Subjek dan Objek Perjanjian

20 Dari kedua hal tersebut di atas merupakan tindakanperbuatan yang tidak mengandung adanya konsensus. Pengertian perbuatan itu sendiri juga sangat luas, karena sebetulnya maksud perbuatan yang ada dalam rumusan tersebut adalah hukum . 3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Untuk pengertian perjanjian disini dapat diartikan juga pengertian perjanjian yang mencakup melangsungkan perkawinan. Padahal perkawinan sendiri sudah diatur tersendiri dalam hukum keluarga, yang menyangkut hubungan lahir batin. Sedangkan perjanjian yang dimaksud dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah hubungan antara debitur dan kreditur. Dimana hubungan antara kreditur dan debitur terletak dalam lapangan harta kekayaan saja selebihnya tidak. Jadi yang dimaksud perjanjian kebendaan saja bukan perjanjian personal. 4. Tanpa menyebut tujuan. Dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan apa tujuan untuk mengadakan perjanjian sehingga pihak – pihak mengikatkan dirinya itu tidaklah jelas maksudnya untuk apa.

B. Subjek dan Objek Perjanjian

Subjek dalam perjanjian adalah para pihak yang terdapat dalam perjanjian. Dalam hal ini terdapat dua macam subjek, yakni seseorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat beban kewajiban atau mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu. Subjek yang berupa seorang manusia haruslah Universitas Sumatera Utara 21 memenuhi syarat sah untuk melakukan tindakan hukum yaitu sudah dewasa dan tidak berada dibawah pengampuan. Subjek perjanjian dengan sendirinya sama dengan subjek perikatan yaitu kreditur dan debitur yang merupakan subjek aktif dan subjek pasif. Adapun kreditur maupun debitur tersebeut dapat orang – perseorangan maupun dalam bentuk badan hukum. KUHPerdata membedakan dalam tiga golongan untuk berlakunya perjanjian : 1. Perjanjian berlaku bagi pihak yang membuat perjanjian 2. Perjanjian berlaku bagi ahli waris dan mereka yang mendapat hak 3. Perjanjian berlaku bagi pihak ketiga Sedangkan objek dalam perjanjian adalah berupa prestasi, yang berwujud memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Perikatan untuk memberi sesuatu ialah kewajiban seseorang untuk memberi atau menyerahkan sesuatu, baik secara yuridis maupun penyerahan secara nyata. Perikatan untuk berbuat sesuatu yaitu prestasi dapat berwujud berbuat sesuatu atau melakukan perbuatan tertentu yang positif. Sedangkan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah dijanjikan. Dalam hal ini terdapat tiga macam objek, yakni : 1. Barang – barang yang dapat diperdagangkan 2. Harus diketahui jenisnya dan dapat ditentukan 3. Barang – barang tersebut sudah ada atau akan ada dikemudian hari Universitas Sumatera Utara 22 Mengenai objek perjanjian, diperlukan beberapa syarat untuk menentukan sahnya suatu perikatan, yaitu : a. Objeknya harus tertentu. Syarat ini hanya diperlukan bagi perikatan yang timbul dari perjanjian. b. Obyeknya harusnya diperbolehkan, artinya tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan c. Obyeknya dapat dinilai dengan uang. Hal ini dikarenakan suatu hubungan hukum yang ditimbulkan dari adanya perikatan berada dalam lapangan hukum harta kekayaan. d. Obyeknya harus mungkin. Orang tidak dapat mengikatkan diri kalau obyek tidak mungkin diberikan.

C. Syarat sahnya perjanjian