25
tidak pernah ada. Dengan demikian tidak ada dasar untk memnuntut pemenuhan perjanjian di muka hakim.
D. Jenis-jenis Perjanjian
Mengenai jenis-jenis perjanjian ini diatur dalam buku III KUH Perdata, peraturan-peraturan yang tercantum dalam KUH Perdata ini sering disebut
juga dengan peraturan pelengkap, bukan peraturan memaksa, yang berarti bahwa para pihak dapat mengadakan perjanjian yang ada. Oleh karena itu
disini dimungkinkan para pihak itu untuk mengadakan perjanjian-perjanjian yang sama sekali tidak diatur dalam bentuk perjanjian itu :
1. Perjanjian bernama, yaitu merupakan perjanjian-perjanjian yang diatur
dalam KUH Perdata. Yang termasuk kedalam perjanjian ini, misalnya jual- beli, tukar-menukar, sewa menyewa dan lain-lain.
2. Perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur
dalam KUH Perdata. Jadi dalam hal ini para pihak yang menentukan sendiri perjanjian itu. Dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh para
pihak, berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.
19
Dalam KUH Perdata Pasal 1234, perikatan dapat dibagi 3 macam, yaitu: 1.
Perikatan untuk memberikan sesuatu atau menyerahkan sesuatu barang Ketentuan ini diatur dalam KUH Perdata pasal 1235 sampai dengan pasal
1238 KUH Perdata. Sebagai contoh untuk perikatan ini, adalah jual beli, tukar menukar, penghibanhan, sewa menyewa, pinjam-pinjaman, dan lain-
lain. 2.
Perikatan untuk berbuat sesuatu Hal ini diatur dalam pasal 1239 KUH Perdata yang menyatakan bahwa :
“tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apa si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan
penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.”
19
R.M.Suryidiningrat, perikatan-perikatan Bersumer Perjanjian, Tarsito, bandung, 1978, hal.10.
Universitas Sumatera Utara
26
3. Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu
Hal ini diatur dalam pasal 1240 KUH Perdata, sebagai contoh perjanjian ini adalah : perjanjian untuk tidak mendirikan rumah bertingkat, perjanjian
untuk tidak mendirikan perusahaan sejenis dan lain-lain. Menurut Mariam Darus jenis-jenis perjanjian:
a. Perjanjian timbal balik yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban
pokok bagi kedua belah pihak. b.
Perjanjian Cuma-Cuma, adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak.
c. Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama. Perjanjian bernama
adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang
diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang. Sedangkan
perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak diatur didalam
KUH Perdata, akan tetapi terdapat dalam masyarakat. Jumlah dari perjanjian ini tidak terbatas dan lahirnya berdasarkan asas kebebasan
berkontrak. d.
Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir. Perjanjian kebendaan adalah perjanjian yang mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu
kepada pihak lain. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian oleh pihak-
pihak yang mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan kepada pihak lain perjanjian yang menimbulkan perikatan
e. Perjanjian konsensual dan perjanjian riil. Perjanjian konsesual adalah
perjanjian diantara kedua belah pihak yang telah mencapai persesuian
Universitas Sumatera Utara
27
kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUH Perdata ini sudah mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya pasal 1338 KUH Perdata. Selain itu, ada pula perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadinya penyerahan uang, mislanya
perjanjian penitipan barang pasal 1694 KUH Perdata. Perjanjian terakhir ini dinamakan perjanjian riil.
f. Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya. Jenis perjanjian istimewa
adalah : 1.
Perjanjian liberatoir, yaitu perjanjian oleh para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya
perjanjian pembebasan uang; 2.
Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian para pihak yang menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka.
3. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi, pasal
1774 KUH Perdata; 4.
Perjanjian sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum public, misalnya perjanjian pemborong.
Selanjutnya, berhubungan dengan pembedaan perjanjian timbale balik dengan perjanjian Cuma-Cuma dan pernjanjian atas beban, maka menurut Mariam Darus
Badrulzaman, perjanjian dibicarakan perjanjian campuran. Perjanjian campuran perjanjian yang mengandung berbagai unsure perjanjian, misalnya pemilik hotel
yang menyewakan kamar sewa-menyewa tapi pula menyajikan makanan jual beli dan juga memberikan pelayanan. Terhadap perjanjian campuran itu ada
berbagai faham, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
28
a. Faham pertama : mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai
perjanjian khusus diterapkan secara analogis sehingga setiap unsur dari peejanjian khusus tetap ada contractus sui generic
b. Faham kedua : mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang dipakai
adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang paling menentukan Teori absorsi
c. Faham ketiga : mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan undang-undang
yang diterapkan terhadap perjanjian campuran itu adlah ketentuan undang- undang yang berlaku untuk itu Teori combinate.
Terlepas dari pembagian jenis perjanian yang dikemukakan para sarjana diatas yang terpenting adalah mengetahui pengertian dari jenis perjanjian itu
sendiri, sehingga tidak terdapat penafsiran yang berlainan.
E. Wanprestasi dan akibat-akibatnya