Anak Berhadapan Hukum ABH

Penerimaan diri sangat berhubungan erat dengan konsep diri karena penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan konsep diri dan kepribadian yang positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran diri ideal, sehingga bisa menerima gambaran dirinya yang sesuai dengan realitas.

2.2 Anak Berhadapan Hukum ABH

Anak adalah manusia yang belum matang, seperti yang didefinisikan dalam hukum internasional bahwa mereka adalah anak yang berusia dibawah 18 tahun. Masa kanak-kanak adalah suatu tahapan dalam siklus kehidupan sebelum mereka mendapat peran dan bertanggung jawab penuh sebagai orang dewasa. Masa anak adalah masa di mana ia memerlukan perhatian dan perlindungan khusus, seiring persiapan menuju pada kehidupan menjadi dewasa. Sebagian kecil anak tak dapat memahami secara utuh aturan hidup di dalam masyarakat, baik disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua, kurang kasih sayang, kurang kehangatan jiwa, adanya kekerasan di dalam keluarga dan masyarakat yang membawa dampak pada terbentuknya sikap dan perilaku menyimpang anak di masyarakat, yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Sebagian perilaku menyimpang tersebut akan bersentuhan dengan ketentuan hukum. Anak-anak inilah yang disebut anak yang berhadapan dengan hukum ABH. Definisi anak dan pelanggaran hukum menurut Peraturan Minimum 25 Standar Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Administrasi Peradilan Bagi Remaja Beijing Rules, dalam peraturan 2.2. Pertama, seorang anak menurut sistem hukum masing-masing diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari perlakuan terhadap orang dewasa. Kedua, suatu pelanggaran hukum adalah perilaku apapun tindakankelalaian yang dapat dihukum oleh hukum menurut sistem-sistem hukum masing-masing. Ketiga, seorang pelanggar hukum berusia remaja adalah seorang anak yang diduga melakukanditemukan telah melakukan suatu pelanggaran hukum. Senada dengan Pasal 1 butir 2 UU No.3 tahun 1997, menyebutkan anak- anak nakal adalah : 1 Anak yang melakukan tindak pidana atau; 2 Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain. Di Indonesia, batas umur anak yang dapat diajukan ke sidang anak antara lain umur 8-18 tahun. Tetapi bagi anak yang melakukan tindak pidana pada usia 8-12 tahun tidak dapat dikenakan pidana. Jadi, batas usia untuk anak yang melakukan tindak pidana dan dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana dan dijatuhi pidana adalah usia 12-18 tahun. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti memilih subjek dengan rentang usia 12-18 tahun. Dengan beberapa alasan sebagai berikut: 26 1. Sesuai dengan latar belakang pada penelitian ini yang mengkhususkan pada remaja. 2. Subjek di Panti Sosial Marsudi Putra PSMP Handayani mengenai Anak Berhadapan Hukum ABH lebih dominan remaja dan sudah di kelompokkan, sehingga memudahkan peneliti. Sedangkan alasan peneliti mememilih Panti Sosial Marsudi Putra PSMP Handayani adalah: a. Tempatnya mudah dijangkau oleh peneliti. b. Peneliti melakukan Kuliah Kerja Lapangan KKL di Panti tersebut, sehingga memudahkan peneliti untuk berinteraksi lebih dengan subjek yang sudah dikenal sebelumnya. Untuk kondisi psikologis ABH dapat dikatakan kurang stabil, banyak memendam konflik internal dan konflik dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan interaksi yang sangat terbuka antara tahanan anak dengan tahanan dewasa seringkali membawa efek negatif bagi tahanan anak. Beberapa efek lain terjadi di dalam tahanan, seperti perkelahian antar tahanan anak atau pemalakan yang dilakukan oleh beberapa tahanan yang menjadi kaki tangan tahanan dewasa, sehingga tahanan anak seringkali menjadi korban eksploitasi para tahanan dewasa. Bahkan setelah bebas, mereka masih harus dihadapkan dengan stigma buruk dari masyarakat di sekitarnya. Kondisi yang seperti itu memungkinkan ABH dalam kelanjutan hidupnya menemui kesulitan untuk menerima diri dalam keadaannya yang sebenarnya. 27

2.3 Kerangka Berpikir