35
kata. Kategori lahiriah tersebut dapat berupa kelas kata, seperti nomina, verba, dan adjektiva Siregar, dalam Prasetyo 2009:3.
4.1.1 Metafora MURUKEN bagi BINATANG ‘Marah sebagai Binatang’
1. Biahat kian en molo nggo muruken
Harimau sekali DET kalau sudah marah ‘marah sekali dia seperti harimau’.
2. Muruken kian en nidok mata cibongkel
Marah sekali DET KONJ mata burung hantu ‘Marah sekali ini matanya seperti mata burung hantu’.
3. Muruken kian pe nidok muncung biang muncungna
Marah sekali KONJ mulut anjing mulut.3TG ‘marah sekali seperti mulut anjing mulutnya’.
4. Nidok kidah manuk kerengen ko muruken
Seperti kelihatan ayam penyakitan 2.TG marah ‘kamu marah seperti ayam penyakitan’.
5. Sintakken kereng i ko
ambil ayam penyakitan DET 2.TG ‘kamu diambil ayam penyakitan’.
6. Muruken sambing bagi kehkeh nggo abemu.
Marah selalu KONJ monyet sudah wajah.2TG ‘wajahmu seperti monyet terlalu sering marah’.
Pada klausa–kalusa tersebut terdapat kata-kata yang mewakili
pengonseptualisasian metafora MURUKEN bagi BINATANG ‘marah sebagai
binatang’ yaitu biahat ‘harimau’, cibongkel ‘burung hantu’, biang ‘anjing’,
Universitas Sumatera Utara
36
manuk kerengen ‘ayam penyakitan’, kehkeh ‘monyet’. Kata biahat ‘harimau’ pada KBBI 2010 : 315 mempunyai arti binatang berkaki empat seperti kucing tetapi
besar, binatang buas pemakan daging. Melukiskan tokoh yang serakah dan mau menang sendiri. Kata
cibongkel ‘ burung hantu’ dalam KBBI 2010 : 168 mempunyai arti binatang yang mencari makan pada malam hari dan bermata
tajam dan besar. Melambang orang yang sangat serius dan menganggap dirinya bijaksana, selalu bicara dengan kalimat panjang dan ruwet. Kata
biang ‘anjing’ pada KBBI 2010 : 60 mempunyai arti binatang menyusui yang dipelihara
sebagai binatang penjaga dan untuk berburu, memiliki sifat curiga. Selanjutnya, kata
manuk kerengen ‘ayam penyakitan’ dalam KBBI 2010 : 82 mempunyai arti unggas yang tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara. Mencerminkan
sifat egoisme seseorang, kerisauan atas eksistensi orang lain dan sempoyongan dalam tingkah laku. Kemudian, kata
kehkeh ‘monyet’ pada KBBI 2010 : 537 mempunyai arti kera yang bulunya berwarna keabu-abuan dan berekor panjang,
kulit mukanya tidak berbulu, begitu juga telapak tangan dan telapak kakinya, tidak tahu menghargai suatu barang yang bagus. Melambangkan orang yang terlalu
banyak berbicara dan selalu mengganggu konsentrasi kelompok dalam menghadapi persoalan serius.
Data di atas mempunyai medan makna yang sama yaitu binatang. BINATANG menjadi ranah sumber sehingga data tersebut mempunyai penamaan
metafora MURUKEN bagi BINATANG ‘marah sebagai binatang’. Pemetaan
konseptual struktur metafora itu dijabarkan pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 4.1 Pemetaan Konseptual Metafora MURUKEN bagi BINATANG Marah sebagai Binatang’
SASARAN SUMBER
Orang yang marah ada rangsangan intern maupun rangsangan ekstern
yang menyebabkan terjadinya seseorang marah.
Biahat ‘harimau’, cibongkel ‘burung hantu’
, biang ‘anjing’, manuk kerengen ‘ayam penyakitan’
, kehkeh ‘monyet’ adalah binatang yang mau melukai, ada
yang merangsangnya yang mengakibatkan binatang melukai
sasarannya. Pemarah bisa melukai orang
disekitarnya. Binatang yang marah bisa melukai
binatang yang disekitarnya. Pemarah ingin menang sendiri.
Binatang ingin menang dan merasa hebat dari binatang yang lain jika telah
melukai. Orang yang marah bisa melukai
dirinya sendiri. Binatang yang marah bisa menyakiti
dirinya sendiri. Ketika orang sedang kaget maka
kemarahan akan terjadi. Ketika binatang kaget atau dikagetkan
akan menyerang. Pemarah memiliki sifat merasa hebat.
Binatang yang marah memiliki sifat
Universitas Sumatera Utara
38
menyerang. Orang yang marah karena ada yang
merangsang. Binatang yang buas ada rangsangan.
Orang yang marah karena ada yang merangsang dan ada juga yang bawaan
sifat pemarah dan agresif. Binatang yang buas ingin melukai
karena ada yang merangsang dan ada bawaan bahwa binatang tersebut
perilakunya ingin melukai yang ada didekatnya dan agresif.
Nomina biahat ‘harimau’, cibongkel ‘burung hantu’, biang ‘anjing’,
manuk kerengen ‘ayam penyakitan’, kehkeh ‘monyet’ mempunyai kesamaan konsep dengan pelaku
MURUKEN ‘marah’ yang terlihat jahat dan tidak disukai orang. Binatang tersebut dapat dipetakan kepada objek orang yang marah.
Binatang mempunyai sifat menyerang dan mau menang sendiri. Hal yang sama juga ada pada orang yang marah atau pemarah ingin menang sendiri dan
menyerang atau melawan orang lain. Orang pemarah tidak disukai orang lain yang ada disekitarnya karena
keegoisan, agresif yang dimiliki dan melukai orang lain dan sifat tersebut merupakan sifat buruk yang mestinya tidak ditiru. Konsep tersebut dipetakan dari
konsep binatang yang memiliki sifat buruk yang suatu saat akan menyerang dan melukai yang disekitarnya. Konsep ini dibentuk pada klausa
Biahat kian en molo nggo muruken ‘marah sekali dia seperti harimau’ pada data 1 artinya
Universitas Sumatera Utara
39
harimau marahsangat buas bisa menerkam apa saja yang ingin diterkam atau yang ada di dekatnya.
Kata biahat ‘harimau’, cibongkel ‘burung hantu’, biang ‘anjing’, manuk
kerengen ‘ayam penyakitan’, kehkeh ‘monyet’ digunakan sebagai kata metaforis karena dapat mengonseptualisasikan pada kata
MURUKEN ‘marah’ dalam bahasa Pakpak.
4.1.2 Metafora MURUKEN bagi CAIREN ‘Marah sebagai Cairan’