43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Persepsi Petani Tentang Resiko 5.1.1 Persepsi Petani Tentang Resiko Usahatani Kol
Ketidakmungkinan untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi usahatani menghadapkan petani pada resiko usahatani. Pada Tabel 11 diuraikan
persepsi petani kol terhadap resiko.
Tabel 11. Persepsi Petani Tentang Resiko Usahatani Kol No.
Persepsi Petani Frekuensi
Petani Persentas
e 1
Resiko menurut persepsi petani a.
Harga yang berfluktuasi 21
42 b.
Erupsi gunung sinabung yang dapat mengurangi jumlah produksi
16 32
c. Hama dan Penyakit
13 26
Jumlah 50
100
2 Usahatani yang dikategorikan gagal
a. Produksi yang dihasilkan rendah
5 10
b. Harga yang diterima rendah
33 66
c. Produksi dan harga rendah
12 24
Jumlah 50
100
3 Tingkat resiko produktivitas usahatani
a. Tinggi 50 gagal panen
3 6
b. Sedang 25-50 gagal panen
22 44
c. Rendah 25 gagal panen
25 50
Jumlah 50
100
4 Tingkat resiko harga menurut petani
a. Tinggi harga jatuh 50 dari rata-rata
37 74
b. Sedang harga jatuh 25-50 dari rata-rata
10 20
c. Rendah harga jatuh 25 dari rata-rata
3 6
Jumlah 50
100
5 Tingkat keuntungan usahatani
a. Tinggi rasio penerimaan terhadap biaya 2
11 22
b. Sedang rasio penerimaan terhadap biaya 1,5-
2 33
66 c.
Rendah rasio penerimaan terhadap biaya 1,5
6 12
Jumlah 50
100
Pada tabel 11 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar petani menganggap bahwa resiko berkaitan dengan harga komoditas yang berfluktuasi. Harga yang
berfluktuasi ini dikarenakan harga jual yang ditentukan oleh pasar, apabila harga jual rendah maka terdapat kemungkinan biaya yang dikeluarkan lebih tinggi
daripada penerimaan petani. Sebanyak 16 orang petani menganggap erupsi gunung dapat mempengaruhi jumlah produksi kol yang dapat membuat kol
menjadi rusak. Hama dan Penyakit juga merupakan salah satu resiko menurut persepsi petani yang berjumlah 13 orang petani, dikarenakan tanamannya yang
tumbuh berada diatas tanah maka penyebaran penyakit dapat disebarkan dengan mudah melalui angin. Secara umum,usahatani kol dikategorikan gagal menurut
petani adalah jika harga yang diterima relatif rendah. Dengan kata lain, jumlah produksi yang rendah tidak dikategorikan sebagai kegagalan usahatani
dikarenakan petani yang dijadikan responden memiliki jumlah produksi yang tinggi. Tingkat resiko produktivitas usahatani kol menurut persepsi petani adalah
resiko produktivitas berada pada kisaran yang rendah. Hal ini berarti jarangnya para petani mengalami gagal panen. Namun, terdapat 3 petani yang beranggapan
bahwa tingkat resiko produktivitas usahatani tinggi, hal ini dikarenakan hasil produksi yang dihasilkan rendah diakibatkan hama penyakit yang banyak
menyerang tanaaman dan abu vulkanik yang merusak tanaman. Begitu juga dengan petani yang beranggapan bahwa tingkat resiko produktivitas usahatani
yang sedang, namun hasil produksi yang rusak tidak sebanyak petani yang beranggapan bahwa tingkat resiko produktivitas usahatani itu tinggi. Sebagian
besar petani berpendapat bahwa resiko harga kol adalah tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa harga benar-benar diluar dari kontrol petani. Variasi
persepsi terhadap tingkat resiko harga menurut petani dikarenakan harga yang berfluktuasi dalam waktu yang dekat. Sebagian besar petani juga berpendapat
bahwa keuntungan usahatani kol adalah sedang. Berarti dapat dikatakan usahatani kol dapat menutupi modal yang dikeluarkan oleh petani dan juga memberikan
keuntungan kepada petani kol tersebut.
5.1.2 Persepsi Petani Tentang Resiko Usahatani Sawi Putih
Pada umumnya resiko usahatani lebih banyak terkonsentrasi di pihak petani kecil secara individual. Persepsi petani terhadap resiko disajikan pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Persepsi Petani Tentang Resiko Usahatani Sawi Putih No.
Persepsi Petani Frekuens
i Petani Persentase
1 Resiko menurut persepsi petani
a. Harga yang berfluktuasi
20 40
b. Erupsi gunung sinabung yang dapat
mengurangi jumlah produksi 15
30 c.
Hama dan Penyakit 15
30
Jumlah 50
100
2 Usahatani yang dikategorikan gagal
a. Produksi yang dihasilkan rendah
5 10
b. Harga yang diterima rendah
40 80
c. Produksi dan harga rendah
5 10
Jumlah 50
100
3 Tingkat resiko produktivitas usahatani
a. Tinggi 50 gagal panen
4 8
b. Sedang 25-50 gagal panen
23 46
c. Rendah 25 gagal panen
23 46
Jumlah 50
100
4 Tingkat resiko harga menurut petani
a. Tinggi harga jatuh 50 dari rata-rata
37 74
b. Sedang harga jatuh 25-50 dari rata-rata
10 20
c. Rendah harga jatuh 25 dari rata-rata
3 6
Jumlah 50
100
5 Tingkat keuntungan usahatani
a. Tinggi rasio penerimaan terhadap biaya 2
13 26
b. Sedang rasio penerimaan terhadap biaya 1,5-
2 31
62 c.
Rendah rasio penerimaan terhadap biaya 1,5
6 12
Jumlah 50
100
Dari tabel 12 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar petani menganggap bahwa resiko berkaitan dengan harga komoditas yang berfluktuasi. Harga yang
berfluktuasi ini dikarenakan harga jual yang ditentukan oleh pasar, apabila harga jual rendah maka terdapat kemungkinan biaya yang dikeluarkan lebih tinggi
daripada penerimaan petani. Sebanyak 15 orang petani menganggap erupsi gunung dapat mempengaruhi jumlah produksi sawi putih yang dapat membuat
sawi putih menjadi rusak. Hama dan Penyakit juga merupakan salah satu resiko menurut persepsi petani yang berjumlah 15 orang petani, dikarenakan tanamannya
yang tumbuh berada diatas tanah maka penyebaran penyakit dapat disebarkan dengan mudah melalui angin. Usahatani sawi putih dikategorikan gagal menurut
petani adalah jika harga yang diterima relatif rendah. Tingkat resiko produktivitas usahatani sawi putih menurut persepsi petani adalah resiko produktivitas berada
pada kisaran yang rendah hingga sedang. Berarti para petani tidak sering mengalami gagal panen. Namun, terdapat 4 petani yang beranggapan bahwa
tingkat resiko produktivitas usahatani tinggi, hal ini dikarenakan hasil produksi yang dihasilkan rendah diakibatkan hama penyakit yang banyak menyerang
tanaaman dan abu vulkanik yang merusak tanaman. Sebagian besar petani berpendapat bahwa resiko harga sawi putih adalah tinggi. Hal ini mengindikasikan
bahwa harga benar-benar diluar dari kontrol petani. Sebagian besar petani juga berpendapat bahwa keuntungan usahatani sawi putih adalah sedang. Berarti modal
yang dikeluarkan oleh petani selama melakukan usahatani telah balik modal dan memberikan keuntungan yang cukup kepada petani sawi putih.
5.1.3 Persepsi Petani Tentang Resiko Usahatani Wortel
Pada umumnya resiko usahatani lebih banyak terkonsentrasi di pihak petani kecil secara individual. Bagaimana persepsi petani wortel terhadap resiko usahatani
diuraikan pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Persepsi Petani Tentang Resiko Usahatani Wortel No.
Persepsi Petani Frekuensi
Petani Persentas
e 1
Resiko menurut persepsi petani a.
Harga yang berfluktuasi 19
38 b.
Erupsi gunung sinabung yang dapat mengurangi jumlah produksi
16 32
c. Hama dan Penyakit
8 16
d. Kemarau
7 14
Jumlah 50
100
2 Usahatani yang dikategorikan gagal
a. Produksi yang dihasilkan rendah
11 22
b. Harga yang diterima rendah
30 60
c. Produksi dan harga rendah
9 18
Jumlah 50
100
3 Tingkat resiko produktivitas usahatani
a. Tinggi 50 gagal panen
1 2
b. Sedang 25-50 gagal panen
14 28
c. Rendah 25 gagal panen
35 70
Jumlah 50
100
4 Tingkat resiko harga menurut petani
a. Tinggi harga jatuh 50 dari rata-rata
28 56
b. Sedang harga jatuh 25-50 dari rata-rata
10 20
c. Rendah harga jatuh 25 dari rata-rata
12 24
Jumlah 50
100
5 Tingkat keuntungan usahatani
a. Tinggi rasio penerimaan terhadap biaya
2 11
22 b.
Sedang rasio penerimaan terhadap biaya 1,5-2
33 66
c. Rendah rasio penerimaan terhadap biaya
1,5 6
12
Jumlah 50
100
Pada tabel 13 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar petani menganggap bahwa resiko berkaitan dengan harga komoditas yang berfluktuasi dan erupsi gunung
sinabung. Harga yang berfluktuasi ini dikarenakan harga jual yang ditentukan oleh pasar, apabila harga jual rendah maka terdapat kemungkinan biaya yang
dikeluarkan lebih tinggi daripada penerimaan petani. Erupsi gunung dapat mempengaruhi jumlah produksi wortel yang dapat membuat wortel menjadi
rusak, dapat ditandai dengan daun wortel menjadi kekuningan. Dapat dilihat dari Tabel 13 bahwa terdapat 7 orang petani beranggapan bahwa musim kemarau
merupakan salah satu resiko dalam usahatani wortel hal ini dikarenakan tanaman wortel yang membutuhkan air yang banyak pada awal pertumbuhan dan apabila
tanaman wortel sudah cukup besar dapat mengurangi kebutuhan air tanaman wortel tersebut namun tetap harus menjaga agar tanah tidak kekeringan, yang
biasa terjadi pada musim kemarau. Hama dan Penyakit juga merupakan salah satu resiko menurut persepsi petani yang berjumlah 8 orang petani. Hal ini dapat
disebabkan karena para petani tidak mengubah sistem pola tanamnya, sehingga dapat meningkatkan resiko terkena hama dan penyakit. Secara umum,usahatani
wortel dikategorikan gagal menurut petani adalah jika harga yang diterima relatif rendah, jumlah produksi yang rendah tidak dikategorikan sebagai kegagalan
usahatani dikarenakan petani yang dijadikan responden tidak jarang memiliki jumlah produksi yang tinggi.
Tingkat resiko produktivitas usahatani wortel menurut persepsi petani adalah resiko produktivitas berada pada kisaran yang rendah. Hal ini berarti jarangnya
para petani mengalami gagal panen. Terdapat seorang petani yang beranggapan bahwa tingkat resiko produktivitas usahatani tinggi, hal ini dikarenakan
kemungkinan hasil produksi wortel yang ukurannya kecil. Begitu juga dengan petani yang beranggapan bahwa tingkat resiko produktivitas usahatani yang
sedang, namun hasil produksi yang berukuran kecil tidak sebanyak petani yang beranggapan bahwa tingkat resiko produktivitas usahatani itu tinggi. Sebagian
besar petani berpendapat bahwa resiko harga wortel adalah tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa harga benar-benar diluar dari kontrol petani. Variasi
persepsi terhadap tingkat resiko harga menurut petani dikarenakan harga yang berfluktuasi. Sebagian besar petani juga berpendapat bahwa keuntungan usahatani
wortel adalah sedang. Berarti dapat dikatakan usahatani wortel dapat menutupi modal yang dikeluarkan oleh petani dan juga memberikan keuntungan kepada
petani wortel tersebut.
5.2 Strategi Petani Menghadapi Resiko