun hal tersebut juga menerangkan bahwa negara yang melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya alamnya harus memastikan bahwa tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungannya bahkan di negara lain. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, Indonesia sangat bertentangan pada prinsip yang ada di Konferensi Stockholm ini.Terbukti bahwa akibat dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Indonesia sangat bertentangan dengan prinsip dalam Konferensi Stockholm. Seperti halnya tentang hak dalam penjelasan pada prinsip 1 Konferensi Stockholm, bahwa akibat dampak dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia telah merugikan hak rakyat negara lain untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan berkualitas. Dalam kegiatan mengeksploitasi sumber daya alamnya juga Indonesia sangat bertentangan dengan prinsip 21 ini. Pengelolaan hutan yang tidak berjalan dengan baik, dan pembukaan lahan dengan cara yang murah yaitu dengan cara membakar hutan telah menciptakan dampak yang buruk bagi negara lain yaitu pencemaran udara akibat kebakaran hutan dan lahan. Konferensi Stockholm ini telah menginspirasi bagi negara – negara yang mengahdirinya dengan menerapkan peraturan tentang lingkungan hidup di negara masing – masing. Salah satunya di Indonesia, Konferensi Stockholm ini telah mempengaruhi lahirnya Undang – undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam Undang – undang ini, pada dasarnya memuat berbagai konsep yang ada pada Konferensi Stockholm 1972 seperti halnya dalam kewenangan negara, hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan berbagai konsep lainnya. Tanggal berlangsungnya Konferensi Stockholm ini diperingati sebagai hari lingkungan hidup sedunia. Universitas Sumatera Utara 2. Konferensi Nairobi, Kenya 1982 Perserikatan Bangsa – bangsa kembali menyelenggarakan konferensi yang membahas tentang lingkungan hidup pada tahun 1982 di Nairobi, Kenya. Konferensi ini mengusulkan untuk membentuk sebuah komisi yang membahas tentang pembangunan dunia yang kemudian menghasilkan World Commision on Environment and Development WCED . Komisi ini bertugas untuk mengkaji kaitan antara lingkungan dengan pembangunan.Komisi ini juga telah berhasil membuat laporan yang dikenal sebagai Laporan Brundtland yang membawa konsep tentang pembangunan berkelanjutan.Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya yang mendorong tercapainya kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.Konsep pembangunan berkelanjutan ini memfokuskan pada pembangunan dalam arti pertumbuhan ekonomi yang tidak merusak atau tidak mengorbankan standar lingkungan.Dengan adanya konsep ini mengharuskan setiap negara untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan di sekitarnya meskipun sedang berlangsungnya kegiatan ekonomi negara. 3. Konferensi Rio De Janeiro, Brazil 1992 Setelah adanya Konferensi Stockholm, masalah mengenai lingkungan hidup menjadi semakin parah.Banyak negara yang menandatangani tidak menjalankan kesepakatan tersebut.Dalam pandangan prinsip Konferensi Stockholm 1972, dijelaskan bahwa masalah Universitas Sumatera Utara mengenai lingkungan di negara berkembang diakibatkan oleh kemiskinan.Sedangkan pada negara – negara maju hal tersebut disebabkan oleh kemajuan industri dan teknologi.Topik yang dibahas dalam konferensi ini adalah mengenai perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, polusi udara, pengelolaan dan pemakaian sumber daya air dan lautan, limbah – limbah berbahaya, pengundulan hutan, dan berkurangnya keanekaragaman hayati.Tujuan utama dari Konferensi ini adalah untuk menghasilkan sebuah agenda lanjutan dalam masalah pembangunan dan lingkungan hidup.Maka dari itu, lahirnya sebuah konsep dari konferensi ini yang dinamakan konsep pembangunan berkelanjutan yang merupakan tujuan setiap manusia di dunia. Konferensi Rio de Janeiro menghasilkan lima dokumen, yaitu sebagai berikut. a. The Rio de Janeiro Declaration on Environment and Development dikenal juga sebagai “Earth Chapter” yang terdiri atas 27 prinsip yang memprakarsai pada kerjasama internasional, dan perlunya pembangunan yang dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan. Dalam prinsip ini juga mengajak masyarakat untuk aktif berperan dalam proses pelaksanaan pembangunan tersebut. b. Konvensi Perubahan Iklim The Framework Convention on Climate Change yang berisikan tentang negara – negara maju yang bersedia dalam membatasi gas emisi rumah kaca. Disini negara – negara maju sepakat dalam membantu negara berkembang dalam mengelola sumber Universitas Sumatera Utara daya dan penggunaan teknologi untuk memenuhi kewajiban yang tertera dalam konvensi tersebut. Tujuan utama dari konvensi ini adalah Stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosferpada tingkat yang telah mencegah terjadinya intervensi yang membahayakan oleh manusia terhadap sistem iklim, yang mengharuskan pengurangan sumber emisi gas CO2, emisi pabrik, transportasi, dan penggunaan energy fosil. c. Konvensi Keanekaragaman Hayati The Convention on Biological Diversity yang bertujuan untuk melestarikan secara berkelanjutan segala keanekaragaman hayati. Negara memiliki kedaulatan untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya sesuai dengan kebijakan pembangunan dan lingkungannya, serta mempunyai tanggung jawab dalam menjamin bahwa kegiatan dalam mengeksploitasi sumber daya alamnya tidak merusak lingkungan wilayah negaranya maupun wilayah negara yang lain. d. Pernyataan Prinsip – prinsip Kehutanan, yang mengatur tentang kebijakan internasional dan nasional dalam bidang kehutanan. Prinsip – prinsip ini bertujuan untuk agar setiap negara melakukan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hutan dengan cara berkelanjutan yang bermakna dalam ekonomi dan keselamatan jenis biotanya. Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap negara harus mengelola sumber daya hutannya dengan baik dan memperhatikan lingkungan hidupnya dalam hal pembangunan yang menyangkut dalam bidang kehutanan. Universitas Sumatera Utara e. Agenda 21, yang biasa disebut sebagai Komisi Pembangunan Berkelanjutan. Komisi ini bertujuan untuk memastikan keefektifan tindak lanjut KTT Bumi. Agenda 21 merupakan rancangan tentang cara mengupayakan pembangunan berkelanjutan dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Tujuan utama dari Agenda 21 yaitu untuk memelihara sumber daya alam dan menciptakan keselamatan dalam kehidupan bermartabat. Pokok – pokok dari agenda 21 yaitu : • Social and Economic Dimension • Conservation and Manajement of Resources for Development • Strengthening the Role of Major Group • Means of Implementation Dalam prinsip 14 Konferensi Rio menyatakan bahwa, States should effectively cooperate to discourage or prevent the relocation and transfer to other states of any activities and substance that cause severe environmental degradation or are found to be harmful to human health Pencegahan peralihan bahn perusak lingkungan dari satu negara ke negara lainnya oleh setiap pemerintah . 26 Dalam prinsip tersebut dijelaskan bahwa pencegahan dalam hal pencemaran lingkungan yang bersifat lintas batas adalah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya.Pemerintah Indonesia dalam hal ini haruslah bertanggung jawab penuh atas pencemaran udara lintas 26 Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Lingkungan Internasional Perspektif Bisnis Internasional, PT. Refika Aditama, Bandung, 2002. Hal. 42 Universitas Sumatera Utara batas akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah yurisdiksi Indonesia. 4. Konferensi Johannesburg, Afrika Selatan 2002 Konferensi ini diadakan pada tanggal 26 Agustus – 4 September tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan.Konferensi ini dikenal sebagai World Summit on Sustainable Development, yang bertemakan tentang ekonomi dan sosial.Konferensi ini membahas tentang pembangunan berkelanjutan dan dalam konferensi ini terdapat empat resolusi, yaitu sebagai berikut. a. Resolusi 1 : Deklarasi Politik b. Resolusi 2 : Rencana Implementasi dari the World Summit on Sustainable Development c. Resolusi 3 : Ungkapan terima kasih kepada rakyat dan pemerintah Afrika Selatan d. Resolusi 4 : Kredensial para perwakilan dalam the World Summit on Sustainable Development 5. Konferensi Bali, Indonesia 2007 Konferensi ini diselenggarakan pada tanggal 13 – 15 Desember 2007 di Nusa Dua, Bali, Indonesia.Konferensi ini disebut sebagai KTT Pemanasan Global yang bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat bumi untuk berbuat hal sekecil apapun untuk menyelamatkan bumi. Universitas Sumatera Utara Dalam pertemuan ini disepakati Bali Road Map, sebuah peta yang akan menjadi jalan untuk mencapai consensus baru pada 2009 sebagai pengganti protokol Kyoto fase pertama yang akan berakhir pada tahun 2012. Ini dari Bali Road Map adalah : 27 • Respons atas temuan keempat panel antar pemerintah IPCC bahwa keterlambatan pengurangan emisi akan menghambat peluang mencapai tingkat stabilitas emisi yang rendah, serta meningkatkan resiko lebih sering terjadinya dampak buruk perubahan iklim. • Pengakuan bahwa pengurangan emisi yang lebih besar secara global diharuskan untuk mencapai tujuan utama. • Keputusan yang meluncurkan proses yang menyeluruh, yang memungkinkan dilaksanakannya keputusan UNFCCC secara efektif dan berkelanjutan. • Penegasan kewajiban negara – negara maju melaksanakan komitmen dalam hal mitigasi secara terukur, dilaporkan dan dapat diverifikasi, termasuk pengurangan emsi yang terkuantifikasi. • Penegasan kesediaan sukarela negara berkembang mengurangi emisi secara terukur, dilaporkan dan dapat diverifikasi, dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan, didukung teknologi, dana, dan peningkatan kapasitas 27 https:redrosela.wordpress.com20141210ktt-bumi-dan-lingkungan-dari-masa-ke-masa Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 Universitas Sumatera Utara • Penguatan kerjasama dibidang adaptasi atas perubahan iklim, pengembangan dan alih teknologi untuk mendukung mitigasi dan adaptasi. • Memperkuat sumber – sumber dana dan investasi untuk mendukung tindakan mitigasi, adaptasi dan alih teknologi terkait perubahan iklim. 6. Konvensi Genewa 1979 The Convention on The Long Range Transboundary Air Pollution Pada awalnya konvensi ini bisa lahir karena adanya hasil dari tindakan negara – negara Skandinavia untuk menyadarkan masyarakat internasional bahwa polusi udara lintas batas sangat berbahaya dan merugikan bagi lingkungan.Konvensi ini merupakan konvensi yang pertama kali membahas tentang pengendalian polusi udara.Konvensi ini juga kemudian mengharuskan adanya kerjasama antara negara penyebab sumber utama dari pencemaran udara lintas batas dengan negara yang terkena dampak pencemaran udara lintas batas. Pasal 2 konvensi ini menyatakan bahwa “the contracting parties, taking due account of the fact and problems involved, are determined to protect man and his environment againts air pollution and shall endeavour to limit and, as far as possible, gradually reduce and prevent air pollution including long range transboundary pollution” yang artinya bahwa para pihak, dengan mempertimbangkan fakta – fakta dan masalah yang terlibat, bertekad untuk melindungi manusia dan lingkungan melawan polusi udara dan akan berusaha untuk membatasi dan sejauh mungkin, secara bertahap Universitas Sumatera Utara mengurangi dan mencegah pencemaran udara termasuk jangka panjang polusi lintas batas. Berdasarkan pasal ini, menjelaskan bahwa Konvensi Genewa ini bertekad untuk melindungi manusia dan lingkungan serta mencegah dari pencemaran udara termasuk pencemaran udara lintas batas negara. 7. AATHP Asean Agreement on Transboundary Haze Pollution Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sangat sering terjadi dan menimbulkan pencemaran asap lintas batas yang kemudian merugikan negara – negara tetangga seperti halnya Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Dengan demikian Indonesia beserta negara Asean lainnya membuat kesepakatan dalam hal mencegah dan penanganan kebakaran hutan dan dampak dari asapnya dalam sebuah persetujuan Asean yaitu Asean Agreement on Transboundary Haze Pollution yang ditandatangani pada tanggal 10 Juni 2002.AAHTP mulai berlaku pada tanggal 25 November 2003 dengan 6 negara Asean telah meratifikasinya.Pada saat itu Indonesia belum meratifikasi persetujuan Asean tersebut. Sampai pada akhirnya pada tanggal 16 September 2014, Indonesia telah meratifikasi persetujuan Asean tersebut dengan Undang – undang Nomor 26 Tahun 2014 sebagai bentuk perundang – undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam persetujuan Asean ini menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mencegah dan memantau pencemaran asap lintas batas sebagai akibat dari kebakaran hutan dan lahan yang harus ditanggulangi, melalui upaya nasional secara bersama – sama dan mengintensifkan kerjasama Universitas Sumatera Utara regional dan internasional. Secara umum persetujuan ini berusaha mengendalikan pencemaran udara lintas batas yang sering terjadi di wilayah Asia Tenggara. Dalam pasal 27 persetujuan Asean ini, dijelaskan bahwa penyelesaian sengketa dilakukan dengan cara damai melalui negoisasi. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang