21
Lame-lame panjang bertambah, disertekan pula jika tidak melihat kesusastraan lisan sebagai sesuatu.
Kesusastraan lisan boleh memberi hala tuju peristiwa masyarakat dan boleh juga memperlihatkan perkembangan dapat dikatakan bahwa ada kelangsungan dalam Pesisir Timur
dengan kesusastraan lisan atau masyarakatnya. la adalah sebagai histeriografi masyarakat
Melayu, khasnya di Pesisir Timur, yaitu penulisan mengenai peristiwa-peristiwa telah disusun di dalam bentuk sastra yang agak baik dan pengajaran dan kemegahan generasi semasa masyarakat
dan keturunannya. Kepahaman terhadap nilai yang dihasilkan dari cerita-cerita rakyat Si Kantan dan Pulau Si
Mardan serta sikap keperwiraan kepercayaan terhadap mitos Mambang Si Gao dan terkandung di dalam Asal-Usul Raja-Raja di Sumatera kelangsungan sosial budaya di antara masyarakat
Melayu, kesusastraan lisan atau disebut juga khazanah kesusasteraan rakyatnya.
15
2.5 Tradisi Ritual Istiadat Khitanan
Pada usia delapan tahun seorang anak Malayu sudah boleh menjalani khitan atau sering disebut Sunat Rasul. Dipercayai peristiwa ini adalah mulainya fase remaja seorang anak. Acara
ini biasanya dilaksanakan pada bulan sy’aban dan syawal, dan bulan haji. Upacara itu dilakukan dengan sangat meriah yang melaksanakan kenduri disertai dengan menabuh rebana. Orang
Melayu menjunjung tinggi sifat berani, kesatria taat dan setia. Orang tua-tua mengatakan adat janta, berani, adat perempuan lembut hati. Dalam ungkapan lain dikatakan,’’ siapa berani ia
terpuji, siapa penakut, ia akan hanyut’’.
16
15
Lihat Wan Syaifuddin, 2015. Pemikiran Kreatif Sastra Tradisi Melayu, Medan: USU Press
16
ibid
Universitas Sumatera Utara
22
Tunjuk ajar Melayu menunjukan pula, bahwa sifat berani yang di junjung tinggi dan di hormati adalah ’’berani karena benar atau ’’ berani karena hak. Keberanian amatlah diperlukan
dalam kehidupan manusia, terutama utuk membela keadilan dan kebenaran. Mengkhitankan anak sesuai dengan syariat Islam bagi masyarakat Melayu merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua apabila anak laki-laki mereka telah cukup usia untuk melaksanakannya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya berkhitan selalu diiringi dengan
ritual-ritual adat. Bagi masyarakat yang mampu biasanya mengkhitankan anak selalu diiringi dengan acara kenduri dan peralatan yang diadakan dengan sedikit meriah. Akan tetapi bagi yang
tidak mampu pelaksanaanya cukup diiringi doa-doa secara sedehana, penjemputan semangat serta tepung tawar. Bagi masyarakat yang mampu, sebelum acara pengkhitanan biasanya
didahului dengan acara kumpul keluarga untuk menentukan pembagian tugas dan tanggal pelaksaan yang sesuai dengan rasi atau tanggal baiknya, Pada hari yang telah ditetapkan,
17
Masyarakat Secanggang setempat sangat menjunjung tinggi adat isitiadat dalam pelaksanaan tradisi khitan. Bahkan mereka melakukan adat ini sampai turun temurun. Karena
menurut mereka adat ini adalah warisan dari nenek moyang yang tak boleh dihilangkan oleh generasi. Pada pelaksanaan ritual khitanan sangatlah diperlukan adanya budaya gotong-royong,
karena menurut ’’bapak Amat’’ yang asli penduduk secanggang mengatakan bahwa dengan adanya gotong -royong kepada tetangga dan sanak saudara acara pelaksanaan ritual khitanan
berlangsung dengan baik. Karena menurut beliau adat khitanan cukup banyak jadi tidak mungkin dilakukan dengan keluarga saja.
17
Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia 2007, Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur , Medan
Universitas Sumatera Utara
23
2.6 Adapun Tahap- Tahap Pelaksanaan Khitanan