64
f. Pendidikan dan kebudayaan
1 Museum Pemerintah 2 Peninggalan Sejarah dan Purbakala candi, keraton, prasasti,
petilasan, bangunan kuno, dsb g. Pariwisata dan ekonomi kreatif
1 PerjudianKasino
2. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan diatur dalam Perpres
Nomor 39 tahun 2014 dalam Pasal 2 ayat 1 disebutkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan
sebagai kegtan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan
kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. Daftar bidang usaha yang
terbuka dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tercantum dalam lampiran II Peraturan Presiden tersebut.
Kemudian dalam Pasal 4 ayat 1 penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 harus
memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan.
E. Pembatasan dalam Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia
Salah satu asas penting dalam kebijakan penanaman modal, dalam kaitannya untuk lebih dapat mendorong kegiatan penanaman modal, perlu dan
patut diberikan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peningkatan
Universitas Sumatera Utara
65
kegiatan penanaman modal. Kebijakan-kebijakan penanaman modal yang mengandung pembatasan-pembatasan yang ketat, yang merupakan praktek luas
hampir di semua negara berkembang harus diganti oleh kebijakan penanaman modal yang lebih terbuka. Perampingan daftar negatif investasi penanaman modal
hingga mencakup sejumlah kecil saja bisnis yang terkait dengan kesehatan, pertahanan dan keamanan, moral dan lingkungan hidup.
69
Negara-negara maju, seperti Eropa, Kanada, Australia, dan bahkan Amerika Serikat juga mempraktikkan kebijakan-kebijakan penanaman modal
yang bersifat pembatasan. Mereka menyandarkan kebijakan-kebijakan tersebut kepada standar-standar mereka yang pada hakikatnya merupakan hambatan
terhadap masuknya PMA ke negara-negara tersebut.
70
1. Bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal
Bidang penanaman modal didalamnya mencakup pembatasan-pembatasan yakni:
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan
terbuka dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Bab VII Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Penanaman Modal. Hal ini menunjukkan bahwa dibukanya
bidang usaha seluas-luasnya bagi penanaman modal di Indonesia. Kebijaksanaan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi kegiatan penanaman modal di
69
Ermanto Fahamsyah, Hukum Penanaman modal Pengaturan, Pembatasan, Pengaruh budaya hukum dan praktik penanaman modal di Indonesia Yogyakarta: Laksbang PRESSindo,
2015, Hlm. 48.
70
Ibid., hlm. 58.
Universitas Sumatera Utara
66
Indonesia.
71
Adapun bidang usaha yang tertutup bagi Penanaman Modal Asing adalah:
Bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan Presiden disusun dalam daftar yang
berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha atau jenis usaha yang berlaku di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia KBLI danatau International for Industrial Classification ISIC.
72
a. Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang dan b. Bidang usaha yang secara ekslisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden menetapkan bidang
usaha yang tertutup untuk penanaman modal. Beberapa negara berkembang menerapkan kebijakan pembatasan terhadap penanaman modal asing khususnya
bidang usaha. Hal ini terlihat dari peraturan perundang-undangan terkait. Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal berlaku selama 3 tiga tahun
dan apabila dipandang perlu setiap tahun dapat ditinjau kembali sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan. Penentapan bidang usaha tersebut tidak
berlaku untuk menanaman modal secara tidak langsung indirect investment yang dilaksanakan melalui pembelian saham dalam negeri.
Ketentuan bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal ditetapkan sebagai berikut:
a. Bidang usaha yang tertutup mutlak untuk penanaman modal;
71
Daniswara K. Harjono, hlm. 134.
72
Ibid., ps.12 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
67
1 di sektor primer 2 di sektor sekunder
3 di sektor tersier b. Bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal yang dalam modal
perusahaan terdapat kepemilikan warga negara asing dan atau badan hukum:
1 di sektor primer 2 di sektor tersier
c. Bidang atau jenis yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang atau jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan
syarat kemitraan. d. Bidang atau jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil
e. Bidang atau jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah dan usaha besar dengan syarat kemitraan.
73
2. Bidang usaha yang harus dilakukan dalam bentuk usaha patungan Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, pemerintah di dalam
menetapkannya berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan UMKMK, pengawasan produksi
dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan yang ditunjuk pemerintah. Artinya bahwa salah
satu kriteria penetapan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan diantaranya adalah bidang usaha yang harus dilakukan dengan partisipasi modal dalam negeri,
73
Ibid., hlm.16
Universitas Sumatera Utara
68
seperti yang disebutkan dalam Pasal 11 ayat 5 Undang-Undang Penanaman Modal.
Berdasarkan ketentuan tersebut menunjukkan bahwa ada bidang-bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal asing, tetapi harus dilakukan dengan
melibatkan partisipasi modal dalam negeri. Oleh sebab itu antara pengusaha asing dan pengusaha lokal membentuk suatu perusahaan baru yang disebut dengan
istilah joint venture, yang didalamnya berisi saham dimana jumlahnya sesuai dengan yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak.
Secara khusus, joint venture melibatkan kerja sama antara dua atau lebih perusahaan induk yang diikat oleh joint ventureagreement antara perusahaan
induk yang mengatur mengenai pengendalian control, proporsi modal antara perusahaan induk, pengeturan laba, bentuk hukum dari joint venture serta
ketentuan-ketentuan mengenai joint venture. Perjanjian ini harus tunduk pada berbagai persyaratan yang diatur dalam hukum persaingan usaha yang berlaku.
joint venture dapat mengambil bentuk hukum seperti perjanjian contract, persekutuan perdata partnership atau perseroan terbatas.
74
Peraturan penanaman modal di Indonesia, khususnya undang-undang penanaman modal, menerapkan beberapa persyaratan yang membatasi penanaman
modal asing. Adanya pengaturan pembatasan kegiatan penanaman modal di Indonesia dalam bentuk menentukan bidang yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan bagi penanaman modal serta adanya persyaratan harus berbentuk joint venture, bukan untuk menghambat kegiatan penanaman modal, tetapi ditujukan
74
Ibid., Ermanto Fahamsyah, hlm. 61
Universitas Sumatera Utara
69
untuk memberikan rujukan dan kepastian berushaa bagi para investor tentang bidang-bidang yang dapat diusahakan. Selain itu juga untuk melindungi
kepentingan rakyat Indonesia dan kepentingan nasional Indonesia secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
70
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DAN KOPERASI UMKMK MELALUI DAFTAR NEGATIF INVESTASI
A. Kemitraan UMKM