31
Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini. 1.
Berjenis kelamin pria dan wanita. 2.
Berusia antara 30-65 tahun. 3.
Jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya. 4.
Berstatus sosial menengah. 5.
Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya. 6.
Dapat berbahasa Indonesia. 7.
Sehat jasmani dan rohani Mahsun,1995:106. Wawancara dilakukan pada malam hari sekitar pukul 19.00-21.00 WIB
pada hari jumat, sabtu, dan minggu. Wawancara dilakukan di rumah informan. Pada saat penelitian, ada hambatan, yakni : Peneliti kesulitan menyesuaikan waktu
dengan informan. Informan bekerja di ladang dari pagi sampai sore. Akibatnya, waktu melakukan wawancara terbatas.
Data intuitif juga digunakan sebagai data pelengkap. Tujuannya untuk melengkapi data yang sudah ada dan data intuisi juga digunakan untuk menguji
keberterimaan yang disediakan oleh narasumber.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Penganalisisan data dilakukan dengan metode padan, yang penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik
dasarnya berupa teknik pilah unsur penentu dengan alat penentu mitra wicara
Sudaryanto, 1995:21. Metode ini digunakan untuk menganalisis kategorisasi metafora dalam bahasa Pakpak dan makna yang terkandung di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
32
Di bawah ini salah satu contoh analisis metafora MURUKEN ‘marah’ yang digunakan oleh penutur bahasa Pakpak:
Murukenna mengaltup roka ku. Marah.3TG AKT.Terkam hati 1TG
‘Marahnya menerkam hatiku’. Contoh di atas merupakan metafora
MURUKEN ‘marah’ sebagai binatang. Menerkam biasanya digunakan untuk binatang. Kata MURUKEN ‘marah’
dikonsepkan sebagai binatang selanjutnya, dilakukan pemetaan terhadap metafora tersebut.
Tabel 3.1 Pemetaan Konseptual Metafora MURUKEN bagi BINATANG marah sebagai binatang’
SASARAN SUMBER
Orang yang marah besar bisa menyakiti perasaan dan melukai orang lain.
Harimau yang buas bisa menerkam dan melukai.
Orang yang marah besar tidak
memikirkan orang lain. Harimau yang buas tidak memandang
besar atau kecil sesuatu yang akan diterkam.
Orang yang sangat marah sehingga tidak memikirkan apa akibat dari
kemarahannya tersebut bagi orang lain atau bagi diri sendiri.
Harimau yang sangat buas bisa menerkam apa saja yang ingin diterkam
atau yang ada di dekatnya.
Orang yang marah merasa diri paling benar dan berkuasa. Orang yang merasa
dirinya paling benar cenderung akan membuat dia akan menyalahkan orang
Harimau yang menerkam merasa dirinya paling kuat dan hebat dari
binatang lain, sehingga cenderung
Universitas Sumatera Utara
33
lain. meremehkan binatang lain.
Orang yang marah ada rangsangan intern maupun rangsangan ekstern yang
menyebabkan terjadinya seseorang marah.
Harimau yang menerkam ada yang merangsangnya yang mengakibatkan
harimau menerkam sasarannya.
Ketika orang dalam kondisi lapar akan mudah marah.
Harimau yang lapar akan menyebabkan menerkam.
Ketika orang sedang kaget maka kemarahan akan terjadi.
Ketika harimau kaget atau dikagetkan akan menerkam.
Orang yang sering marah dijauhkan orang atau tidak mempunyai teman
karena mudah tersinggung. Harimau tidak mampunyai teman,
karena jenis binatang ini adalah menyeramkan dan mudah tersinggung.
Kata menerkam digunakan sebagai kata metaforis karena dapat
mengkonseptualisasikan pada kata MURUKEN ‘marah’ dalam bahasa Pakpak.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB IV PEMBAHASAN