ROI Return On Investment

c. PBP Pay-Back Period

Pay-back period atau periode pengembalian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi capital outlays dengan menggunakan aliran kas masuk neto proceeds yang diperoleh. Aliran kas bersih adalah selisih penerimaan revenue terhadap pengeluaran per tahun. Periode pengembalian biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Dengan rumus: ��� = Capital Outlays Proceeds x 1 tahun Layak tidaknya suatu usaha tergantung berapa lama periode pengembalian modal, semakin cepat kembali berarti usaha tersebut semakin menguntungkan Soeharto, 1999.

d. ROI Return On Investment

Pengembalian atas investasi atau aset return on investment-ROI adalah perbandingan antara pendapatan bersih net income per tahun terhadap dana investasi modal. ROI merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian seluruh harta yang digunakan untuk melaksanakan usaha dalam menghasilkan laba. Rumusnya adalah sebagai berikut: ��� = Pendapatan Bersih Net Income Dana Investasi Modal x 100 Dengan kriteria: ROI tingkat suku bunga pinjaman bank yang berlaku, maka usaha layak untuk dilaksanakan Universitas Sumatera Utara ROI ≤ tingkat suku bunga pinjaman bank yang berlaku, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan • Untuk identifikasi masalah 3 diuji dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana faktor internal perusahaan yaitu kekuatan dan kelemahan dalam menghadapi faktor eksternal perusahaan yaitu peluang dan ancaman. Berdasarkan gambaran tersebut, akan dapat dilihat bagaimana strategi pengembangan usaha agroindustri serat kelapa coco fiber di daerah penelitian. Matriks ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan matiks SWOT adalah: 1. Terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal. Dengan pertimbangan: a. Faktor Internal, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat di kendalikan oleh perusahaan 2. Setelah diklasifikasi faktor-faktor yang intenal dan eksternalnya, kemudian disusun kuisioner untuk menentukan rating setiap faktor. Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut masuk ke dalam faktor internal menjadi kekuatan dan kelemahan atau faktor eksternal menjadi peluang dan ancaman. Faktor dibagi menjadi 4 kategori yaitu 1dan 2 nilai rendah dan 3 dan 4 nilai tinggi. Pada faktor internal: 1 dan 2 = kelemahan, 3 dan 4 = kekuatan, sedangkan pada faktor eksternal: 1 dan 2 = ancaman dan 3 dan 4 = peluang. Universitas Sumatera Utara 3. Setelah diperoleh rating tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan dalam tiap faktor. Pembobotan ini dilakukan untuk dengan cara teknik komparasi berpasangan pairwise comparison dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty 1991 pada model AHP Analytical Hierarchy Process yaitu membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu tingkat hirarki berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing- masing faktor. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang dikemukan oleh Saaty 1991 dengan tingkat perbandingan: Tabel 3. Skala Banding Secara Berpasangan Pairwise Comparison Kepentingan Defenisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding elemem lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian dengan kuat menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam kenyataan 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi menguatkan 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua komponen di antara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bilai dibanding dengan i Sumber: Saaty 1991 Universitas Sumatera Utara 4. Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden dengan memakai teknik pembobotan yang dilakukan oleh Saaty 1991, kemudian dibuat matrik penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor. Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategi Faktor Strategis A B C D ....... Bobot A 1 B 1 C 1 D 1 ....... 1 Total Sumber: Kinnear dan Taylor, 1991 5. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata-rata perbandingan dari seluruh responden yang disebut dengan rata- rata geometris. Nilai dan rata-rata geometris dicari dengan menggunakan rumus: � = �� 1 ●� 2 ●� 3 … ●� � � Ket : � 1 = Nilai untuk responden 1 � 2 = Nilai untuk responden 2 � 3 = Nilai untuk responden 3 � � = Nilai untuk responden n Universitas Sumatera Utara 6. Setelah di ketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut di normalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis. 7. Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara mengalikan rating dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi perusahaan terhadap faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya. Dan disajikan dalam matriks Internal Factor Evaluation IFE dan matriks External Factor Evaluation EFE Tabel 5: Matriks Internal Factor Evaluation IFE Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor = Rating x Bobot A. Kekuatan 1. 2. ………… Jumlah A B. Kelemahan 1. 2. ………… Jumlah B Total A+B 1,0 Sumber: David, 2006 Universitas Sumatera Utara Tabel 6: Matriks External Factor Evaluation EFE Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor = Rating x Bobot A. Peluang 1. 2. ………… Jumlah A B. Ancaman 1. 2. ………… Jumlah B Total A+B 1,0 Sumber: David, 2006 8. Hasil dari matriks IFE dan EFE akan digabungkan ke dalam matriks IE. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total nilai matriks IFE pada sumbu-x dan total nilai matriks EFE pada sumbu-y. Matriks IE digunakan untuk memposisikan perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas sembilan sel, yaitu: sel I, II, IV yang merupakan daerah pertumbuhan. Strategi intensif seperti market penetration, market development, dan product development atau strategi terintegrasi seperti backward integration, forward integration, dan horizontal integration sangat tepat digunakan pada daerah ini. Sel III, V, VII merupakan daerah bertahan, dimana penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang sangat umum dikembangkan, sedangkan sel VI, VIII, IX dapat menggunakan strategi harvest atau divestiture. 9. Setelah diketahui posisi perusahaan dalam matriks IE, akhirnya dilakukan analisis matriks SWOT berdasarkan posisi tersebut. Matriks SWOT Universitas Sumatera Utara merupakan alat yang digunakan untuk mencocokkan faktor-faktor kunci internal dan eksternal. Terdapat delapan langkah yang digunakan dalam penyusunan matriks SWOT, yaitu: a. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan, b. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan, c. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan, d. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan, e. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya strategi S-O, f. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya strategi W-O, g. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya strategi S-T, h. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya strategi W-T. Matriks SWOT yang dibuat akan menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman digabungkan dengan kekuatan dan kelemahan pada industri pengolahan serat kelapa, sehingga akan menghasilkan suatu rumusan strategi pengembangan usaha serat kelapa. Rumusan strategi ini akan menghasilkan empat alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan dan peluang strategi S-O, kelemahan dan peluang strategi W-O, kekuatan dan ancaman strategi S-T, serta strategi kelemahan dan ancaman strategi W-T. Universitas Sumatera Utara Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut : Definisi 1. Usaha serat kelapa coco fiber adalah suatu kegiatan pengolahan limbah kelapa menjadi serat kelapa dengan maksud untuk menghasilkan pendapatan 2. Serat kelapa coco fiber adalah output dari pengolahan limbah kelapa. 3. Limbah kelapa adalah bahan baku pembuatan serat kelapa yang lebih dikenal dengan sebutan sabut kelapa 4. Proses produksi adalah proses pengolahan input produksi hingga menjadi serat kelapa coco fiber. 5. Biaya produksi adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh pengusaha serat kelapa coco fiber selama proses produksi berlangsung sampai siap Rp. 6. Penerimaan adalah total produksi serat kelapa coco fiber yang dihasilkan selama masa produksi yang dihitung dalam satuan Rp. 7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha serat kelapa coco fiber dengan total biaya produksi yang dikeluarkan Rp. 8. Strategi pengembangan dalam rangka peningkatan usaha serat kelapa coco fiber adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan produksi serat kelapa coco fiber untuk mencapai tujuan peningkatan pendapatan. 9. Faktor internal adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi suatu kondisi yang ada, dimana hal-hal tersebut berasal dari kondisi itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 10. Faktor eksternal adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi suatu kondisi yang ada, dimana hal-hal tersebut berasal dari luar kondisi yang ada. Batasan Operasional 1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. 2. Sampel penelitian adalah pengusaha yang melakukan pengolahan sabut kelapa menjadi serat kelapa coco fiber 3. Penelitian dilakukan pada tahun 2013 Universitas Sumatera Utara DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Geografi Kabupaten Deli Serdang Penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Kabupaten Deli Serdang berada pada 2º57’’ Lintang Utara, 3º16’’ Lintang Selatan dan 98º33’’ - 99º27’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 800 m di atas permukaan laut dpl. Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas ± 2.497,72 km 2 yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 DesaKelurahan Definitif. Wilayah Kabupaten Deli Serdang mempunyai batas-batas sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai. Geografi Kecamatan Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis yang luas wilayah ± 40,34 km 2 ini, terletak pada ketinggian 4 - 30 m di atas permukaan laut dan beriklim tropis. Adapun batas wilayah kecamatan Batang Kuis adalah sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa. • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu. • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan. Universitas Sumatera Utara

a. Demografi Kecamatan Batang Kuis