Kriteria UMKMK Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi Melalui Daftar Negatif Investasi

33 peningkatan kepastian berusaha dan kepastian hukum, pengembangan sistem insentif untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis teknologi dan atau berorientasi ekspor, serta peningkatan akses dan perluasan pasar ekspor bagi produk-produk koperasi dan UMKM. Untuk itu perlu diberi kemudahan dan formalisasi dan perizinan usaha, dengan mengembangkan pola pelayanan satu atap untuk memperlancar proses dan pengurangan biaya perizinan. Selain itu, budaya usaha dan kewirausahaan dikembangkan, melalui berbagai pelatihan serta penyuluhan dan kemitraan usaha. 42

C. Kriteria UMKMK

Pengelompokan jenis usaha dalam UMKMK ditentukan untuk membedakan manakah yang termasuk golongan usaha mikro, usaha kecil, golongan usaha menengah dan koperasi. Oleh sebab itu, Undang-Undang UMKM mengatur kriteria UMKM antara lain: 1. Kriteria usaha mikro Usaha mikro sebagai suatu usaha produktif milik orang perorangan dapat diketahui melalui 2 dua kriteria, yaitu: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 42 Ibid., Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, hlm.143-145. Universitas Sumatera Utara 34 b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. 43 2. Kriteria usaha kecil Usaha kecil ialah kegiatan usaha yang mmpunyai modal awal yang kecil, atau nilai kekayaan asset yang kecil dan jumlah pekerja yang juga kecil. Nilai modal awal, asset, atau jumlah pekerja itu bergantung kepada defenisi yang diberikan oleh pemerintah atau institusi lain dengan tujuan-tujuan tertentu. 44 Pemerintah melalui Undang-Undang UMKM mengatur kriteria usaha kecil, 45 a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau yaitu: b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. 3. Kriteria usaha menengah Usaha menengah yang merupakan usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh orang perorangan maupun suatu badan hukum, dapat diketahui melalui kriteria sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 43 Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah 44 Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 365. 45 Undang-Undang Usaha Mikro , Kecil dan Menengah psl.6 2 Universitas Sumatera Utara 35 b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah. 4. Kriteria koperasi Koperasi digolongkan dalam 2 dua bentuk yaitu koperasi primer yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang perseorangan dan koperasi sekunder yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan hukum koperasi. Penggolongan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian selanjutnya disebut Undang-Undang Perkoperasian.. Syarat pembentukan koperasi, diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Perkoperasian yaitu: a. Koperasi primer didirikan oleh paling sedikit 20 dua puluh orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi. b. Koperasi sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 tiga koperasi primer Pengelompokkan suatu kegiatan usahabisnis pada intinya dilakukan dengan 4 empat tujuan, yaitu sebagai berikut: 46 1. Keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan Ilmu ekonomi membahas kaidah-kaidah dan hukum-hukum ekonomi yang dikaitkan dengan kelompok kelompok usaha tersebut, baik secara mikro maupun makro. Teori ekonomi mikro meneliti dan 46 Ibid.,Tiktik Sartika Partomo, hlm. 4-6. Universitas Sumatera Utara 36 mempelajari kelompok-kelompok usaha mulai dari perilaku pasar, rumah tangga, produksi, juga membahas ongkos-ongkos produksi, penghasilan, laba dan juga mengenai kesejahteraan karyawannya. Penelitian dan analisis terhadap kenerja perusahaan dalam industri menjadi sangat penting dan berguna untuk memberikan solusi terbaik. Dengan demikian, baik secara ekonomi mikro maupun makro, aspek-aspek tersebut menjadi masukan untuk memperoleh gambaran kondisi bisnisindustri secara nasional. 2. Keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah Pengelompokan bisnis diperlukan suatu gambaran yang sistematis tentang kondisi dan kegiatan tiap industri secara nasional seperti Biro Pusat Statistik BPS telah menyusun data menurut golongan-golongan industri makanan, industri tekstil, industri kulit, industri kayu dan barang- barang kayu dan sebagainya. Penggolongan-penggolongan industri tersebut diperinci lebih lanjut menjadi sub-sub golongan kelompok yang semuanya dberi kode pengenal. Data industri tersebut menjadi bahan acuan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintahbadan yang berkompeten. 3. Meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi perusahaannya Pengelompokan perusahaan dapat menilai seberapa besar pangsa pasar yang diperankan atau seberapa luas kegiatan bisnisnya dibandingkan dengan para pesaing lainnya. Inovasi apa saja yang bisa Universitas Sumatera Utara 37 dibuat usahanya terhadap para pesaing untuk dapat bertahan di sektor industri bersangkutan, perlu penilaian terhadap seberapa tingkat kejenuhan pasar atas produk yang ditawarkan. Melalui analisis kelompok- kolompok tersebut bisa pula menilai secara umum tentang kemampuan atau peranan dari calon mitra usaha. 4. Pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan dengan antisipasi kinerja perusahaan Bank-bank atau institusi investasipermodalan memerlukan data umum dengan menggunakan data statistik kelompok industri guna mengevaluasi terhadap calon nasabah dalam rangka pemberian kreditinvestasi. Selain itu, penilaian terhadap prospek-prospek produksi baru ataupun perluasannya sangat memerlukan data statistik yang sistematis dan menurut kelompok-kelompok industri. Dari pengelompokan bisnis usaha menurut jenis industri dapat dinilai seberapa besar peranan kegiatan usaha kecil atau menengah dalam sektor sejenisnya dan terhadap industri secara nasional sekaligus diperoleh gambaran jenis- jenis produk yang dimungkinkan bagi usaha kecil menengah untuk “entry” dalam pasarnya. Universitas Sumatera Utara 38

D. Kedudukan UMKMK dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007