Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dir: sebuah penelitian dikalangan anak berhadapan hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN
HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Shella Rafika Sari
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN
HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Shella Rafika Sari
NIM. 106070002308
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Jahja Umar, Ph. D NIP. 130 885 522
Pembimbing II
M. Avicenna, M. Hsc, Psy NIP. 19770906 200112 1004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 6 Desember 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan Pembantu Dekan
Ketua Merangkap Anggota / Sekretaris Merangkap Anggota Pembimbing I
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 1956 1223 1983 032001
Anggota
(4)
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Shella Rafika Sari NIM : 106070002308
Dengan ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan dalam membuat laporan penelitian dengan skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melanggar etika akademik seperti penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Apabila dikemudian hari saya terbukti melanggar etika akademik, maka saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 6 Desember 2010
Yang Menyatakan
Shella Rafika Sari NIM. 106070002308
(5)
PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang selalu menyertaiku
Kupersembahkan karya ini sebagai kenang-kenangan untuk orang-orang tersayang:
Ayah, Kakak, dan Alm. Abangku tercinta, Ibu, Abang, saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, dan semua orang yang kusayangi
(6)
MOTTO
“Keajaiban hanya terjadi pada orang-orang
yang pantang menyerah..”
(7)
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi
(B) November 2010 (C) Shella Rafika Sari
(D) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri: Sebuah Penelitian dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani
(E) XIV + 85 Halaman + 59 Lampiran
(F) Penerimaan diri (self acceptance) adalah masalah yang penting dan serius dalam kehidupan manusia. Penerimaan diri penting karena merupakan asas untuk membentuk diri yang baik supaya kita dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang ada. Penerimaan diri adalah asas meningkatkan diri untuk menghadapi cobaan hidup.
Penerimaan diri akan diukur dengan menggunakan skala berdasarkan aspek penerimaan diri menurut Sheerer (Cronbach, 1963), yaitu perasaan sederajat, percaya kemampuan diri, bertanggung jawab, orientasi keluar diri, berpendirian, menyadari keterbatasan dan menerima sifat Kemanusiaan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya berdasarkan pada teori Hurlock (1974), yaitu pemahaman diri, harapan yang realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak ada tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri, perspektif diri, pola asuh di masa kecil yang baik dan konsep diri yang stabil. Dengan variabel kontrol Anak Berhadapan Hukum (ABH) usia 12-18 tahun di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. Subjek dalam penelitian ini adalah 106 Anak Berhadapan Hukum (ABH)
Hasil pengujian hipotesis penerimaan diri (self acceptance) sebagai DV mengahasilkan R2 : 0.185, yang berarti 18,5% dari bervariasinya penerimaan diri ditentukan oleh ke 10 IV tersebut dengan nilai F yang dihasilkan adalah 2.16. Karena nilai F yang dihasilkan memiliki probability p < 0.05, maka dapat dikatakan signifikan. Arah dari koefisien regresi yang signifikan tersebut, ternyata ditemukan dampak yang positif, yang berarti semakin tinggi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, maka semakin tinggi penerimaan diri dan sebaliknya, semakin rendah faktor-faktor yang
(8)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan, masukan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Jahja Umar, Ph. D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan selama menyelesaikan skripsi ini.
2. M. Avicenna, M. Hsc, Psy selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Neneng Tati Sumiati, M. Si. Psi selaku pembimbing akademik yang selalu meluangkan waktu untuk berkonsultasi.
4. Dra. Puji Astuti Santoso., M. Si selaku Kepala Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
5. Ibu Naning Purwaningsih Handayani., SH selaku penyuluh sosial muda di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani yang bersedia membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Staf Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Cipayung, Jakarta Timur.
7. Kepada semua Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang telah bersedia meluangkan waktunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Ayah dan Kakak yang penulis cintai, yang telah memberikan dukungan serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(9)
9. Sahabatku Merlyna Revelia, yang selalu memberikan perhatian, bantuan, dan dukungan.
10. Rekan-rekan mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 6 Desember 2010
Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Pernyataan ... iv
Persembahan ... v
Motto ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 9
1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
1.3.1 Pembatasan Masalah Penelitian ... 9
1.3.2 Perumusan Masalah Penelitian ... 11
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 12
1.4.1.1 Tujuan secara Khusus ... 12
1.4.1.2 Tujuan secara Umum ... 12
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 12
1.4.2.1 Manfaat secara Teoritis ... 12
1.4.2.2 Manfaat secara Praktis ... 12
1.5Sistematika Penulisan ... 13
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 14
(11)
2.2.1 Definisi Penerimaan Diri (self Acceptance) ... 14
2.2.2 Aspek-aspek Penerimaan Diri (self Acceptance) ... 16
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri ... 18
2.2.4 Proses Terbentuknya Penerimaan Diri (self Acceptance) ... 23
2.2.5 Dampak dari Penerimaan Diri (self Acceptance) ... 24
2.2 Anak Berhadapan Hukum (ABH) ... 25
2.3 Kerangka Berpikir ... 28
2.4 Hipotesis ... 33
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
3.2 Variabel Penelitian ... 36
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 39
3.4 Metode Analisa Data ... 44
3.5 Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Penelitian ... 46
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 49
4.1 Analisis Deskriptif ... 49
4.2 Uji Hipotesis ... 55
4.2.1 Penerimaan Diri (self Acceptance) sebagai DV ... 57
4.2.1.1 Perasaan Sederajat sebagai DV ... 59
4.2.1.2 Percaya Kemampuan Diri sebagai DV ... 61
4.2.1.3 Bertanggung Jawab sebagai DV ... 63
4.2.1.4 Orientasi Keluar Diri sebagai DV ... 65
4.2.1.5 Berpendirian sebagai DV ... 66
4.2.1.6 Menyadari Keterbatasan sebagai DV ... 68
4.2.1.7 Menerima Sifat Kemanusiaan sebagai DV ... 70
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Penerimaan Diri ... 40
Tabel 3.2 Blue Print Skala Pemahaman Diri ... 41
Tabel 3.3 Blue Print Skala Harapan yang Realistik ... 41
Tabel 3.4 Blue Print Skala Bebas dari Hambatan Lingkungan ... 41
Tabel 3.5 Blue Print Skala Sikap Masyarakat yang Menyenangkan ... 42
Tabel 3.6 Blue Print Skala Tidak Ada Tekanan Emosi yang Berat ... 42
Tabel 3.7 Blue Print Skala Pengaruh Keberhasilan ... 42
Tabel 3.8 Blue Print Skala Identifikasi Seseorang Penerimaan Diri ... 43
Tabel 3.9 Blue Print Skala Perspektif Diri ... 43
Tabel 3.10 Blue Print Skala Pola Asuh di Masa Kecil yang Baik ... 43
Tabel 3.11 Blue Print Skala Konsep Diri yang Stabil ... 44
Tabel 3.12 Uji Validitas Skala Penerimaan Diri (Self Acceptance) ... 47
Tabel 3.13 Uji Validitas Skala Faktor Mempengaruhi Penerimaan Diri ... 47
Tabel 4.1 Kategorisasi Perasaan Sederajat ... 50
Tabel 4.2 Kategorisasi Percaya Kemampuan Diri ... 51
Tabel 4.3 Kategorisasi Bertanggung Jawab ... 51
Tabel 4.4 Kategorisasi Orientasi Keluar Diri ... 52
Tabel 4.5 Kategorisasi Berpendirian ... 53
Tabel 4.6 Kategorisasi Menyadari Keterbatasan ... 53
Tabel 4.7 Kategorisasi Menerima Sifat Kemanusiaan ... 54
Tabel 4.8 Ketujuh Komponen Penerimaan Diri sebagai DV ... 72
Tabel 4.9 IV Signifikan pada Ketujuh Komponen Penerimaan Diri ... 73
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 33
Gambar 2 Penerimaan Diri (Self Acceptance) sebagai DV ... 58
Gambar 3 Perasaan Sederajat sebagai DV ... 60
Gambar 4 Percaya Kemampuan Diri sebagai DV ... 62
Gambar 5 Bertanggung Jawab sebagai DV ... 64
Gambar 6 Orientasi Keluar Diri sebagai DV ... 65
Gambar 7 Berpendirian sebagai DV ... 67
Gambar 8 Menyadari Keterbatasan sebagai DV ... 69
Gambar 9 Menerima Sifat Kemanusiaan sebagai DV ... 71
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala penerimaan Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Lampiran 2 : Hasil Pengumpulan Data Lampiran 3 : Hasil Penelitian
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 : Surat Pernyataan telah Selesai Penelitian dari Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani
(15)
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Penerimaan diri (self acceptance) merupakan variabel yang penting dan telah
teruji dalam berbagai terapi Gestalt dan Rogerian (Carson dan Butcher, 1992). Pengembangan kesadaran diri dan penerimaan diri individu merupakan objek utama terapi Gestalt yang mengarah pada aktualisasi diri (Golstein dalam Sarason, 1972). Oleh karena itu, masalah penerimaan diri adalah masalah yang penting dan serius dalam kehidupan manusia. Penerimaan diri penting karena merupakan asas untuk membentuk diri yang baik supaya kita dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang ada. Penerimaan diri adalah asas meningkatkan diri untuk menghadapi cobaan hidup.
Apabila individu tidak memiliki penerimaan diri yang baik, maka perasaan kecewa, sedih, ketidakpuasan dan hilang semangat akan timbul, bahkan individu juga akan hilang keyakinan dan tujuan di dalam hidupnya. Ciri-ciri tersebut dapat
(16)
Penerimaan diri juga berlaku melalui sosialisasi dengan individu lain karena penerimaan diri mempengaruhi tindak-tanduk individu dalam menghadapi cobaan hidup yang dialaminya. Individu yang mempunyai penerimaan diri yang baik dapat mengatasi atau mengendalikan masalah yang timbul dalam hidupnya. Pernyataan tersebut di dukung oleh Calhoun dan Acocella (1990) yang mengatakan bahwa penerimaan diri akan membantu individu dalam menyesuaikan diri, sehingga sifat-sifat dalam dirinya seimbang dan terintegrasi.
Senada dengan Skinner (1953) yang menyebutkan salah satu kriteria utama bagi suatu kepribadian yang terintegrasi dengan baik adalah menerima diri sendiri. Individu yang mempunyai penerimaan diri baik dikatakan sebagai orang yang menyukai dan menghargai dirinya dengan melihat dirinya berhubungan dengan dunia luar. Sebaliknya, individu yang mempunyai penerimaan diri yang buruk melihat dirinya sebagai orang yang membenci dan tidak menghargai diri, merasa dirinya tidak nyaman dalam berhubungan dengan sekitarnya.
Hurlock (1974) membagi dampak penerimaan diri menjadi dua kategori. Pertama, dalam penyesuaian diri. Orang yang memiliki penerimaan diri, mampu
mengenali kelebihan dan kekurangannya. Ia biasanya memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem). Pendapat tersebut sejalan dengan
pernyataan Brooks & Golstein (2009) bahwa penerimaan diri dikaitkan dengan penghargaan diri dan rasa percaya diri. Individu lebih dapat menerima kritik demi perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistik, sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif.
(17)
Dengan penilaian realistik terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan merasa puas menjadi dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain.
Kedua, dalam penyesuaian sosial. Penerimaan diri biasanya disertai
dengan adanya penerimaan pada orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan perhatiannya pada orang lain, serta menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan rasa empati dan simpati.
Dengan demikian, orang yang memiliki penerimaan diri dapat melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri, sehingga mereka cenderung lebih berorientasi pada dirinya sendiri (self oriented). Ia dapat mengatasi keadaan emosionalnya tanpa mengganggu
orang lain, serta toleran dan memiliki dorongan untuk membantu orang lain. Individu yang memiliki penerimaan diri rendah cenderung tidak berani menghadapi cobaan dan senantiasa mencoba melarikan diri dari masalah atau tanggung jawab (Hurlock, 1974). Ini disebabkan karena individu tersebut takut menghadapi kegagalan, sehingga individu tidak ingin melibatkan diri dalam berbagai aktivitas dan akan mengasingkan diri dari orang lain. Individu senantiasa memikirkan sesuatu yang tidak baik pada diri mereka sendiri, bersikap pesimistik dengan masa depannya, bahkan bertingkah laku buruk pada pendapat, pandangan ataupun kritikan orang lain. Emosi dan mental individu menjadi mudah
(18)
Penerimaan diri yang rendah merupakan faktor penting yang mempengaruhi ide dan percobaan bunuh diri (Golstein dalam Sarason, 1972). Ketika ditolak oleh kelompok maupun lingkungan sekitarnya, individu yang memiliki penerimaan diri yang baik mungkin akan merasa tertekan untuk sementara, tapi perasan itu akan segera hilang. Individu bebas dari kesalahan manusiawi dan tidak memandang dirinya sebagai seseorang yang harus marah, takut atau menghindar dari konflik keinginan. Individu merasa memiliki hak untuk mempunyai ide, aspirasi, dan keinginan sendiri, sehingga mereka tidak akan mengeluh tentang kepuasan hidup. Sedangkan individu dengan penerimaan diri yang rendah akan terus merasa ditolak karena perasaan rendah dirinya dan merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya.
Penerimaan diri merupakan hasil instropeksi melalui pengamatan, pemikiran dan perasaan diri. Pernyataan tersebut didukung oleh Chaplin (2006) yang menyatakan proses penerimaan diri dimulai melalui proses pengamatan, pemikiran dan perasaan serta penilaian-penilaian terhadap diri sendiri. Senada dengan Cronbach (1963) yang mengatakan bahwa untuk mencapai penerimaan diri harus melalui introspeksi terhadap diri sendiri. Supraptiknya (1995) menambahkan bahwa proses terbentuknya penerimaan diri berkaitan dengan pembukaan diri, kesehatan psikologis dan penerimaan terhadap orang lain.
Jika seseorang dapat menerima diri dengan baik maka dengan mudah akan membuka diri. Demi penerimaan diri maka kita harus bersikap tulus dan jujur dalam membuka diri. Bila kita menyembunyikan sesuatu tentang diri kita, penerimaan yang ditunjukkan oleh orang lain atas diri kita justru bisa mengurangi
(19)
penerimaan diri kita. Selanjutnya, kesehatan psikologis berkaitan erat dengan kualitas perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Orang yang sehat secara psikologis memandang dirinya disenangi, mampu, berharga dan diterima oleh orang lain. Oleh karena itu, agar kita tumbuh dan berkembang secara psikologis, kita harus menerima diri kita. Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita akan berpikir positif tentang orang lain.
Dengan demikian, masalah penerimaan diri menjadi sangat penting bagi seseorang, maka penting pula untuk diteliti. Peneliti berminat untuk meneliti penerimaan diri pada Anak Berhadapan Hukum (ABH), karena pengalaman selama dipenjara akan membuat penerimaan diri yang tadinya baik akan menjadi terhambat, bahkan mungkin rusak. Di mana hal tersebut juga dapat kita lihat dari proses terbentuknya penerimaan diri yang telah dijelaskan sebelumnya.
Layaknya hukum rimba, di penjara orang-orang yang mempunyai kekuatan akan menguasai orang-orang yang lemah dan biasanya semakin berat tingkat kejahatan seseorang maka ia akan semakin dihargai. Tahanan anak seringkali diperlakukan sama dalam penjara layaknya tahanan dewasa. Terlebih lagi ketika tahanan anak ini bersatu dengan para tahanan dewasa, karena terkadang mereka harus bersatu dan berinteraksi dengan para tahanan dewasa.
Interaksi yang sangat terbuka antara tahanan anak dengan tahanan dewasa seringkali membawa efek negatif bagi tahanan anak. Beberapa efek lain terjadi di
(20)
Bahkan setelah bebas, mereka masih harus dihadapkan dengan stigma buruk dari masyarakat di sekitarnya. Penjara dengan segala macam permasalahan dan kondisinya telah menjadi identitas sosial tersendiri di masyarakat. Penjara sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang dinilai telah melakukan tindak kejahatan di tengah masyarakat, secara laten telah menerapkan beberapa nilai tersendiri.
Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang ingin kembali dalam masyarakat dan ingin hidup normal berada dalam suatu dilema. Di satu sisi, mereka ingin kembali bisa hidup bersama dengan masyarakat umum, tetapi di sisi lain mereka merasa kesulitan untuk merubah sikap dan pandangan masyarakat yang telah memberikan predikat buruk pada orang-orang yang keluar dari penjara. Kondisi yang demikian ini mengakibatkan kehidupan psikis ABH kurang stabil, banyak memendam konflik internal dan konflik dengan lingkungannya. Akibatnya, ABH dalam kelanjutan hidupnya menemui kesulitan untuk menerima diri dalam keadaannya yang sebenarnya. Masalah inilah yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu kondisi penerimaan diri pada ABH.
Individu yang dapat menerima dirinya sendiri berarti individu yang mampu menerima keberadaan diri apa adanya, menerima semua kelebihan dan kekurangan dirinya. Penerimaan diri dalam kehidupan merupakan proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Seseorang yang mampu menerima keberadaan dirinya sendiri memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Penerimaan diri bagi seseorang yang pernah mengalami kehidupan hitam sering membuat orang yang bersangkutan sulit menerima dirinya.
(21)
Selanjutnya, yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan diri (self acceptance), seperti pemahaman diri,
harapan yang realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak ada tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri, perspektif diri, pola asuh di masa kecil yang baik, dan konsep diri yang stabil. Semua faktor-faktor penerimaan diri tersebut akan membawa seseorang ke karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri yang baik.
Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri yang baik adalah memiliki gambaran yang positif tentang dirinya, dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya, dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain memberikan kritik, serta dapat mengatur keadaan emosi mereka dari rasa marah.
Senada dengan Hjelle (1992) yang mengemukakan bahwa karakteristik seseorang yang memiliki penerimaan diri yang tinggi adalah mempunyai gambaran positif terhadap dirinya dan dapat bertahan dalam kegagalan atau kepedihan serta dapat mengatasi keadaan emosionalnya seperti depresi, marah dan rasa bersalah.
(22)
jawab terhadap perilakunya, menerima pujian dan celaan secara objektif, tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya.
Jersild (1978) memberikan perbedaan karakteristik individu yang menerima keadaan dirinya atau yang telah mengembangkan sikap penerimaan terhadap keadaannya dan menghargai diri sendiri, yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irrasional. Orang yang menerima dirinya menyadari asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya. Mereka juga menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri sangat penting untuk ditelaah lebih dalam, karena faktor-faktor tersebut adalah penentu dari karakteristik penerimaan diri yang baik pada individu. Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan peneliti ingin mengetahui “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri: Sebuah Penelitian dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.”
(23)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak
Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani?
2. Dan diantara faktor-faktor tersebut, faktor manakah yang paling besar
pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lainnya?
3. Apakah faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam mempengaruhi
penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah Penelitian
Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diuraikan, yaitu:
1. Penerimaan diri yang dimaksud adalah kemampuan individu yang
mencerminkan perasaan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta dapat mengelola potensi dan keterbatasan dirinya dengan baik. Penerimaan diri akan diukur dengan menggunakan skala berdasarkan aspek penerimaan diri menurut Sheerer (Cronbach, 1963) sebagai berikut:
(24)
d. Orientasi keluar diri
e. Berpendirian
f. Menyadari keterbatasan
g. Menerima sifat Kemanusiaan
2. Penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang digunakan berdasarkan pada teori Hurlock (1974), yaitu:
a. Pemahaman diri
b. Harapan yang realistik
c. Bebas dari hambatan lingkungan
d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
e. Tidak ada tekanan emosi yang berat
f. Pengaruh keberhasilan
g. Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri h. Perspektif diri
i. Pola asuh di masa kecil yang baik j. Konsep diri yang stabil
3. Faktor non psikologis yang akan digunakan sebagai variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah Anak Berhadapan Hukum (ABH) usia 12-18 tahun.
4. Subjek dalam penelitian ini adalah Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti
Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. Dengan beberapa alasan dari peneliti, antara lain:
(25)
a. Penerimaan diri akan terlihat lebih mencolok atau dominan pada Anak Berhadapan Hukum (ABH) untuk menentukan masa depan mereka dibandingkan anak-anak biasa yang tidak memiliki masa lalu di penjara.
b. Penerimaan diri lebih bervariasi pada Anak Berhadapan Hukum (ABH)
dibandingkan tidak.
c. Dapat lebih terlihat dampak pengaruh penerimaan dirinya pada Anak
Berhadapan Hukum (ABH) jika dibandingkan dengan anak-anak biasa yang tidak memiliki pengalaman-pengalaman selama di penjara.
1.3.2 Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah ditentukan, maka pertanyaan penelitian yang bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi penerimaan diri dikalangan
Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
2. Serta bagaimana variabel tersebut saling berinteraksi dalam mempengaruhi
penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
(26)
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
1.4.1.1Tujuan secara Khusus
Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk menemukan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi tinggi rendahnya penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
1.4.1.2Tujuan secara Umum
Tujuan penelitian secara umum adalah:
1. Agar bisa diketahui subjek yang penerimaan dirinya tinggi atau rendah.
2. Supaya dapat diberikan perlakuan (treatment) yang tepat bagi mereka yang
memiliki penerimaan diri yang rendah.
1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1Manfaat secara Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna sebagai sumbangan ilmiah bagi pengembangan wacana dan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH).
1.4.2.2Manfaat secara Praktis
Secara praktis, dapat dirumuskan kebijakan khusus atau saran di bidang pendidikan mengenai penerimaan diri, untuk menghindari penerimaan diri yang rendah.
(27)
1.5 Sistematika Penulisan
Penulis menggunakan sistematika yang sudah baku dalam penulisan skripsi, seperti pada petunjuk penulisan skripsi baku yang diterbitkan khusus oleh Fakultas Psikologi UIN Jakarta:
Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian pustaka yang berisikan segala teori yang menunjang penelitian. Bab ini berisikan mengenai teori penerimaan diri (self acceptance) dan
Anak Berhadapan Hukum (ABH). Bab ini dilengkapi dengan kerangka berpikir dan hipotesis.
Bab 3 Metode Penelitian. Bab ini berisikan populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, metode analisa data. Bab 4 Hasil Penelitian. Pada bab ini dijelaskan dan dijabarkan data hasil
penelitian yang telah didapatkan berikut analisis data berdasarkan statistika dan kesimpulan.
Bab 5 Diskusi dan Saran. Pada bab akhir ini penulis mendiskusikan seluruh data yang diperoleh dari penelitian dengan teori dan penelitian-penelitian terkait dengan penelitian ini dan menyampaikan saran berdasarkan atas proses dan hasil penelitian yang dilakukan.
(28)
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian, kerangka berpikir, dan hipotesis.
2.1 Penerimaan Diri (Self Acceptance)
2.2.1 Definisi Penerimaan Diri (Self Acceptance)
Chaplin (2006) menyatakan bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.
Elizabeth Bergner Hurlock (1974), mengemukakan bahwa penerimaan diri sebagai gelar yang diberikan oleh individu itu sendiri setelah mengetahui dan mempertimbangkan karakteristik pribadinya, serta mampu dan dapat menerimanya.
Menurut Lee J. Cronbach (1963), penerimaan diri merupakan karakteristik yang lebih dalam hingga batas tertentu, yang menjelaskan mengapa orang bertindak seperti yang dilakukannya. Dengan arti keadaan di mana seorang individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, menerima serta mengakui segala kelebihan maupun segala keterbatasan yang ada dalam dirinya tanpa merasa malu atau merasa bersalah terhadap kodrat dirinya.
(29)
Maslow (1970), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan suatu tingkat kemampuan individu untuk hidup dengan segala kekhususan diri yang dapat melalui pengenalan diri secara utuh.
Menurut Johada (1958) penerimaan diri mengandung pengertian bahwa individu telah belajar untuk hidup dengan dirinya sendiri, dalam arti individu dapat menerima kelebihan maupun kekurangan yang ditemukan dalam dirinya.
Schultz (Ratnawati, 1990) menyatakan penerimaan diri mengandaikan adanya kemampuan diri dalam psikologis seseorang, yang menunjukkan kualitas diri sehingga penerimaan diri dibentuk dari hasil dari tinjauan pada seluruh kemampuan diri.
Supraktiknya (1995), menyatakan bahwa penerimaan diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain, kesehatan psikologis serta penerimaan terhadap orang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah kemampuan individu yang mencerminkan perasaan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta dapat mengelola potensi dan keterbatasan dirinya dengan baik.
(30)
2.2.2 Aspek-aspek Penerimaan Diri (Self Acceptance)
Dalam Cronbach (1963), Elizabeth Sheerer mengatakan bahwa aspek-aspek penerimaan diri meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Perasaan sederajat
Individu menganggap dirinya berharga dengan manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu merasa dirinya mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti orang lain.
2. Percaya kemampuan diri
Individu yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari sikap individu yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi sifat buruknya dari pada ingin menjadi orang lain, sehingga individu merasa puas pada dirinya sendiri.
3. Bertanggung jawab
Individu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya, sehingga menerima diri apa adanya.
4. Orientasi keluar diri
Individu lebih mempunyai orientasi keluar diri daripada kedalam. Individu lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain, sehingga mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya.
(31)
5. Berpendirian
Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada bersikap nyaman (conform) terhadap tekanan sosial, oleh karena itu individu yang mampu
menerima diri mempunyai sikap dan kepercayaan diri pada tindakannya. 6. Menyadari keterbatasan
Individu tidak menyalahkan diri akan keterbatasannya atau mengingkari kelebihannya.
7. Menerima sifat kemanusiaan
Individu tidak menyangkal emosi. Individu mengenali perasaan marah, takut dan cemas, tanpa menganggap sebagai sesuatu yang harus diingkari atau ditutupi.
Dalam Hurlock (1974), Jersild menjelaskan bahwa orang yang memiliki penerimaan diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Penilaian yang realistik tentang sumber daya yang dimilikinya, yang
dikombinasikan dengan apresiasi atas dirinya secara keseluruhan. Individu yang memiliki penerimaan diri berfikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya.
(32)
3. Tahu kelebihan apa saja yang dimiliki
Individu memiliki kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa nantinya serta tidak menyukai kepura-puraan.
4. Mampu mengatasi segala kekurangan yang ada
Individu dengan penerimaan diri mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Individu tersebut tidak hanya leluasa menikmati sesuatu yang dilakukannya. Akan tetapi, juga leluasa untuk menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya, bahkan mampu untuk mengatasi segala kekurangan yang di milikinya.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri (Self Acceptance)
Hurlock (1974) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri sebagai berikut:
1. Pemahaman diri
Pemahaman diri adalah persepsi diri yang ditandai dengan ketulusan, bukan kepura-puraan. Individu tidak hanya mengakui fakta-fakta, tetapi juga menyadari arti pentingnya fakta. Individu yang memahami dirinya sendiri
(33)
tidak akan tergantung pada kapasitas intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatan untuk penemuan dirinya. Kurangnya pemahaman diri mungkin menjadi kenyataan dari ketidaktahuan, kurangnya kesempatan untuk penemuan diri atau keinginan untuk melihat dirinya hanya sebagai ia ingin menjadi, tidak seperti ia sebenarnya. Semakin baik seseorang memahami dirinya sendiri, semakin baik ia bisa menerima dirinya sendiri. Begitu juga sebaliknya, kurangnya pemahaman diri menyebabkan ia tidak bisa menerima dirinya sendiri.
2. Harapan yang realistik
Harapan lebih cenderung bersikap realistik ketika individu dapat merumuskannya sendiri daripada membiarkan individu lain mempengaruhinya, serta mampu mengenali keterbatasan serta kekuatannya. Ketika seseorang memiliki harapan untuk pencapaian yang realistik, kemungkinan besar kinerjanya akan muncul untuk harapannya. Hal ini akan memberikan kontribusi untuk kepuasan diri yang penting di dalam penerimaan diri.
3. Bebas dari hambatan lingkungan
Bebas dari hambatan lingkungan adalah ketika individu dapat memiliki kontrol dan orang-orang disekitar mendorongnya untuk mencapai keberhasilan. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistik dapat
(34)
Ketika hambatan di jalannya dihapus dan kapan orang tua, guru, teman sebaya atau perusahaan mendorong orang untuk mencapai keberhasilan dan ia mampu, ia akan merasa puas dengan prestasi itu.
4. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
Kondisi utama yang menyebabkan evaluasi sosial yang menguntungkan adalah tidak adanya prasangka terhadap orang atau anggota keluarganya, terutama wawasan sosial yang memungkinkan orang lain mengerti bagaimana ia merasa, serta kesediaan untuk menerima adat-istiadat kelompok dalam berpakaian, penampilan, ucapan, dan perilaku.
5. Tidak ada tekanan emosi yang berat
Tidak adanya stres emosional adalah ketika individu berusaha melakukan yang terbaik dan berorientasi keluar diri, sehingga individu tersebut menjadi santai dan tidak tegang, senang dan tidak marah, atau benci dan frustrasi. Kondisi ini berkontribusi pada evaluasi sosial yang menguntungkan. Tekanan emosi dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis fisik dan psikologis. Tekanan emosi yang berkepanjangan dapat memunculkan perilaku yang menyimpang dan orang lain dapat menolak individu tersebut. Selain itu, gangguan dalam homeostasis fisik yang menyertai tekanan emosi membuat orang yang bekerja menjadi kurang efisien dan merasa sangat lelah serta lesu atau tegang, sehingga ia akan bereaksi negatif terhadap orang.
6. Pengaruh keberhasilan
Pengaruh keberhasilan adalah ketika individu memiliki cita-cita yang terlalu tinggi dan keberhasilan yang dialami akan memberikan pengaruh walaupun
(35)
keberhasilan tersebut bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Keberhasilan sangat jauh lebih penting karena keberhasilan dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan adanya penolakan diri.
7. Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri
Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri adalah ketika individu melakukan indentifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri yang baik, maka ia akan memiliki kecenderungan untuk mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan dan dapat berperilaku dengan cara yang mengarah pada penilaian yang menguntungkan dirinya.
Identifikasi dapat menjadi kuat di usia berapa pun, namun yang paling banyak terjadi pada tahun-tahun awal ketika pandangan hidup sedang dibentuk dan ketika dasar-dasar penyesuaian pribadi sedang diletakkan. Itu sebabnya lingkungan rumah yang menyediakan anak dengan baik disesuaikan dengan sumber identifikasi akan kontribusi untuk pengembangan kepribadian yang sehat. Biasanya ibu yang paling sering dipilih sebagai sumber identifikasi karena memiliki pengaruh kuat pada anak mengenai pola kepribadian.
(36)
dirinya seperti orang lain melihat dia memiliki pemahaman diri yang lebih besar dari satu perspektif diri yang cenderung sempit dan terdistorsi. Sebuah pencerahan perspektif diri dalam memfasilitasi penerimaan diri.
9. Pola asuh di masa kecil yang baik
Pola asuh di masa kecil yang baik adalah ketika individu mendapatkan pelatihan yang baik, yang mengarah ke pola kepribadian yang sehat, yang di dapat di masa kanak-kanak. Meskipun penyesuaian diri individu dapat berubah secara radikal sebagaimana hidupnya berlangsung, tetapi inti dari konsep diri yang menentukan apa yang sesuai untuk hidupnya, yang dimulai di masa kanak-kanak. Itu sebabnya rumah dan pelatihan sekolah sangat penting.
10. Konsep diri yang stabil
Sebuah konsep diri yang stabil yaitu ketika individu tersebut melihat dirinya dengan cara yang sama hampir sepanjang waktu dan mampu memberikan individu yang lain gambaran yang jelas tentang apa dia sebenarnya karena ia tidak ambivalen tentang dirinya dikemudian hari. Konsep diri akan menguntungkan individu yang menerima diri sendiri. Jika tidak menguntungkan, secara alami akan mengakibatkan penolakan diri. Sebuah konsep diri yang tidak stabil yaitu ketika individu melihat dirinya baik hanya beberapa kali dan gagal untuk memberi orang gambaran yang jelas tentang apa dia sebenarnya karena ia ambivalen tentang dirinya dikemudian hari. Jika individu tersebut mengembangkan kebiasaan untuk memiliki penerimaan
(37)
diri, maka ia harus melihat dirinya sesering mungkin agar dapat memperkuat konsep dirinya, sehingga penerimaan diri menjadi kebiasaan.
2.2.4 Proses Terbentuknya Penerimaan Diri (Self Acceptance)
Supraptiknya (1995) mengemukakan bahwa proses terbentuknya penerimaan diri berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Pembukaan diri
Jika seseorang dapat menerima diri dengan baik maka dapat dengan mudah membuka diri. Demi penerimaan diri maka kita harus bersikap tulus dan jujur, dalam membuka diri. Bila kita menyembunyikan sesuatu tentang diri kita, penerimaan yang ditunjukkan oleh orang lain atas diri kita justru bisa mengurangi penerimaan diri kita.
b. Kesehatan psikologis
Kesehatan psikologis berkaitan erat dengan kualitas perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Orang yang sehat secara psikologis memandang dirinya disenangi, mampu, berharga, dan diterima oleh orang lain. Agar kita tumbuh dan berkembang secara psikologis kita harus menerima diri kita.
c. Penerimaan terhadap orang lain
Seseorang yang menerima dirinya biasanya lebih bisa menerima orang lain. Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita akan berpikir positif
(38)
2.2.5 Dampak dari Penerimaan Diri (Self Acceptance)
Hurlock (1974) membagi dampak dari penerimaan diri menjadi dua kategori sebagai berikut:
1. Dalam penyesuaian diri
Orang yang memiliki penerimaan diri mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Ia biasanya memiliki keyakinan diri (self confidence) dan
harga diri (self esteem). Selain itu, mereka juga lebih dapat menerima kritik
demi perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistik sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Dengan penilaian yang realistik terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura. Ia juga merasa puas dengan menjadi dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain.
2. Dalam penyesuaian sosial
Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan pada orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan perhatiannya pada orang lain, serta menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan rasa empati dan simpati. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri, sehingga mereka cenderung berorientasi pada dirinya sendiri (self oriented). Ia
dapat mengatasi keadaan emosionalnya tanpa mengganggu orang lain, serta toleran dan memiliki dorongan untuk membantu orang lain.
(39)
Penerimaan diri sangat berhubungan erat dengan konsep diri karena penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan konsep diri dan kepribadian yang positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran diri ideal, sehingga bisa menerima gambaran dirinya yang sesuai dengan realitas.
2.2 Anak Berhadapan Hukum (ABH)
Anak adalah manusia yang belum matang, seperti yang didefinisikan dalam hukum internasional bahwa mereka adalah anak yang berusia dibawah 18 tahun. Masa kanak-kanak adalah suatu tahapan dalam siklus kehidupan sebelum mereka mendapat peran dan bertanggung jawab penuh sebagai orang dewasa. Masa anak adalah masa di mana ia memerlukan perhatian dan perlindungan khusus, seiring persiapan menuju pada kehidupan menjadi dewasa.
Sebagian kecil anak tak dapat memahami secara utuh aturan hidup di dalam masyarakat, baik disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua, kurang kasih sayang, kurang kehangatan jiwa, adanya kekerasan di dalam keluarga dan masyarakat yang membawa dampak pada terbentuknya sikap dan perilaku menyimpang anak di masyarakat, yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Sebagian perilaku menyimpang tersebut akan bersentuhan dengan ketentuan
(40)
Standar Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Administrasi Peradilan Bagi Remaja (Beijing Rules), dalam peraturan 2.2.
Pertama, seorang anak menurut sistem hukum masing-masing
diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari
perlakuan terhadap orang dewasa. Kedua, suatu pelanggaran hukum adalah
perilaku apapun (tindakan/kelalaian) yang dapat dihukum oleh hukum menurut sistem-sistem hukum masing-masing. Ketiga, seorang pelanggar hukum berusia
remaja adalah seorang anak yang diduga melakukan/ditemukan telah melakukan suatu pelanggaran hukum.
Senada dengan Pasal 1 butir 2 UU No.3 tahun 1997, menyebutkan anak-anak nakal adalah : 1) Anak yang melakukan tindak pidana atau; 2) Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain.
Di Indonesia, batas umur anak yang dapat diajukan ke sidang anak antara lain umur 8-18 tahun. Tetapi bagi anak yang melakukan tindak pidana pada usia 8-12 tahun tidak dapat dikenakan pidana. Jadi, batas usia untuk anak yang melakukan tindak pidana dan dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana dan dijatuhi pidana adalah usia 12-18 tahun.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti memilih subjek dengan rentang usia 12-18 tahun. Dengan beberapa alasan sebagai berikut:
(41)
1. Sesuai dengan latar belakang pada penelitian ini yang mengkhususkan pada remaja.
2. Subjek di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani mengenai Anak
Berhadapan Hukum (ABH) lebih dominan remaja dan sudah di kelompokkan, sehingga memudahkan peneliti. Sedangkan alasan peneliti mememilih Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani adalah:
a. Tempatnya mudah dijangkau oleh peneliti.
b. Peneliti melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Panti tersebut,
sehingga memudahkan peneliti untuk berinteraksi lebih dengan subjek yang sudah dikenal sebelumnya.
Untuk kondisi psikologis ABH dapat dikatakan kurang stabil, banyak memendam konflik internal dan konflik dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan interaksi yang sangat terbuka antara tahanan anak dengan tahanan dewasa seringkali membawa efek negatif bagi tahanan anak. Beberapa efek lain terjadi di dalam tahanan, seperti perkelahian antar tahanan anak atau pemalakan yang dilakukan oleh beberapa tahanan yang menjadi kaki tangan tahanan dewasa, sehingga tahanan anak seringkali menjadi korban eksploitasi para tahanan dewasa. Bahkan setelah bebas, mereka masih harus dihadapkan dengan stigma buruk dari masyarakat di sekitarnya. Kondisi yang seperti itu memungkinkan ABH dalam
(42)
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan faktor penerimaan diri yang telah ditentukan, maka faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap penerimaan diri Anak Berhadapan Hukum (ABH) meliputi pemahaman diri, harapan yang realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak ada tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri, perspektif diri, pola asuh di masa kecil yang baik, dan konsep diri yang stabil.
Faktor-faktor penerimaan diri tersebutlah yang akan membawa seseorang ke karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri yang baik. Karena jika seseorang memiliki karakteristik penerimaan diri yang baik, maka individu tersebut dapat dengan mudah membuka diri. Individu akan memandang dirinya disenangi, mampu, berharga dan diterima oleh orang lain. Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita akan berpikir positif tentang orang lain. Begitu juga sebaliknya, bila kita menyembunyikan sesuatu tentang diri kita, penerimaan yang ditunjukkan oleh orang lain atas diri kita justru bisa mengurangi penerimaan diri kita.
Selanjutnya, karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri rendah cenderung tidak berani menghadapi cobaan dan senantiasa mencoba melarikan diri dari masalah atau tanggung jawab karena individu tersebut takut menghadapi kegagalan, sehingga individu tidak ingin melibatkan diri dalam berbagai aktivitas dan akan mengasingkan diri dari orang lain. Individu senantiasa memikirkan sesuatu yang tidak baik pada diri mereka sendiri, bersikap pesimistik dengan masa
(43)
depannya, bahkan bertingkah laku buruk pada pendapat, pandangan ataupun kritikan orang lain. Emosi dan mental individu menjadi mudah dipengaruhi oleh unsur-unsur luar karena tidak mempunyai keyakinan, tidak berpendirian, dan tidak tabah, sehingga individu tidak dapat membuat keputusan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Selain itu, individu akan merasa ditolak karena merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya.
Selanjutnya, jika diuraikan lebih satu-persatu dari faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, dimulai dari pemahaman diri, yaitu pemahaman tentang diri sendiri. Hal ini dapat timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya. Individu yang dapat memahami dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk penemuan diri sendiri. Oleh karena itu, pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan dengan berdampingan, maksudnya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin dapat menerima dirinya.
Yang kedua adalah adanya harapan yang realistik. Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapannya, yang disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuannya, bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya, sehinnga memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistis sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Dengan penilaian yang realistis terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura.
(44)
semakin besar kesempatan tercapainya harapan itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan diri, yang merupakan hal penting dalam penerimaan diri.
Yang ketiga adalah bebas dari hambatan lingkungan. Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi bila lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi, maka harapan orang tersebut tentu akan sulit tercapai. Oleh karena itu bebas dari hambatan libgkungan juga merupakan faktor yang berperan penting dalam penerimaan diri seseorang.
Yang keempat adalah sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan. Tidak adanya prasangka, karena adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesediaan individu untuk mengikuti kebiasaan lingkungan. Apabila masyarakat dapat bersikap dengan baik pada individu yang bersangkutan, hal tersebut akan membuat individu merasa dihargai, sehingga akan memberikan dampak yang positif pada diri individu tersebut, yang akhirnya akan mendukung kearah penerimaan diri yang baik.
Yang kelima adalah tidak ada tekanan emosi yang berat. Hal ini penting dalam penerimaan diri seseorang, karena akan tercipta individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia. Orang yang tidak dapat menerima emosi berarti tidak dapat menerima dirinya sendiri karena sering menyalahkan orang lain atas kemarahan yang dirasakannya dan meyakinkan diri bahwa kesedihan dan kecemasan itu memalukan, apabila tidak sepenuhnya menerima emosi, kita akan kehilangan kebijaksanaan membuat keputusan yang tepat untuk bertindak.
(45)
Yang keenam adalah pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Keberhasilan yang dialami dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan
adanya penolakan diri. Oleh karena itu pengaruh keberhasilan sangat penting
dalam penerimaan diri seseorang karena rasa dapat menerima diri atas keberhasilan yang didapatkan inilah yang akan menghindarkan kita dari jatuh kepada rasa rendah diri (inferiority complex) atau hilangnya kepercayaan diri
sehingga akan mudah tersinggung dan mudah pula menyinggung perasaan orang lain.
Yang ketujuh adalah identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri. Mengindentifikasi diri dengan orang yang well adjusted dapat
membangun sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik yang bisa menimbulkan penilaian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik.
Yang kedelapan adalah perspektif diri, yang dalam hal ini adalah perspektif diri yang luas, yakni memperhatikan pandangan orang lain tentang diri. Perspektif diri yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perspektif dirinya.
(46)
Konsep diri yang stabil. Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil seperti kadang menyukai diri dan kadang tidak menyukai diri, akan sulit menunjukan pada orang lain siapa ia sebenarnya, sebab ia sendiri ambivalen terhadap dirinya. Oleh karena itu, individu yang memiliki penerimaan diri yang baik dapat melihat dirinya dengan cara yang sama hampir sepanjang waktu dan mampu memberikan individu yang lain gambaran yang jelas tentang apa dia sebenarnya karena ia tidak ambivalen tentang dirinya dikemudian hari. Jika individu tersebut mengembangkan kebiasaan untuk memiliki penerimaan diri, maka ia harus melihat dirinya sesering mungkin agar dapat memperkuat konsep dirinya, sehingga penerimaan diri menjadi kebiasaan. Konsep diri akan menguntungkan individu yang menerima diri sendiri. Jika tidak menguntungkan, secara alami akan mengakibatkan penolakan diri.
Dengan demikian, semakin tinggi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, maka semakin tinggi penerimaan diri seseorang.
(47)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Pemahaman diri Harapan yang realistik
Bebas dari hambatan lingkungan Sikap-sikap anggota
masyarakat yang menyenangkan
Penerimaan diri (self acceptance) Tidak ada tekanan
emosi yang berat
Pengaruh keberhasilan Identifikasi dengan
seseorang yang mempunyai penerimaan diri
Perspektif diri Pola asuh di masa kecil
yang baik
(48)
2.4. Hipotesis
Dengan mengacu pada bagan yang telah di jelaskan dalam kerangka berpikir, maka hipotesis yang akan diuji secara empirik adalah:
Hipotesis Mayor:
Ada faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
Hipotesis Minor:
1. Ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman diri dengan penerimaan
diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara harapan yang realistik dengan
penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara bebas dari hambatan lingkungan dengan
penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
4. Ada pengaruh yang signifikan antara sikap-sikap anggota masyarakat yang
menyenangkan dengan penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
(49)
5. Ada pengaruh yang signifikan antara tidak adanya tekanan emosi yang berat dengan penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
6. Ada pengaruh yang signifikan antara keberhasilan dengan penerimaan diri
dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
7. Ada pengaruh yang signifikan antara identifikasi dengan seseorang yang
memiliki penerimaan diri dengan penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
8. Ada pengaruh yang signifikan antara perspektif diri dengan penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
9. Ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh di masa kecil yang baik
dengan penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
10. Ada pengaruh yang signifikan antara konsep diri yang stabil dengan
penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
(50)
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrument pengumpulan data, prosedur penelitian, metode analisa data dan uji validitas.
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang diasuh di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani yang berjumlah + 150 anak. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka seluruh anak yang ada di PSMP Handayani ini saja yang diteliti, dengan demikian teknik sampling bersifat non
probability sampling. Yang dalam hal ini sampelnya adalah semua anggota ABH,
yaitu ABH di PSMP Handayani. Selain itu, peneliti juga mendatangi ABH yang sedang magang diluar Panti atau yang sudah keluar dari Panti, yang kini sudah kembali ke keluarga dan masyarakat.
3.2 Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian ini adalah penerimaan diri (self acceptance),
pemahaman diri, harapan yang realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak ada tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai
(51)
penerimaan diri, perspektif diri, pola asuh di masa kecil yang baik, dan konsep diri yang stabil.
Dalam rangka menjawab penelitian, maka yang menjadi DV adalah penerimaan diri (self acceptance) dan yang menjadi IV adalah sebagai berikut:
a. IV 1 : Pemahaman diri
b. IV 2 : Harapan yang realistik
c. IV 3 : Bebas dari hambatan lingkungan
d. IV 4 : Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
e. IV 5 : Tidak ada tekanan emosi yang berat
f. IV 6 : Pengaruh keberhasilan
g. IV 7 : Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri
h. IV 8 : Perspektif diri
i. IV 9 : Pola asuh di masa kecil yang baik
j. IV 10 : Konsep diri yang stabil
Definisi operasional dari variabel penelitian, antara lain:
1. Penerimaan diri adalah kemampuan individu yang mencerminkan perasaan
menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta dapat mengelola potensi dan keterbatasan dirinya dengan baik, yang mencakup
(52)
2. Pemahaman diri adalah persepsi individu untuk mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya.
3. Harapan yang realistik adalah ketika individu dapat merumuskannya sendiri
daripada membiarkan individu lain mempengaruhinya, serta mampu mengenali keterbatasan serta kekuatannya.
4. Bebas dari hambatan lingkungan adalah ketika individu mendapatkan
dorongan untuk mencapai keberhasilan dari orang-orang disekitarnya.
5. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan adalah ketika tidak
adanya prasangka terhadap orang atau anggota keluarganya, terutama wawasan sosial yang memungkinkan orang lain dan mengerti bagaimana ia merasa, serta kesediaan untuk menerima adat-istiadat kelompok dalam berpakaian, penampilan, ucapan, dan perilaku.
6. Tidak ada tekanan emosi yang berat adalah ketika individu berusaha
melakukan yang terbaik dan berorientasi keluar diri, sehingga individu tersebut menjadi santai dan tidak tegang, senang dan tidak marah, atau benci, dan frustrasi.
7. Pengaruh keberhasilan adalah ketika individu mendapatkan keberhasilan baik secara kualitatif maupun kuantitif, yang dapat menimbulkan penerimaan diri jika keberhasilan yang didapatkan sesuai dengan cita-cita yang diharapkan oleh individu yang bersangkutan.
8. Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri adalah ketika individu melakukan proses pengenalan atau mengasosiasikan diri secara akrab dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri yang baik.
(53)
9. Perspektif diri adalah ketika individu memiliki gambaran atau pandangan orang lain tentang dirinya.
10. Pola asuh di masa kecil yang baik adalah ketika individu mendapatkan pola asuh yang tepat, yang mengarah ke pola kepribadian yang sehat, yang didapat di masa kanak-kanak.
11. Konsep diri yang stabil adalah ketika individu tersebut melihat dirinya
dengan cara yang sama hampir sepanjang waktu dan mampu memberikan indivu yang lain gambaran yang jelas tentang apa dia sebenarnya, karena ia tidak ambivalen tentang dirinya dikemudian hari.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Untuk setiap variabel penelitian, digunakan alat ukur berupa skala Likert, di mana subjek diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju pada setiap itemnya. Dalam hal ini, skalanya terdiri dari:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Setuju (S)
4 = Sangat Setuju (TS)
(54)
IV = 40 item, dengan pembagian sebagai berikut:
IV1 = 4 item
IV2 = 4 item
IV3 = 4 item
IV4 = 4 item
IV5 = 4 item
IV6 = 4 item
IV7 = 4 item
IV8 = 4 item
IV9 = 4 item
IV10 = 4 item
Dalam tabel-tabel tersebut, angka-angka di dalam tabel menunjukan nomor itemnya. Adapun item-item atau butir-butir pernyataan yang disusun untuk mengukur DV (penerimaan diri) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Blue Print Skala Penerimaan Diri
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Perasaan sederajat 15, 28 8, 42 4
2. Percaya kemampuan diri 22, 29 16, 41 4
3. Bertanggung jawab 2, 23 17, 54 4
4. Orientasi keluar diri 11, 35 4, 24 4
5. Berpendirian 21, 36 12, 25 4
6. Menyadari keterbatasan 6, 20 13, 26 4
7. Menerima sifat
kemanusiaan 7, 38 5, 34 4
(55)
Sedangkan IV dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut:
1. Pemahaman Diri
Tabel 3.2
Blue Print Skala Pemahaman Diri
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Mengakui fakta 55, 56 44, 45 4
Jumlah 2 2 4
2. Harapan yang Realistik
Tabel 3.3
Blue Print Skala Harapan yang Realistik
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Mampu merumuskan hidup
tanpa pengaruhi orang lain 48, 49 3, 53 4
Jumlah 2 2 4
3. Bebas dari Hambatan Lingkungan
Tabel 3.4
Blue Print Skala Bebas dari Hambatan Lingkungan
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
(56)
4. Sikap-sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan
Tabel 3.5
Blue Print Skala Sikap-sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Tidak ada prasangka 63, 64 65, 66 4
Jumlah 2 2 4
5. Tidak Ada Tekanan Emosi yang Berat
Tabel 3.6
Blue Print Skala Tidak Ada Tekanan Emosi yang Berat
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Santai atau tidak tegang 50, 60 43, 47 4
Jumlah 2 2 4
6. Pengaruh Keberhasilan
Tabel 3.7
Blue Print Skala Pengaruh Keberhasilan
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Hasil yang didapatkan 1, 67 57, 58 4
(57)
7. Identifikasi dengan Seseorang yang Mempunyai Penerimaan Diri
Tabel 3.8
Blue Print Skala Identifikasi dengan Seseorang yang Mempunyai Penerimaan Diri
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Mengasosiakan diri
secara akrab 14, 18 46, 61 4
Jumlah 2 2 4
8. Perspektif Diri
Tabel 3.9
Blue Print Skala Perspektif Diri
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Pandangan orang 27, 30 51, 52 4
Jumlah 2 2 4
9. Pola Asuh di Masa Kecil yang Baik
Tabel 3.10
Blue Print Skala Pola Asuh di Masa Kecil yang Baik
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Lingkungan rumah atau
(58)
10.Konsep Diri yang Stabil
Tabel 3.11
Blue Print Skala Konsep Diri yang Stabil
No. Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Melihat diri dengan cara
yang sama
39, 68 10, 40 4
Jumlah 2 2 4
3.4 Metode Analisa Data
Sesuai dengan pertanyaan penelitian dan hipotesis sebelumnya, maka peneliti
akan menganalisis data dengan metode analisis regresi berganda (multiple
regression). Dalam penelitian ini, model regresi berganda yang digunakan dengan
rumus sebagai berikut:
Y a b X b X b X . . b
ε
ε
X
Di mana:
Y = penerimaan diri (self acceptance)
a = konstan (intercept)
b = koefisien regresi
= residu
X1 = pemahaman diri
X2 = harapan yang realistik
(59)
X4 = sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
X5 = tidak ada tekanan emosi yang berat
X6 = pengaruh keberhasilan
X7 = identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri
X8 = perspektif diri
X9 = pola asuh di masa kecil yang baik
X10 = konsep diri yang stabil
Pengujian hipotesis mayor dilakukan untuk menguji signifikan tidaknya R2 yang dihasilkan untuk analisis regresi. R2 ini menunjukan besarnya proporsi varian dari DV (penerimaan diri) yang bisa diterangkan oleh 10 IV yang dimasukan dalam penelitian. Adapun rumus untuk menghitung R2 adalah:
R
SS
SS
Di mana:
R2 = proporsi varian dari DV yang bisa diterangkan oleh IV
SSreg = jumlah kuadrat regresi
SSy = jumlah kuadrat dari DV
(60)
F
,SS
k
SS
n k
Di mana:
SSreg = jumlah kuadrat regresi
k = banyaknya IV
SSres = jumlah kuadrat residu
n = banyaknya sampel kasus
Adapun derajat kebebasan dari F test di atas adalah k dan n-k-1 untuk menguji hipotesis minor, dilakukan dengan menguji signifikan tidaknya koefisien regresi bagi masing-masing IV, yaitu b1, b2,.. , b10. Pengujiannya dilakukan dengan uji t (t-test). Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi yang bersangkutan adalah signifikan pada taraf 5%.
3.5 Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Penelitian
Reliabilitas untuk skala penerimaan diri: 0.906 dan skala faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah 0.9258, yang berarti sangat reliabel karena diatas 0.90. Selanjutnya, validasi alat ukur dilakukan dengan kriteria model fit. Pada setiap item dilihat mana yang signifikan dan tidak signifikan, jika ada item yang tidak signifikan, maka item tersebut langsung di drop. Uji validitas untuk skala penerimaan diri adalah:
(61)
Tabel 3.12
Uji Validitas Skala Penerimaan Diri (Self Acceptance)
No Aspek Item Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Perasaan sederajat 15*, 28* 8*, 42* 4
2. Percaya kemampuan diri 22*, 29* 16*, 41* 4
3. Bertanggung jawab 2*, 23* 17*, 54* 4
4. Orientasi keluar diri 11*, 35* 4*, 24* 4
5. Berpendirian 21*, 36* 12*, 25* 4
6. Menyadari keterbatasan 6*, 20* 13*, 26* 4
7. Menerima sifat
kemanusiaan 7*, 38* 5*, 34* 4
Jumlah 14 14 28
Selanjutnya, uji validitas untuk skala faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah:
Tabel 3.13
Uji Validitas Skala Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri No Faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan diri
Item
Ttl Fav Unfav
1. Pemahaman diri 55*, 56* 44*, 45* 4
2. Harapan yang realistic 48*, 49* 3*, 53* 4
3. Bebas dari hambatan lingkungan 59*, 62* 31*, 32* 4
4. Sikap-sikap anggota masyarakat yang
menyenangkan 63*, 64* 65*, 66* 4
5. Tidak ada tekanan emosi yang berat 50*, 60* 43*, 47* 4
6. Pengaruh keberhasilan 1*, 67* 57*, 58* 4
7. Identifikasi seseorang yg mempunyai penerimaan
diri 14*, 18* 46*, 61* 4
8. Perspektif diri 27*, 30* 51*, 52* 4
9. Pola asuh di masa kecil yang baik 33*, 37* 9*, 19* 4
(62)
Berdasarkan kriteria tersebut, pada seluruh item (68 item) pada penelitian ini ternyata tidak ada item yang di drop. Kemudian dilakukan estimasi atau dihitung faktor skornya dalam bentuk 2 skor, yang masih mengandung negatif dan positif. Agar pembaca mudah untuk memahaminya, maka faktor skor dirubah menjadi t score dengan mean 50 dan standar deviasi 15. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan nilai negatif. Adapun rumusnya:
T
5
5 Z
Di mana:
Tx = skor t untuk variabel x
Zx = faktor skor untuk variabel x yang diperoleh dari analisis faktor dengan model dimensional
Selanjutnya, data yang akan dianalisis adalah yang sudah dalam bentuk t score.
(63)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan dua kelompok hasil analisis, yaitu analisis deskriptif dan uji hipotesis serta kesimpulan.
4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif terhadap berbagai variabel penelitian, khususnya komponen DV. Komponen tersebut, antara lain:
1. Perasaan sederajat
2. Percaya kemampuan diri
3. Bertanggung jawab
4. Orientasi keluar diri
5. Berpendirian
6. Menyadari keterbatasan
7. Menerima sifat Kemanusiaan
Adapun subjek dalam penelitian ini berjumlah 106 orang, yaitu 84 laki-laki dan 22 perempuan, yang berarti 79.2% laki-laki dan 20.8% perempuan. Selanjutnya kategorisasi pada penelitian ini di buat menjadi lima golongan yaitu sangat tinggi,
(64)
Sangat Tinggi : X > 50 + 2SD
Tinggi : 50 + 1SD < X < 50 + 2SD
Sedang : 50 – 1SD < X < 50 + 1SD
Rendah : 50 – 2SD < X < 50 - 1SD
Sangat Rendah : X < 50-2SD
Menjadi:
Sangat Tinggi : ≥ 80
Tinggi : 65-80
Sedang : 35-65
Rendah : 20-35
Sangat Rendah : < 20
Selanjutnya, kategorisasi terhadap tujuh komponen penerimaan diri sebagai berikut:
1. Perasaan Sederajat
Tabel 4.1
Kategorisasi Perasaan Sederajat
Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase (%)
Sangat Tinggi - -
Tinggi 5 4.72%
Sedang 93 87.74%
Rendah 8 7.54%
Sangat Rendah - -
Jumlah 106 100%
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbesar adalah 87.74% untuk kategori sedang pada komponen perasaan sederajat. Hal ini berarti bahwa 87.74% atau 93 subjek menganggap dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain. Individu merasa dirinya mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti orang lain.
(65)
2. Percaya Kemampuan Diri
Tabel 4.2
Kategorisasi Percaya Kemampuan Diri
Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase (%)
Sangat Tinggi - -
Tinggi 14 13.21%
Sedang 79 74.53%
Rendah 13 12.26%
Sangat Rendah - -
Jumlah 106 100%
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbesar adalah 74.53% untuk kategori sedang pada komponen percaya kemampuan diri. Hal ini berarti bahwa 74.53% atau 79 subjek mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Individu memiliki sikap percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baik dan mengeliminasi sifat buruk, sehingga individu merasa puas pada dirinya sendiri.
3. Bertanggung Jawab
Tabel 4.3
Kategorisasi Bertanggung Jawab
Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase (%)
Sangat Tinggi - -
Tinggi 12 11.32%
(66)
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbesar adalah 81.13% untuk kategori sedang pada komponen bertanggung jawab. Hal ini berarti bahwa 81.13%
atau 86 subjek berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
4. Orientasi Keluar Diri
Tabel 4.4
Kategorisasi Orientasi Keluar Diri
Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase (%)
Sangat Tinggi - -
Tinggi 13 12.26%
Sedang 85 80.19%
Rendah - -
Sangat Rendah 8 7.55%
Jumlah 106 100%
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbesar adalah 80.19% untuk kategori sedang pada komponen orientasi keluar diri. Hal ini berarti bahwa 80.19% atau 85 subjek lebih mempunyai orientasi diri keluar dari pada kedalam diri. Individu memperhatikan dan toleran terhadap orang lain, sehingga mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya.
(1)
23. Saya jarang melibatkan orang lain dalam
permasalahan yang saya hadapi
24.
Jika memperoleh apa yang saya inginkan, hal
itu karena saya berusaha keras untuk
mewujudkannya
25.
Terkadang saya ragu dengan keputusan yang
saya ambil
26. Saya mengingkari kelebihan yang saya miliki
27.
Saya memperhatikan pandangan orang lain
mengenai diri saya
28.
Sebagai manusia saya sederajat dengan orang
lain, meskipun terdapat perbedaan dalam hal
kemampuan
29.
Saya berusaha untuk tidak merepotkan orang
lain
30.
Saya peduli akan pikiran orang lain mengenai
saya
31.
Sulit bagi saya untuk mengontrol diri di dalam
lingkungan sekitar
32.
Sulit bagi saya untuk mengendalikan diri jika
melihat orang lain di perlakukan kurang baik
oleh anggota masyarakat
33.
Sejak kecil saya mendapatkan pelatihan yang
baik dalam keluarga dan sekolah
34. Saya kurang peduli dengan masalah orang lain
35.
Saya akan mengembangkan potensi diri untuk
dapat dibagi dengan teman-teman
36.
Saya tetap melakukan sesuatu yang terbaik
menurut saya meskipun orang lain tidak setuju
37.
Sekolah adalah tempat pelatihan terbaik
setelah rumah
38.
Saya senang bila mendapat pujian dari orang
lain
39. Saya jarang merasa ragu pada diri saya sendiri
40.
Tidak mudah bagi saya mengakui bagaimana
perasaan saya sebenarnya
41. Sulit bagi saya mengatasi kesulitan hidup
42.
Saya khawatir akan ditolak orang lain kalau
berbeda pendapat dengan mereka
43.
Saya mudah tegang dalam berbagai macam
situasi
44.
Saya malas jika harus bekerja keras agar bisa
menjadi lebih baik
(2)
45.
Saya lebih suka menunjukkan kelebihan yang
saya punya dibandingkan keterbatasan yang
saya miliki
46.
Saya bergaul dengan siapa saja, walau saya
tahu mereka tidak baik untuk saya
47. Saya akan frustasi jika hal yang saya inginkan
sulit untuk saya dapatkan
48. Saya merumuskan tujuan hidup saya sendiri
49. Saya jarang dipengaruhi orang lain
50. Saya terlihat senang walau ada masalah
51. Saya cuek jika orang lain memperbincangkan
saya
52. Saya kurang perduli akan omongan orang lain
terhadap diri saya
53. Sulit bagi saya merancang rencana masa
depan sendirian
54. Sering kali saya kurang berani menanggung
akibat dari semua perbuatan yang telah saya
lakukan
55. Saya berani mengatakan kelemahan atau
keterbatasan yang saya miliki
56. Saya berusaha untuk menjadi lebih baik
57. Saya kurang suka berangan-angan karena sulit
bagi saya untuk meraihnya
58. Saya ragu untuk memiliki cita-cita yang
terlalu tinggi
59. Saya bisa mengontrol diri saya di dalam
lingkungan
60. Saya
santai
dalam
menjalankan segala macam
aktivitas
61. Sulit bagi saya untuk menilai mana orang baik
dan mana yang bukan
62. Saya
mampu
mengendalikan diri di dalam
lingkungan sekitar
63. Saya jarang berprasangka buruk terhadap
orang lain
64. Sering kali saya percaya pada orang-orang
yang ada di sekeliling saya
65. Saya ragu akan ketulusan orang lain
66. Sulit bagi saya percaya begitu saja pada orang
lain
67. Saya suka bermimpi
68. Saya tahu tentang perasaan saya sendiri
(3)
Validitas
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases
1. VAR00001 2.4623 .8856 106.0 2. VAR00002 2.4340 .8050 106.0 3. VAR00003 2.5094 .7715 106.0 4. VAR00004 2.5660 .8167 106.0 5. VAR00005 2.5566 .7938 106.0 6. VAR00006 2.4151 .7912 106.0 7. VAR00007 2.5472 .7944 106.0 8. VAR00008 2.5000 .8077 106.0 9. VAR00009 2.6509 .8512 106.0 10. VAR00010 2.4528 .7320 106.0 11. VAR00011 2.5566 .8953 106.0 12. VAR00012 2.5566 .8846 106.0 13. VAR00013 2.4811 .7956 106.0 14. VAR00014 2.6604 .8495 106.0 15. VAR00015 2.4717 .7710 106.0 16. VAR00016 2.2925 .8615 106.0 17. VAR00017 2.5377 .8185 106.0 18. VAR00018 2.5000 .7464 106.0 19. VAR00019 2.5660 .8397 106.0 20. VAR00020 2.4717 .7199 106.0 21. VAR00021 2.6226 .7982 106.0 22. VAR00022 2.4811 .7588 106.0 23. VAR00023 2.4717 .8859 106.0 24. VAR00024 2.7264 .7750 106.0 25. VAR00025 2.4717 .8859 106.0 26. VAR00026 2.5189 .7956 106.0 27. VAR00027 2.6321 .8203 106.0 28. VAR00028 2.6321 .8544 106.0 29. VAR00029 2.6132 .8682 106.0 30. VAR00030 2.4811 .7835 106.0 31. VAR00031 2.5943 .8370 106.0 32. VAR00032 2.6792 .8229 106.0 33. VAR00033 2.4906 .7335 106.0 34. VAR00034 2.6226 .8101 106.0 35. VAR00035 2.6604 .8716 106.0 36. VAR00036 2.4906 .7590 106.0 37. VAR00037 2.6792 .8569 106.0 38. VAR00038 2.5094 .7590 106.0 39. VAR00039 2.5660 .8621 106.0 40. VAR00040 2.7925 .8363 106.0 41. VAR00041 2.4434 .8628 106.0 42. VAR00042 2.5849 .8032 106.0 43. VAR00043 2.5283 .7065 106.0 44. VAR00044 2.5943 .8021 106.0 45. VAR00045 2.7075 .7803 106.0
(4)
46. VAR00046 2.4623 .7326 106.0 47. VAR00047 2.4528 .8851 106.0 48. VAR00048 2.4623 .8068 106.0 _
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases
49. VAR00049 2.6509 .8624 106.0 50. VAR00050 2.5094 .8194 106.0 51. VAR00051 2.4528 .8851 106.0 52. VAR00052 2.4434 .8057 106.0 53. VAR00053 2.5189 .7713 106.0 54. VAR00054 2.5755 .8159 106.0 55. VAR00055 2.5660 .7931 106.0 56. VAR00056 2.4245 .7922 106.0 57. VAR00057 2.5566 .7938 106.0 58. VAR00058 2.4906 .8076 106.0 59. VAR00059 2.6604 .8495 106.0 60. VAR00060 2.4434 .7313 106.0 61. VAR00061 2.5660 .8946 106.0 62. VAR00062 2.5472 .8851 106.0 63. VAR00063 2.4906 .7958 106.0 64. VAR00064 2.6698 .8476 106.0 65. VAR00065 2.4811 .7713 106.0 66. VAR00066 2.3019 .8638 106.0 67. VAR00067 2.5283 .8189 106.0 68. VAR00068 2.5094 .7464 106.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 172.5472 812.1168 28.4977 68
_ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 170.0849 784.1165 .5487 .9577
VAR00002 170.1132 778.7490 .7283 .9571
VAR00003 170.0377 797.6748 .3178 .9584
VAR00004 169.9811 781.8854 .6473 .9573
VAR00005 169.9906 788.0856 .5251 .9578
VAR00006 170.1321 792.6300 .4233 .9581
VAR00007 170.0000 794.3238 .3833 .9582
(5)
VAR00009 169.8962 788.7606 .4733 .9579
VAR00010 170.0943 789.0005 .5491 .9577
VAR00011 169.9906 790.5047 .4134 .9582
VAR00012 169.9906 788.3332 .4630 .9580
VAR00013 170.0660 780.5385 .6961 .9572
VAR00014 169.8868 784.3490 .5684 .9576
VAR00015 170.0755 789.1371 .5168 .9578
VAR00016 170.2547 792.5345 .3884 .9582
VAR00017 170.0094 786.4285 .5450 .9577
VAR00018 170.0472 789.3406 .5298 .9578
VAR00019 169.9811 787.2377 .5130 .9578
VAR00020 170.0755 794.7562 .4149 .9581
VAR00021 169.9245 784.0514 .6136 .9575
VAR00022 170.0660 793.7194 .4168 .9581
VAR00023 170.0755 783.8038 .5549 .9576
VAR00024 169.8208 786.9104 .5659 .9576
VAR00025 170.0755 784.1276 .5483 .9577
VAR00026 170.0283 790.9611 .4586 .9580
VAR00027 169.9151 792.6880 .4061 .9581
VAR00028 169.9151 791.9261 .4047 .9582
VAR00029 169.9340 783.2623 .5783 .9576
VAR00030 170.0660 790.1956 .4837 .9579
VAR00031 169.9528 789.6835 .4620 .9580
VAR00032 169.8679 797.2014 .3064 .9585
VAR00033 170.0566 795.4634 .3895 .9582
VAR00034 169.9245 787.4609 .5279 .9577
VAR00035 169.8868 790.6728 .4220 .9581
VAR00036 170.0566 791.9206 .4593 .9580
VAR00037 169.8679 790.6872 .4295 .9581
VAR00038 170.0377 791.9033 .4597 .9580
VAR00039 169.9811 783.1235 .5855 .9575
VAR00040 169.7547 785.6155 .5504 .9577
VAR00041 170.1038 784.4558 .5569 .9576
_ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00042 169.9623 796.9700 .3198 .9584
VAR00043 170.0189 793.5044 .4550 .9580
VAR00044 169.9528 796.5597 .3294 .9584
VAR00045 169.8396 783.5455 .6401 .9574
VAR00046 170.0849 794.0022 .4258 .9581
VAR00047 170.0943 784.0482 .5504 .9577
VAR00048 170.0849 789.9832 .4737 .9579
VAR00049 169.8962 791.6939 .4055 .9582
VAR00050 170.0377 793.4271 .3904 .9582
(6)
VAR00052 170.1038 778.6844 .7291 .9571
VAR00053 170.0283 797.6087 .3194 .9584
VAR00054 169.9717 781.8182 .6495 .9573
VAR00055 169.9811 788.0187 .5271 .9577
VAR00056 170.1226 792.5658 .4242 .9581
VAR00057 169.9906 794.2571 .3851 .9582
VAR00058 170.0566 788.6063 .5039 .9578
VAR00059 169.8868 788.6918 .4758 .9579
VAR00060 170.1038 789.0653 .5480 .9577
VAR00061 169.9811 790.4377 .4150 .9581
VAR00062 170.0000 788.4000 .4614 .9580
VAR00063 170.0566 780.4730 .6975 .9572
VAR00064 169.8774 784.2801 .5712 .9576
VAR00065 170.0660 789.0718 .5181 .9578
VAR00066 170.2453 792.4726 .3886 .9582
VAR00067 170.0189 786.4949 .5432 .9577
VAR00068 170.0377 789.2748 .5314 .9577
Reliabilitas DV
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 106.0 N of Items = 28 Alpha = .9068
Reliabilitas IV
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 106.0 N of Items = 40 Alpha = .9258