Hubungan dokter muda dengan peserta BPJS

75 pendidikannya dapat memberikan pembimbingan pelaksanaanpengawasan kepada peserta pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi untuk melakukan pelayanan kedokteran kepada pasien. Ayat 2mengatur bahwa: Pelaksanaan pelayanan kedokteran kepada pasien oleh peserta pedidikan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan di bawah pengawasan dan tanggung jawab pembimbing.

3. Hubungan dokter muda dengan peserta BPJS

Pada umumnya seseorang datang berhubungan dengan dokter adalah dalam keadaan dirinya sakit atau ia merasa sakit, namun dapat pula terjadi seseorang datang kepada dokter hanya untuk memeriksakan kesehatan secaraberkala yang biasa disebut check-up. Dalam hubungan seseorang dengan dokter maka faktor kepercayaan menjadi salah satu dasarnya, artinya pasien berhubungan dengan dokter itu, yakin bahwa dokter tersebut dapat dan mampu membantu menyembuhkan penyakitnya. Dan memang pada umumnya seseorang tidak akan datang kepada seorang dokter. yang ia tidak percaya akan kemampuan dokter tersebut dalam mengobati pasiennya. Dalam keadaaan seperti ini terjadi persetujuan kehendak antar kedua belah pihak, artinya para pihak sudah sepenuhnya setuju untuk mengadakan hubungan hukum. Hubungan hukum ini bersumber pada kepercayaan pasien terhadap dokter, sehingga pasien bersedia memberikan persetujuan tindakan medis informed consent, yaitu suatu persetujuan pasien untuk menerima upaya medis yang akan dilakukan terhadapnya. Hal ini dilakukan setelah ia mendapat informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan Universitas Sumatera Utara 76 untuk menolong dirinya, termasuk memperoleh informasi mengenai risiko yang mungkin terjadi. Apapun terapi yang telah dipih diantara beberapa alaternatif, pilihan itu tidak menjanjikan suatu hasil yang pasti, terapi yang dipilih itu hanya merupakan suatu upaya untuk kesembuhan. Namun dalam menemukanmencari upaya penyembuhan itu harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati dan karenanya me rupakan suatu “inspanningverbittenis”. Ini berarti bahwa objek perikatan bukan suatu hasil yang pasti, sehingga kalu hasilnya tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, maka salah satu pihak yang merasa dirugikan lalu dapat menggugat seperti halnya dalam suatu “risikoberbittenis”. Alasan lain yang menyebabkan timbulnya hubungan antar pasien dengan dokter adalah karena keadaan pasien yang sangat mendesak untuk segera mendapatkan pertolongan dari dokter, misalnya karena terjadi kecelakaan lalu lintas, terjadi bencana alam maupun karena adanya situasi lain yang menyebabkankeadaan pasien sudah gawat, sehingga sulit bagi dokter yang menangani untuk mengetahui dengan pasti kehendak pasien. Dalam keadaan ini dokter langsung melakukan apa yang disebut dengan zaakwaarneming sebagaimana diatur dalam pasal 1354 KUHPerdata, yaitu suatu bentuk hubungan hukum yang timbul bukan karena “Persetujuan Tindakan Medis” terlebih dahulu, melainkan karena keadaan memaksa atau darurat. Hubungan antara dokter dengan pasien yang terjadi seperti ini merupakan salah satu ciri transaksi terapeutik yang membedakannya dengan perjanjian biasa sebagaimana diatur dalam KUHPerdata. Dari hubungan pasien dengan dokter yang demikian tadi, timbul persetujuan melakukan sesuatu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 1601KUHPerdata. Universitas Sumatera Utara 77 Bagi seorang dokter, hal ini berarti ia telah bersedia untuk berusaha dengan segala kemampuannya memenuhi isi perjanjian itu, yakni merawat atau menyembuhkan penyakit pasien. Sedang pasien berkewajiban untuk mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh dokter termasuk memberikan imbalan jasa. Hubungan yang terjadi antara dokter dengan pasien seperti yang disebutkan sebelumnya dapat meluas pada hubungan pasien dengan calon tenaga kesehatan calon dokter atau biasa disebut dokter koas. Hal ini dapat terjadi ketika pasien ditangani oleh dokter yang sedang diberi tanggung jawab membimbing seorang dokter muda yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik atau disebut juga Pendidikan Dokter Tahap Profesi yang baik secara langsungmaupun tidak langsung akan melibatkan dokter muda koas untuk menangani pasien. Ditinjau dari sisi hukum hubungan hukum antara calon tenaga kesehatan calon dokter, dokter koas dengan pasien akibat hubungan hukum antara dokter dengan pasien melahirkan suatu tanggung jawab yang disebut dengan vicariousliability yang diatur dalam pasal 1365 sampai pasal 1380 KUHPerdata. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang dokter muda di rumah sakit tugas nya hanyalah sebatas melihat dan mengobservasi. Setiap tindakan yang dilakukan oleh dokter muda haruslah atas seizin supervisiornya. Pasien yang ditangani oleh dokter muda pun adalah pasien yang seizin supervisor boleh ditangani. Terhadap peserta BPJS ini hanya sebagai tata cara pendaftaran dirumah sakit, namun untuk pelayanan medis semua pasien itu sama. Dan BPJS ini ada kelas-kelasnya mulai dari kelas I, II ,III dan itu yang Universitas Sumatera Utara 78 membedakan hanya di fasilitas saja, tetapi pelayanan medis nya tetap sama. dan dokter muda objek tempat ia belajar itu adalah pasien-pasien dibangsal, dan pasien dibangsal itu bukan hanya ada pasien BPJS, ada juga pasien dari kelas lain, namun tetap segala pelayanan dan tindakan medis yang dilakukan dokter muda harus lah seizing dokter konsulennya sebagai penanggungjawab dokter muda dirumah sakit. Dan untuk pasien VIP dokter muda tidak boleh menjadikan pasien itu sebagai objek belajarnya. Jadi pada intinya bahwa antara dokter muda dengan psaien BPJS tidak ada hubungan hukum maupun hubungan terapeutik layaknya dokter dan pasien, sebab dokter muda hanyalah sebagai observer sehingga penanganan yang dilakukan dokter muda ke pasien bpjs atas seizing dokter konsulennya. Dan yang bertanggungjawab atas pasien tersebut tetap lah dokter penanggungjawabnya.

C. KEDUDUKAN HUKUM DOKTER MUDA DIRUMAH SAKIT