15
2.1.4 Metonimi
Metonimi termasuk jenis bahasa bersifat figuratif, yang di dalamnya terdapat penggantian sebutan sesuatu yang dimaksudkan dengan menyebut sesuatu yang
ada tautan pengenalannya dengan sesuatu yang dimaksudkan tersebut Hasibuan, 2005 : 7. Metonimisasi merupakan referensial yang menggunakan sesuatu entitas
untuk mengacu entitas yang lain.
2.1.5 Kategorisasi
Kategorisasi adalah penyusunan berdasarkan kategori, penggolongan, proses dan hasil pengelompokan unsur bahasa dan bagian pengalaman manusia yang
digambarkan ke dalam kategori, cara mengungkapkan makna dengan pelbagai potensi yang ada dalam bahasa Alwi 2007 : 516.
2.1.6 Marah
Marah ialah bergejolaknya darah dalam hati untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan terjadi atau karena ingin balas dendam kepada orang yang
menimpakan gangguan yang terjadi padanya, sangat tidak senang karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, berang, gusar Alwi 2007:214.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini diterapkan teori metafora konseptual untuk menelaah metafora emosi dalam hal ini Metafora MURUKEN ‘Marah” dalam Bahasa
Pakpak. Teori ini diperkenalkan oleh Lakoff 1987, dalam Silalahi 2005:97 yang
Universitas Sumatera Utara
16
berpandangan bahwa kognisi merupakan hasil dari konstruksi mental, dan metafora adalah penyamaan yang bersifat lintas ranah konseptual di dalam sistem
konseptual yang memiliki hakikat dan struktur metafora. Metafora bukanlah perilaku bahasa saja tetapi juga persoalan pikiran karena pada prinsipnya
penalaran abstrak merupakan kasus khusus penalaran berdasarkan atas citra. Penalaran berdasarkan atas citra bersifat asasi dan penalaran metaforis abstrak.
Mengikuti pandangan semantik kognitif, metaforisasi dilihat sebagai prinsip analogikal dan melibatkan konseptualisasi satu unsur struktur konseptual
melalui struktur konseptual yang lain yang terjadi antar-ranah konseptual yang sama, yang menata sistem konseptual sehari-hari penutur bahasa, termasuk konsep
yang paling abstrak yang terdapat di balik penggunaan bahasa sehari-hari. Metafora memasilitasi pikiran dengan menyediakan satu kerangka eksperiensial
tempat konsep-konsep abstrak yang baru diperoleh yang dapat diakomodasi. Jaringan metafora yang mendasari pikiran dengan cara ini membentuk peta
kognitif, satu jaringan konsep yang disusun dari segi konsep mana yang kemudian berfungsi untuk menjadi dasar konsep-konsep abstrak dalam pengalaman-
pengalaman fisik pelaku kognitif dan di dalam hubungan pelaku dengan dunia luar.
Fokus pembahasan adalah perilaku bahasa, bukan
perubahan kemasyarakatan. Perilaku bahasa yang menjadi objek pembahasan adalah
ungkapan metafora konseptual, yang melambangkan berbagai jenis pemetaan konsep Lakoff , dalam Silalahi 2005:97.
Prinsip-prinsip dasar linguistik kognitif yang digagas oleh para pendirinya seperti Lakoff, Johnson, Talmy, Fillmore, Langacker pada akhir 1970-an dan
Universitas Sumatera Utara
17
1980-an telah berkembang sebagai paradigma penelitian yang kompleks, koheren. Salah satu prinsip dasarnya ialah bahwa pemakaian bahasa dikuasai oleh citra
kompleks, konfigurasi dan kognisi yang mendasari pemakaian bahasa metaforis dapat menjadi sama seperti halnya pemakaian bahasa yang digunakan dalam
penalaran praktis Palmer, dalam Mulyadi, 2010:19. Makna bahasa bertumpu pada struktur konseptual yang sudah teradat Siregar, 2005 : 181. Pendekatan
kognitif melihat metafora sebagai alat untuk mengkonseptualisasikan ranah-ranah pengalaman yang abstrak dan tidak teraba ke dalam ranah yang kongkret dan
akrab. Selain itu metafora merupakan jenis konseptualisasi pengalaman manusia, yang tidak pernah luput dari setiap penggunaan bahasa alamiah Taylor dan
Siregar, dalam Silalahi, 2005:96. Pengkategorian terhadap data metafora adalah suatu proses yang disebut
“menentukan sistem metafora yang terlibat”. Kategorisasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang
ditetapkan, menggolong-golongkan menurut jenis, cara mengungkapkan makna dengan pelbagai potensi yang ada dalam bahasa Alwi, 2007 : 516.
Lakof dan Jhonson dalam Prasetyo 2009:3 untuk dapat menjelaskan metafora konseptual diperlukan pemetaan konseptual. Pemetaan konseptual akan
dapat lebih menjelaskan sistem konsep-konsep yang terwujud dari kriteria metafora
MURUKEN ‘marah’ yang telah dibuat. Salah satu langkah yang dilakukan dalam pemetaan konseptual adalah mengelompokkan konsep tersebut
yang mengonseptualisasikan metafora MURUKEN ‘marah’ ke dalam ranah-
ranah.
Universitas Sumatera Utara
18
Mengenai pengkategorian suatu ranah sumber dapat dicari melalui medan makna. Medan makna sebagai satu jaringan asosiasi yang rumit berdasarkan
similiaritaskesamaan, kontakhubungan, dan hubungan-hubungan asosiatif dengan penyebutan satu kata Parera, dalam Prastyo 2009:3. Dalam metafora
MURUKEN ‘marah’ dapat dilihat secara batiniah, menyangkut kategori makna, juga dapat dilihat secara lahiriah, menyangkut kelas kata. Kategori lahiriah
tersebut dapat berupa kelas kata, seperti nomina, verba, dan adjektiva Siregar, dalam Prasetyo 2009:3. Setelah pengkategorian selesai ada tiga langkah proses
yang ditempuh dalam pemetaan konseptual Siregar, dalam Prasetyo 2009:4, yaitu:
1. Pencarian ranah sumber yang sesuai.
2. Pemetaan konseptual antara ranah sumber dan sasaran.
3. Penayangan semua inferensi tentang ranah sumber ke ranah
sasaran melalui pemetaan. Lakoff dalam Siregar 2005:3 mengajukan hipotesis bahwa metafora-
metafora menayangkan peta kognitif dari satu ranah sumber kepada satu ranah sasaran sehingga ranah yang kedua sebagian dipahami dari segi ranah yang
pertama. Menurut Lakoff dan Jhonson dalam Sari 2012: 16 metafora tidak hanya terdapat dalam bahasa, tetapi menyerap dalam kehidupan sehari-hari yang
melingkupi pikiran dan tingkah laku. Model metafora konseptual memiliki ciri- ciri berikut menurut Barcelona dalam Silalahi 2005:2:
a Terdapat konsep “sasaran” A perlu dipahami untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu;
Universitas Sumatera Utara
19
b Terdapat struktur konseptual yang mengandung A dan konsep lainnya B; c B berhubungan dengan A atau berbeda dengan A dalam struktur konseptual
itu; d Dibandingkan dengan A, B dapat lebih mudah dipahami, lebih mudah diingat,
lebih mudah dikenali, atau lebih langsung bermanfaat untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu.
Model metafora merupakan model bagaimana B dipetakan kepada A dalam struktur konseptual; hubungan ini ditegaskan oleh fungsi B sebagai A, dengan
pola X adalah Y; X sebagai Y. Metafora dan metonimi ‘semesta’ pada tingkat
struktur dan sistemnya. Metafora konseptual berhubungan antara dua ranah semantik, yaitu ranah
sumber ranah konkrit dan ranah sasaran ranah abstrak. Makna baru tercita pada ranah sumber dan makna itu dipetakan ke dalam ranah sasaran. Pemahaman
terhadap makna itu dapat dicapai melalui satu interpretasi konstruktif dengan memahami seluruh kalimat atau dalam kerangka kognitif menemukan persamaan
makna umum yang terdapat diantara ranah sumber dan ranah sasaran Mulyadi 2010:18.
Pemahaman bahwa metafora itu sama sekali tidak berada pada bahasa melainkan pada ranah mental seseorang – yang telah terkonsepsi. Metafora
terletak pada perannya yang penting dalam menentukan hubungan antara bahasa pengetahuan manusia dengan dunia yang diinginkannya. Lakoff menambahkan
bahwa metafora adalah ungkapan kebahasaan yang merupakan kemampuan linguistik dan didukung oleh pengetahuan khusus seseorang yang maknanya tidak
Universitas Sumatera Utara
20
dapat dijangkau secara langsung dari lambang karena makna yang dimaksud terdapat pada prediksi ungkapan kebahasaan tersebut Lakoff, dalam Hasibuan,
2005.
2.3 Tinjauan Pustaka