commit to user
3 lebih mudah terutama pada bilangan pecahan. Diharapankan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada materi pecahan sederhana pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan semester II tahun
pelajaran 20102011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut: Apakah dengan melalui media film dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi bilangan pecahan sederhana pada siswa
kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bilangan pecahan sederhana
melalui media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru-guru SLB dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
Manfaat yang dapat diambil oleh peneliti dalam pembelajaran mata pelajaran matematika dengan indikator mengenal bilangan pecahan sederhana
melalui media film adalah:
1. Manfaat teoritis
Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya bagi pendidikan Sekolah Luar Biasa maupun akademisi dan mahasiswa tentang
ada tidaknya pengaruh peningkatan hasil belajar matematika melalui media film pada materi bilangan pecahan sederhana.
commit to user
4
2. Manfaat Praktis
a Manfaat bagi anak: Untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi peserta didik, sehingga
dalam jangka waktu yang singkat peserta didik dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi bilangan pecahan sederhana.
b Manfaat bagi guru: Manfaat yang bisa diambil oleh guru yaitu memperoleh alternatif model
media pembelajaran matematika pada materi bilangan pecahan sederhana. c Manfaat bagi sekolah:
Sekolah memperoleh peningkatan mutu pembelajaran matematika khususnya di kelas III Tunarungu Wicara.
commit to user
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Anak Tunarungu
a. Pengertian Anak Tunarungu
Kata tunarungu terdiri dari dua kata, yaitu tuna dan rungu, yang artinya tuna berarti kurang dan rungu berarti pendengaran. Jadi tunarungu dapat
diartikan kurang pendengaran. Tunarungu dapat diartikan sebagai sebuah keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak
tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang hampir sama. Dibawah ini dikemukakan
definisi anak tunarungu. Menurut Sukaesih 2010 : 5 Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan
seluruh atau sebagian daya pendengarannya, sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Secara fisik, anak tunarungu tidak
berbeda dengan anak-anak dengar pada umumnya, sebab orang akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada saat berbicara,
mereka berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka
berisyarat
.
Pendapat Bandi Delphie 2009: 127 ³Pengertian hendaya pendengaran
tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak
berfungsinya sebagian at DXVHOXUXKLQGHUDSHQGHQJDUDQ´
Menurut Sarjono 2000: 6 anak tunarungu didefinisikan sebagai berikut: ³QDN \DQJ NHKLODQJDQ VHOXUXK DWDX NXUDQJ PDPSX EHUNRPXQLNDVL VHFDUD
verbal, dan walaupun telah dibantu Alat Bantu Mendengar ABM tetap membutuhkan pelayanan khusus.
´
5
commit to user
6 Pendapat Soewito dalam Sarjo
QR ³ QDN WXQDUXQJX DGalah seseorang yang mengalami ketulian berat sampai total. Yang tidak dapat lagi
menangkap tutur kata tan SDPHPEDFDELELUODZDQELFDUD´
0HQXUXW,PDV5XQDZDQGDODP6DUMRQR³QDNWXQDUXQJX adalah anak yang kehilangan kemampuan pendengaran sedemikian rupa
sehingga anak tersebut tidak dapat mengartikan bahasa oral walaupun menggunakan Alat B
DQWX0HQGHQJDU0´ Dari beberapa definisi di atas tentang anak tunarungu, pada dasarkan
menekankan pada masalah adanya kelainan pendengaran, yang akhirnya berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa, berhitung, dan membaca.
Berbagai istilah itu digunakan seperti kurang dengar, tuli, dan tunarungu merupakan istilah yang dipakai orang untuk menyebutnya, tetapi pada
umumnya kalangan pendidikan luar biasa atau sosial menyebut tunarungu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang kehilangan sebagian pendengaran atau seluruh daya pendengarannya, sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,
membaca, berhitung yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya, maka anak tunarungu memerlukan bantuan atau pendidikan secara khusus.
Secara umum, anak dikatakan tunarungu apabila indera pendengaranya tidak berfungsi sebagai mana umumnya anak normal atau dengan kata lain indera
dengarnya tidak dapat menerima suara dari luar dengan baik.
b. Faktor Penyebab Anak tunarungu.
Penyebab kelainan pada pendengaran atau ketunarunguan dapat terjadi sebelum anak dilahirkan, waktu kelahiran atau anak sesudah dilahirkan. Faktor
penyebab merupakan sesuatu yang menjadikan akibat, menurut Soewito dalam Sarjono 2000: 15, mengemukakan bahwa faktor ketunarunguan dapat dibagi 3
faktor menurut waktu terjadinya, sebagai berikut: 1 Faktor-faktor yang terjadi sebelum anak dilahirkan prenatal
Pada masa ini penyebab kelainan pendengaran disebabkan atas: a Karena Keturunan
commit to user
7 Anak mengalami tunarungu sejak anak dilahirkan karena ada salah satu
anggota keluarga, terutama ayahibu menderita tunarungu. b Karena Penyakit
Misalnya cacar air, campak. Pada waktu ibu mengandung menderita penyakit cacar air atau campak, sehingga dalam kandungan dapat
terserang pengyakit cacar air atau campak, dan kemungkinan besar anak menjadi tunarungu.
c Karena Keracunan atau Infeksi keracunan darah Pada waktu mengandung keracunan darah yang berakibat placenta rusak,
dan sesudah dilahirkan anak bisa menderita tunarungu. d Penggunaan pil kimia dalam jumlah besar
Adakalanya seseorang ingin menggugurkan kandunganya dengan cara minum pil kimia dalam jumlah yang besar, dan ada pula yang tidak
berhasil. Hal ini menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi tunarungu. e Anak mengalami organ pendengaran sejak lahir
Kemungkinan anak yang dilahirkan mengalami kelainan pada organ pendengarannya, misalnya: liang telinga sempit, tidak berdaun telinga
atau gendang telinga tebal. Kelainan ini dapat menjadi penyebab anak menjadi tunarungu.
f Karena lain Penggunaan kontra sepsi yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh juga
menyebabkan kelainan pendengaran. 2 Faktor-faktor yang terjadi pada saat dilahirkan.
a Karena faktor rhesus Manusia selain mempunyai golongan darah A, B, AB dan O juga
mempunyai jenis Rh positif dan Rh negatif. Ketidak cocokan Rh antara ibu dan anak yang dikandung menyebabkan sel-sel darah membentuk
antibody yang justru menyerang sel darah merah anak. Sehingga anak menderita kurang darah dan sakit kuning yang menyebabkan
terganggunya sistem syaraf, dan akibatnya anak menjadi tunarungu.
b Kelahiran prematur Anak lahir prematursebelum ± 9 bulan dalam kandungan mempunyai
gejala sama seperti diatas, yaitu menderita kurang darah atau kurang oksigen.
3 Faktor-faktor yang terjadi sesudah lahir anak dilahirkan post natal a Karena infeksi atau luka-luka
Sesudah anak dilahirkan kadang-kadang anak dapat terserang penyakit seperti cacar, campak dan syphilis. Penyakit ini kemudian dapat
menyebabkan kerusakan organ pendengaran yang menyebabkan seseorang menjadi tunarungu.
b Meningitis peradangan selaput Meningitis dapat menyebabkan syaraf menjadi tidak berfungsi secara
normal, termasuk syaraf pendengaran. Hal ini dapat berakibat anak menjadi tunarungu perseptif.
c Tuli perseptif yang bersifat keturunan
commit to user
8 Tunarungu jenis ini disebabkan ketunarunguan orang tuanya. Tetapi
tunarungu ini diakibatkan ada kelainan pada syaraf pendengaran. d Otitis madia yang kronis
Cairan otitis dapat mengakibatkan tertutupnya liang telinga sehingga menghambat getaran suara yang akan dilanjutkan ketelinga bagian dalam.
e Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan Akibat dari infeksi menyebabkan gangguan pada telinga bagian luar dan
tengah. Sutji Somantri dalam buku kajian psikologi.
Menurut H. T. Sutjihati Somantri 1996: 75 Penyebab ketunarunguan dilihat dari waktu terjadinya ada beberapa faktor:
1. Waktu terjadinya pada saat sebelum dilahirkan prenatal. a Salah satu atau kedua orangtua menderita tunarungu, atau
mempunyai gen sel bawaan sifat abnormal misalnya: dominan genes, recesive gen, dll.
b Karena penyakit: sewaktu ibu mengandung ibu terserang penyakit; terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan
trisemeter pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu ialah rubella, morbili, dan lain-lain.
c Karena keracunan obat-obatan: Pada suatu kehamilan, ibu minum obat-obatan terlalu banyak atau ibu seorang pecandu alkohol, atau
ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya, ia meminum obat penggugur kandungan akan dapat menyebabkan ketunarunguan
pada anak yang dilahirkan.
2. Waktu terjadinya pada saat kelahiran. a Sewaktu ibu melahirkan, ibu mengalami kesulitan, sehingga
persalinan dibantu dengan penyedotan tang. b Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.
3. Waktu terjadinya pada saat setelah kelahiran post natal a Ketulian terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak
meningitis atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lainnya. b Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
c Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat
pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab anak tunarungu menurut waktu terjadinya prenatal, natal dan posnatal dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan bermakna mengalami kelainanpenyimpangan baik fisik, mental, sosial, emosional dibandingkan anak
normal sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus.
commit to user
9
c. Klasifikasi anak tunarungu
Menurut Bandi Delphie 2009: 127 Alat audiometer merupakan alat untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel dB.
Derajat kemampuan berdasarkan ukuran instrumen audiometer menyebabkan klasifikasi anak dengan hendaya pendengaran tunarungu sebagai berikut:
1 Derajat kehilangan pendengaran sebesar 0dB-26dB, yaitu anak masih mempunyai pendengaran normal.
2 Derajat kehilangan pendengaran sebesar 27dB-40dB, yaitu anak mempunyai kesulitan mendengar tingkat ringan dan masih mampu
mendengar bunyi-bunyian yang jauh sehingga membutuhkan terapi bicara. 3 Derajat kehilangan pendengaran sebesar 41dB-55dB, yaitu anak yang
mengalami kesulitan mendengar tingkat menengah dan dapat mengerti bahasa percakapan sehingga membutuhkan alat bantu dengar.
4 Derajat kehilangan pendengaran sebesar 56dB-70dB, yaitu anak yang mengalami kesulitan mendengar tingkat menengah berat, mampu
mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar, dan membutuhkan latihan berbicara secara khusus.
5 Derajat kehilangan pendengaran sebesar 71dB-90dB, yaitu anak yang mengalami kesulitan mendengar tingkat berat sehingga termasuk anak
yang mengalami ketulian, hanya mampu mendengarkan suara keras yang berjarak lebih kurang satu meter, dan keseulitan membedakan suara yang
berhubungan dengan bunyi secara tetap.
6 Derajat kehilangan pendengaran sebesar 91dB dan seterusnya, yaitu anak yang mengalami ketulian sangat berat, tidak dapat mendengar suara
sehingga sangat membutuhkan bantuan khusus secara intensif terutama dalam ketrampilan percakapan atau berkomunikasi.
7 Perilaku yang muncul terhadap peserta didik dengan hendaya pendengaran tunarungu di sekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam
perkembangan bahasa dan komunikasi .
Menurut Emon Sastrawinata dalam Sarjono2000: 30 mengklasifika- sikan ketunarunguan sesuai dengan dasar-dasarnya yaitu:
1 Klasifikasi secara ettiologis a Tunarungu endogen atau turunan atau bawaan
b Tunarungu eksogen atau disebabkan penyakit atau kecelakaan. 2 Secara otomatis
a Tunarungu hantaran konduktif b Tunarungu perseptif syaraf
c Tunarungu campuran antara hantaran dan tunarungu perseptif 3 Klasifikasi menurut terjadinya ketunarunguan dapat dibedakan menjadi:
a Anak tunarungu yang terjadi pada waktu masih dalam kandungan ibu atau prenatal.
commit to user
10 b Anak tunarungu yang terjadi pada kelahiran atau neonatal.
c Anak tunarungu yang terjadi pada saat setelah kelahiran atau post natal. 4 Klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran audiometer dapat
dibedakan menjadi: a Tunarungu taraf ringan antara 5-25dB
b Tunarungu taraf sedang antara 26-50dB c Tunarungu taraf sedang antara 51-57dB
d Tunarungu taraf berat 51dB
Menurut Connix dalam Sarjono 2000: 37 menggolongkan ketunarunguan sebagai berikut:
1 Kehilangan pendengaran 0-30dB normal 2 Kehilangan pendengaran 31-50dB ketunarunguan ringan
3 Kehilangan pendengaran 51-70dB ketunarunguan sedang 4 Kehilangan pendengaran 71-90dB ketunarunguan berat
5 Kehilangan pendengaran 91dB tergolong tuli
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi ketunarunguan didasarkan atas klasifikasi secara ettiologis, anatomis, fisiologis,
terjadinya ketunarunguan, dan derajat ketunarunguan berdasarkan ukuran audiometer menurut tarafnya membedakan tingkatan pendengaran yang
menjadikan perhatian dalam memberikan pelayanan dalam pembelajaran.
d. Ciri-ciri anak tunarungu
Menurut Bandi Delphie 2009: 128 Ciri umum hambatan perkembangan bahasa dan komunikasi pada anak tunarungu, sebagai berikut:
1 Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas. 2 Selalu memiringkan kepalanya sebagai upaya untuk berganti posisi telinga
terhadap sumber bunyi dan mereka sering kali meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas.
3 Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan. 4 Keengganan untuk berpartisipasi secara oral sehingga menyebabkan
mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengaranya.
5 Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat di kelas. 6 Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara.
7 Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara tergganggu. 8 Mempunyai akademik yang rendah, khususnya dalam membaca.
commit to user
11 Menurut Sarjono 2000: 43-46 mengemukakan ciri-ciri anak tunarungu
sebagai berikut: 1 Ciri dalam segi fisik
a Cara perjalanannya kaku dan membungkuk hal ini disebabkan adanya kemungkinan kerusakan pada alat pendengaran bagian keseimbangan.
b Gerakan matanya cepat dan agak beringas, hal ini menunjukkan bahwa ia ingin menangkap keadaan sekitarnya, sehingga anak
tunarungu dapat disebut manusia pemata. c Gerakan anggota badannya cepat dan lincah. Hal tersebut kelihatan
dalam mengadakan komunikasi yang mereka cenderung menggunakan gerak isyarat dengan orang disekitarnya, dapat
dikatakan pula bahwa anak tunarungu adalah manusia motorik. d Pada waktu bicara pernapasan pendek dan agak terganggu. Hal ini
terjadi disebabkan tidak terlatih sejak kecil, terutama pada masa menangis dan pada masa meraba yang merupakan dasar
perkembangan bicarabahasa. e Dalam keadaan biasa bermain, tidur, tidak bicara pernafasan biasa.
2 Ciri-ciri khas dalam intelegensi Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental seseorang.
Pada anak tunarungu dalam hal ini intelegensi tidak banyak berbeda anak normal, pada umumnya ada yang memiliki itelegensi rata-rata dan
ada pula yang memang memiliki intelegensi rendah. Sesuai sifat ketunaannya pada umumnya anak tunarungu sukar menangkap
pengertian-pengertian yang abstrak sebab, dalam hal ini diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun bahasa tulisan,
sehingga pada umumnya anak tunarungu dalam segi intelegensi dapat dikatakan dalam hal ini intelegensi potensial tidak berbeda dengan anak
normal pada umumnya, hal intelegensi rata-rata lebih rendah.
3 Ciri-ciri khas dalam segi emosi Kekurangan pemahaman akan bahasa lisan dan tulisan seringkali dalam
komunikasi menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab sering menimbulkan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan hal negatif
dan menimbulkan tekanan pada emosinya. Tekanan emosi ini dapat menghambat perkembangan kepribadianya dengan menampilkan sikap
menutup diri, bertindak secara agresif, atau sebaliknya, menampakkan kebimbangan, dan keragu-raguan. Emosi anak tunarungu menjadi tidak
stabil.
4 Ciri-ciri khas dalam segi sosial Dalam kehidupan sosial anak tunarungu mempunyai kebutuhan yang
sama dengan anak biasa pada umumnya, yaitu mereka memerlukan interaksi antara anak tunarungu dengan sekitarnya, keluarga dengan
lingkungan masyarakat yang lebih luas. Perlakuan yang kurang wajar dari anggota keluarga dapat menimbulkan beberapa aspek negatif antara
lain:
commit to user
12 a Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga dan
masyarakat. b Perasaan cemburu dan salah sangka dan merasa diperlakukan tidak
adil. c Kurang dapat bergaul, mudah marah, dan berlaku agresif atau
sebaliknya. d Akibat yang lain dapat menimbulkan cepat merasa bosan, tidak
tahan berfikir. Berdasarkan ciri-ciri anak tunarungu tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa anak tunarungu dengan kemampuan yang ada perlu pengajaran khusus dalam hal membaca, menulis, dan berhitung dengan
menggunakan media yang jelas dan menghindarimeperkecil hal-hal yang abstrak agar tidak menimbulkan penapsiran yang salah, kemungkinan pula
dari ketidak jelasan informasi efeknya akan berdampak pada perilaku negatif.
Anak tunarungu umumnya mempunyai penglihatan yang baik atau juga disebut manusia pemata sebagai penerima informasi, maka peneliti
manfaatkan untuk mengoptimalkan dalam memberikan informasi melalui penglihatan.
e. Permasalahan yang dihadapi anak tunarungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal sekalipun diberi alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus dan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat
peraga semi nyata, nyata atau abstrak. Menurut Djoko S. Sindusakti 2007:7 Adapun yang dihadapi anak
tunarungu antara lain: 1 Secara nyata tidak mampu mendengar
2 Terlambat perkembangan bahasa 3 Sering menggunakan isyarat dalam komunikasi
4 Kurangtidak tanggap bila diajak bicara 5 Ucapan kata tidak jelas
6 Kualitas suara anehmonoton 7 Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
commit to user
13 8 Banyak perhatian terhadap getaran
9 .HOXDUFDLUDQ³QDQDK´GDULNHGXDWelinga.
Menurut Maria Susilawati 2006: 17 yaitu: 1 Akibat ketunarunguan anak tunarungu tidak mengalami masa
pemerolehan bahasa. 2 Akibat berikutnya anak tunarungu tidak dapat berkembang bahasanya
3 Akibat miskin bahasa anak tunarungu mengalami masalah dalam komunikasi dan belajarpendidikannya
4 Akibatnya anak tunarungu tertinggal dalam segala aspek kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
permasalahan yang dihadapi anak tunarungu timbul karena ketunarunguannya sulit berkomunikasi, sulit menerima informasi sehingga dalam pembelajaran
mengalami ketertinggalan dan dari segala aspek kehidupan juga tertinggal. Untuk itu mengatasi masalahnya dilakukan memberi latihan komunikasi
melalui visual dalam pengamatan media film pada pembelajaran matematika agar mudah diterima dan tidak salah persepsi.
f. Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu
Anak tunarungu banyak hal yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar mencapai ketuntasan dalam belajarnya dengan baik. Tuntutan anak tunarungu
adalah agar dapat menyesuaikan lingkungan dengan baik tanpa ada kendala sepertinya anak normal, tetapi karena keterbatasannya dalam hendaya
pendengaran maka ada saja kesulitannya dalam menerima pelajaran di sekolah. Menurut Permanarian dan Hernawati 2004: 31 Pendidikan anak tunrungu
untuk mengembangkan komunikasi sebagai berikut: 1 Didiklah anak tunarungu seperti mendidik anak-anak yang mendengar
2 Libatkan anak tunarungu dalam kegiatan keluarga 3 Jangan memanjakan anak tunarungu secara berlebihan.
4 Berilah kesempataan bermain seluas mungkin pada anak tunarungu 5 Anak tunarungu harus diberi contoh perilaku yang baik
6 Berikanlah kewajiban yang sama kepada anak tunarungu dalam
melaksanakan tugas-tugas. 7 Pupuklah rasa cinta terhadap keindahan alam sekitar.
8 Gunakan dalam setiap kesempatan untuk merangsang perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu.
commit to user
14 Menurut H. T. Sutjihati Somantri 1996: 81 adalah:
³Usaha lain yang mungkin akan mendorong anak tunarungu dapat bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti pendidikan pada
sekolah normalbiasa dan disediakan program-program khusus bila mereka tidak mampu mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal.
´
Berdasarkan pendapat di atas, yang harus diperhatikan kebutuhan pembelajaran anak tunarungu pada dasarnya sama dengan pembelajaran yang
digunakan bagi anak mendengarnormal akan tetapi dalam pelaksanaannya harus banyak bersifat visual artinya lebih banyak memanfaatkan indera
penglihatan pada siswa tunarungu.
2. Tinjauan Tentang hasil belajar matematika a. Pengertian hasil belajar
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia ³Hasil adalah sesuatu
yang diadakan usaha untuk mendapatkan sesuatu ´.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991: 14 ³HODMDUDGDODK
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu melalui membaca; berlatih: agar berubah tingkah laku atau tangg
DSDQ\DQJGLVHEDENDQROHKSHQJDODPDQ´ 0HQXUXW 6DLIXGGLQ ]ZDU ³HODMDU DGDODK VHWLDS SHUXEDKDQ
perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.
Menurut 3XUZRWR ³HODMDU DGDODK VXDWX SURVHV \DQJ
berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi lebih terampil, dari sikap belum baik menjadi baik, dari fasif menjadi aktif, dan
dari tidak teliti menjadi t HOLWL´
0HQXUXW6DUGLPDQ0³HODMDUDGDODKEHUXEDKGDODPKDOLQL yang dimaksud belajar berarti usaha untuk merubah tingkah laku, jadi belajar
akan membawa suatu perubahan pada individu- LQGLYLGX´
commit to user
15 Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah
sesuatu yang diadakan usaha untuk mendapatkan perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas
menjadi cerdas, dan dari sikap belum baik menjadi baik dan sebagainya. Dengan cara melalui membaca, menulis, berhitung dan berlatih, sehingga
dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang lebih baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum.
Kemampuan hasil
belajar siswa sangat berfariasi antara anak yang satu
dengan anak yang lain berbeda, ada yang baik, ada yang sedang, dan ada yang kurang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa, baik faktor internal maupun ekternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Muhibin
Syah 2004 : 132 yaitu: 1.
Faktor Intern
a. Psikis, antara lain: intelgensi, bakat, minat, perhatian, motivasi, emosi, dan konsentrasi kepribadian.
b. Fisik, antara lain: alat indera, cacat tubuh keadaan jasmani. 2.
Fartor Ektern
a. Faktor keluarga, antara lain: faktor dari orang tua, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, antara lain: gizi, kondisi, gedung, kurikulum, waktu, sekolah dan kedisiplinan.
3. Faktor pendekatan belajar Faktor pedekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi:
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Menurut Kartini, Kartono dalam bukunya Srikuwati 2009 : 17 faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada garis besarnya adalah
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam murid, antara lain:
a. Kecerdasan b. Bakat
c. Minat dan perhatian d. Motivasi
e. Kesehatan jasmani f. Cara belajar
commit to user
16 2. Faktor-faktor dari luar murid, antara lain:
a. Foktor lingkungan yang terdiri lingkungan alam, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat.
b. Faktor sekolah c. Faktor peralatan belajar.
Menurut Bimo Walgito 1986 : 124 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1. ³Faktor anak atau individu yang belajar 2. Faktor lingkungan anak
3. Faktor bahan atau materi yang dipelajari ´
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor anak atau individu yang belajar
Faktor anak ini sangat penting dalam aktifitas belajar, sebab anak itu belajar atau tidak, tergantung dari anak yang bersangkutan. Faktor
anak atau individu ini terdiri faktor fisik dan psikis, dimana antra kedua faktor saling berhubungan dan tidak daapat dipisah-pisahkan.
a. Faktor
Fisik Faktor fisik ini sangat erat hubunganya dengan kesehatan jasmani.
Bila fisik sedang lelah atau sakit, maka akan dapat mengganggu proses kegiatan anak yang bersangkutan.
b. Faktor Psikis Faktor psikis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah
sebagai berikut: 1 Perhatian
Bila belajar tidak disertai dengan perhatian yang baik, dimungkinkan dalam belajarnya anak akan kurang berhasil
untuk mencapai hasil yang baik. 2 Minat
Apabila dalam kegiatan belajar minat anak rendah, hal ini akan mempengaruhi konsentrasi terhadap masalah yang dipelajari.
Keadaan ini secara langsung atau tidak lansung dapat berpengaruh pada hasil belajar yang akan dicapai.
commit to user
17 3 Dorongan ingin tahu
Semakin besar dorongan ingin tahu seseorang akan semakin besar pula minat dan perhatiannya dalam belajar, kemungkinan
besar anak akan mampu mencapai hasil belajar yang tinggi. 4 Disiplin diri
Anak yang memiliki disiplin tinggi dalam kegiatan belajar akan membantu dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
5 Intelegensi Faktor intelegensi ini sangat dominan dalam mempengaruhi
keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi intelegensi anak dimungkinkan semakin tinggi pada tingkat prestasi belajarnya.
2. Faktor Lingkungan Anak Lingkungan sekitar anak sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kegiatan belajar. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan alam, keluarga, dan masyarakat. Lingkungan alam yang kurang
menguntungkan akan mempengaruhi hal yang negatif terhadap kegiatan belajar anak. Begitu juga dengn lingkungan keluarga, besar sekali
pengaruhnya pada keberhasilan belajar anak. Keluarga yang broken home misalnya, keadaan keluarga ini akan dapat menimbulkan pengaruh
yang negatif pada aktivitas belajar anak. Disamping itu pengaruh lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar anak.
Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak.
c. Pengertian Matematika
.DPXV HVDU DKDVD ,QGRQHVLD ³PDWHPDWLND DGDODK LOPX tentang bilangan-bilangan yang berhubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan ´
Menurut Soedjadi R 2000: 11 Matematika mempunyai beberapa definisi antara lain: Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang
terorganisir dan sistematik sebagai berikut:
commit to user
18 1 Matematika merupakan pengetahuan ilmu bilangan dan kalkulasi.
2 Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika yang berhubungan dengan bilangan.
3 Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic. 4 Matematika adalah pengetahuan yang mengadung aturan-aturan yang
kuat. Menurut pendapat Bandi Delphie 2009: 2
³0DWHPDWLND adalah bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan. Selain itu matematika merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat,
serta mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas dalam bukunya Muhafilah, M, 1999.
´
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa: matematika adalah bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan
hubungan kuantitatif dan keruangan dalam cabang ilmu pengetahuan eksak, tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logic, dan bentuk aturan-aturan yang
ketat dan pola keteraturan struktur yang terorganisasikan yang bersifat sangat kuat dan jelas, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan..
d. Pengertian Pecahan Sederhana
0HQXUXW FKPDG GNN ³LODQJDQ SHFDKDQ GDSDW GLJXQDNDQ untuk menyatakan banyaknya bagian dari suatu benda utuh yang dibagi
menjadi beberapa bagian yang sama besar. ´
Dalam kamus Besar Bahasa Indones LD ³3HFDKDQ DGDODK
bilangan yang bukan bulat seperti 23,38, dst. ´
Dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang bukan bulat seperti 23,38, dst. yang dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian
dari suatu benda utuh yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama besar.
commit to user
19
e. Pengertian Media
Menurut AECT, 1977: 19 dalam bukunya Arief S. Sadiman dan kawan- kawan:
³Media atau bahan adalah perangkat lunak software berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan
peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras hardware sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada
media tersebut. ´
Moedjiono dan Moh. Dimyati 1992: 2 menjelaskan bahwa: ³0HGLD
yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan
´ Menurut Briggs 1970 : 6 dalam bukunya Arief S. Sadiman dkk
berpendapat bahwa ³media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar ´
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat untuk menyampaikan informasi yang akan diberikan kepada siswa
dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi dalam proses belajar mengajar sehinggga siswa lebih mudah dalam memahami
materiinformasi yang disampaikan guru.
f. Pengertian Film
Menurut Pringgodigdo. A.G. 1991: 328 Dalam ensiklopedi umum diterangkan
³ahwa film adalah Gambar Hidup.´ Menurut John Mcllwain 2007 : 97 dalam Kamus Inggris-Indonesia
1n ³film adalah cerita yang ditayangkan di televisi atau bioskop.´
Menurut Sadiman Arief S. dkk 1990 : 70 Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Sebagai
suatu media film mempunyai keunggulan-keunggulan antara lain: 1 Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang cerdas
maupun lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang, bisa diatasi
dengan menggunakan film;
commit to user
20 2 Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan
lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi;
3 Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian sejarah yang lampau;
4 Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk kelas;
5 Film dapat menyajikan teori maupun praktek dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya;
6 Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya di kelas;
7 Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu;
8 Film memikat perhatian anak; 9 Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya, sesuai
dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas; 10 Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera kita penglihatan; dan
11 Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Film merupakan gambar hidup dengan
cerita yang sangat menarik dan dapat diulang-ulang, baik teori maupun praktek, dari dunia luar dapat dibawa ke dalam kelas, dan untuk mengatasi
keterbatasan indera penglihatan, serta merangsang motivasi kegiatan anak yang dapat memperjelas proses pembelajaran sehingga hasil belajar dapat
meningkat.
g. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SDLB
Berdasarkan Standar Kompetensi Dasar pada Kurikulum SDLB-B, yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa 2006: 99 tujuan mata pelajaran matematika agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
commit to user
21 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4 Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Kurikulum Sekolah Dasar 1993 tentang Garis-garis Besar Program Pengajaran GBPP, tujuan pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1 Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.
2 Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian tujuan matematika tersebut diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa matematika bertujuan agar siswa mampu berfikir kritis, realistis, dan penuh penalaran, sehingga hasil yang diharapkan dapat akurat dan
bertanggung jawab serta efisien.
h. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu SDLB-B meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1 ³Bilangan 2 Geometri dan pengukuran
3 Pengolahan data. Pecahan sederhana termasuk pada ruang lingkup bilangan.
´ Menurut Suseno dalam bukunya Nurhadi 2004: 1 ruang lingkup
matematika meliputi: ³2SHUDVLSHUKLPSXQDQatau aritmatika
2 Pengukuran 3 Aljabar
commit to user
22 4 Bangun ruang
HUILNLUVHFDUDNXDQWLWDWLI´ Sedangkan menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono
Abdurrahman 1997: 218, bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang yaitu:
1 ³ULWPDWLND 2 Aljabar
3 HRPHWUL´ Dapat dijelaskan dari pengertian tersebut diatas:
1 Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan
mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan
tentang bilangan. 2 Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar ternyata tidak
hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang diketahui atau yang belum diketahui, tetapi juga menggunakan lambang-lambang lain
seperti titik-titik, lebih besar, lebih kecil, dan sebagainya. 3 Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa: mata pelajaran matematika adalah ilmu yang mempelajari bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam matematika yang perlu dibuktikan kebenaranya, dalam bilangan pecahan
termasuk ruang lingkup aritmatika atau bilangan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan dengan kajian teori tersebut diatas metode dan pendekatan yang akan digunakan penelitian untuk mengupayakan agar proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada materi bilangan pecahan sederhana melalui media film dapat meningkat, guru harus mampu
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan
commit to user
23 menyenangkan sehingga dapat mengatasi keterbatasan pendengaran bagi anak
tunarungu. Dengan mengoptimalkan belajar dengan media film, guru dapat menggali
potensi untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, kerjasama dalam menyelesaikan masalah, serta membuka peluang untuk menumbuhkan rasa ingin
tahu pada setiap permasalahan. Dengan media film siswa dapat pengalaman yang modern dan dapat
kesempatan untuk bertanya dan saling memberi penjelasan terhadap sesama teman dengan cara dan bahasanya yang jelas. Dengan demikian pemahaman konsep akan
dapat menyelesaikan masalah selanjutnya tentang pecahan yang selama ini masih dalam hafalan akan memperjelas dan arti pecahan maupun wujud benda pecahan.
Dari uraian tersebut di atas maka diharapkan dengan pembelajaran menggunakan media Film , dapat menyelesaikan pemecahan masalah khususnya
bilangan pecahan akan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pretasi belajar pada mata pelajaran matematika.
Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berfikir tentang meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film dapat dibuat gambar skema sebagai berikut:
commit to user
24 Skema Kerangka Berfikir
C. Perumusan Hipotesis Tindakan