BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Sragen
RSUD Kabupaten Sragen terletak di Jalan Raya Sukowati 534 Sragen, didirikan pada tahun 1958 berklasifikasi type D. Pada tahun 1995 RSUD
Kab.Sragen menjadi type C tertuang dalam SK Bupati Sragen Nomor : 4454610111995 dan pada tahun 1999 RSU menjadi swadana tertuang dalam
Perda Nomor 7 Tahun 1999 hingga sekarang RSU Kabupaten Sragen menjadi Rumah Sakit Negeri type C Swadana. Kini RSUD Sragen tengah mempersiapkan
diri untuk menjadi rumah sakit type B.
2. Program Insentif di RSUD Kabupaten Sragen
Berdasarkan SK Direktur RSUD Kabupaten Sragen no. 900 2020 31 2003, pembagian jasa pelayanan bagi tenaga paramedis di RSUD Kabupaten Sragen
disebutkan bahwa jasa pelayanan adalah imbalan jasa yang diterima oleh pelaksana atau jasa yang diberikan kepada pasien.
Maksud dan tujuan pemberian jasa ini adalah untuk memberikan hak kepada karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya, meningkatkan solidaritas sesama
profesi, berbasis kinerja, lebih adil dan proporsional serta memberi kemudahan dan kejelasan secara transparan dan terbuka.
Besarnya jasa pelayanan yang diterima perawat tindakan yang dilakukan oleh perawat, kemudian dibagi berdasarkan jabatan, pendidikan, golongan atau
pangkat dalam PNS, beban kerja dan masa kerja.
3. Program Rotasi Keperawatan di RSUD Kabupaten Sragen
Berdasarkan Kerangka Acuan Program Rotasi Keperawatan di RSUD Sragen yang di sahkan oleh Direktur pada tanggal 2 januari 2006 dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pengertian
Program rotasi perawat bidan adalah suatu program yang ditujukan bagi perawat bidan yang bekerja di lingkungan RSUD Sragen, baik sebagai PNS,
tenaga kontrak karya maupun Job Training. Yang dimaksud rotasi adalah perpindahan atau perputaran perawat bidan dari
bagian ke bagian lain atau instalasi ke instalasi yang lain. Rotasi adalah perpindahan antar Ruang Rawat Inap yang dilakukan oleh Seksi Keperawatan
sesuai dengan prosedur yang berlaku selama ini.
b. Tujuan
Tujuan umum program rotasi adalah mengetahui pelayanan keperawatan secara menyeluruh, meningkatkan ketrampilan perawat bidan, menerapkan ilmu
yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan. Tujuan khususnya adalah memenuhi kebutuhan tenaga di suatu ruang atau instalasi, mengurangi kejenuhan
perawat bidan, memelihara hubungan yang baik ruang, memberikan kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan, meningkatkan pelayanan dan motivasi
perawatbidan agar mempunyai kemampuan yang profesional.
c. Tempat
Tempat yang digunakan perawat untuk rotasi adalah ruang Wijaya Kusuma, Teratai, Mawar, Tulip, Sakura, Anggrek, Melati, Cempaka, Perinatologi,
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral, Intensive Care Unit, Instalasi rawat jalan.
d. Pembimbing secara umum
Pembimbing secara umum selama rotasi dilakukan oleh Kepala Seksi Keperawatan, sedangkan secara khusus pembimbingan dilakukan oleh ruang atau
instalasi yang menjadi tempat perawat rotasi dan mutasi meliputi struktur organisasi, falsafah dan tujuan, pola ketenagaan, Kegiatan-kegiatan ruangan
instalasi, orientasi ruang instalasi, metode pemberian askep dan pendokumentasiannya, pelayanan-pelayanan lain yang menjadi tanggung
jawabnya.
e. Waktu
Program rotasi dilaksanakan tiap 3 tahun untuk perawat yang tidak memiliki kualifikasi tertentu sedangkan untuk perawat yang telah memiliki kualifikasi
tertentu tidak dilakukan rotasi kecuali apabila dipromosikan.
4. Karakteristik Data Responden
Jumlah responden yang diteliti adalah 123 orang responden, gambaran responden yang diperoleh sebagai berkut :
a. Deskripsi persepsi perawat tentang pemberian insentif di RSUD Sragen
Tabel 3. Distribusi frekuensi persepsi perawat tentang pemberian insentif di RSUD Sragen
NO PERSEPSI INSENTIF
FREKUENSI PERSENTASE
1 BAIK
37 30.1
2 TIDAK BAIK
86 69.9
TOTAL 123
100.0 Dari Tabel 3. di atas menunjukkan persepsi perawat tentang pemberian
insentif terbanyak adalah tidak baik, yaitu sebanyak 86 orang 69.9. Sedangkan persepsi yang baik sebanyak 37 orang 30.1.
b. Deskripsi persepsi perawat tentang program rotasi di RSUD Sragen
Tabel 4. Distribusi frekuensi persepsi perawat tentang program rotasi di RSUD Sragen
NO PERSEPSI ROTASI
FREKUENSI PERSENTASE
1 BAIK
46 37.4
2 TIDAK BAIK
77 62.6
TOTAL 123
100.0 Dari Tabel 4. di atas menunjukkan persepsi perawat tentang pemberian
insentif terbanyak adalah tidak baik, yaitu sebanyak 77 orang 62.6. Sedangkan persepsi yang baik sebanyak 46 orang 37.4.
c. Deskripsi kinerja perawat di RSUD Sragen
Tabel 5. Distribusi frekuensi kinerja perawat di RSUD Sragen VARIABEL
n MEAN
SD KINERJA
123 56.46
23.73
Dari Tabel 5. di atas menunjukkan kinerja perawat memiliki mean 56.46 dengan SD 23.73
5. Uji Prasyarat Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan data yang akurat suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi - asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain dari
normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Dari perhitungan regresi menggunakan komputer SPSS versi 15.0 dapat dilihat pada gambar berikut:
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
E x
p e
c te
d C
u m
P ro
b
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA
Gambar 4. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dari gambar 4.1 di atas menunjukkan scaterplot terlihat titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka
model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja perawat dari masukan variabel persepsi tentang pemberian insentif dan program rotasi.
b. Uji Multikolinearitas
Dari perhitungan regresi menggunakan komputer SPSS versi 15.0 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 6. Hasil Uji Multikolinearitas COLLINEARITY STATISTICS
VARIABEL TOLERANCE
VIF PERSEPSI INSENTIF
0.998 1.002
PERSEPSI ROTASI 0.998
1.002 Dari Tabel 6. menunjukkan kedua variabel independent yang mengikuti:
persepsi tentang pemberian insentif mempunyai nilai VIF Variance Inflation factor disekitar angka 1.002 dan nilai toleransi0.998Variabel persepsi tentang
program rotasi mempunyai niali VIF Variance Inflation factor 1.002 toleransi sebesar 0.998, demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak
terdapat problem multikolinearitas 10.
c. Uji Autokorelasi
Dari perhitungan regresi menggunakan komputer SPSS versi 15.0 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Durbin –Watson tentang hubungan antara persepsi tentang pemberian insentif dan program rotasi dengan kinerja perawat
Model Summary
b
.888
a
.789 .785
10.214 1.972
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
Predictors: Constant, persepsiROTASI, persepsiINSENTIF a.
Dependent Variable: KINERJA b.
Dari perhitungan regresi menggunakan computer versi SPSS 15.0 dapat dilihat angka D-W + 1.972 dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada autokorelasi dalam
model regresi. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut: -
Angka D-W dibawah -2 berati ada autokorelasi positif -
Angka D-W diantara -2 sampai +2 1.972 berarti tidak ada autokorelasi -
Angka D-W di atas +2 berati ada autokorelasi.
d. Uji heterokedastisitas
Dari perhitungan regresi menggunakan komputer SPSS versi 15.0 dapat dilihat pada gambar berikut:
ROTASI
0.4 0.2
-0.2 -0.4
-0.6 -0.8
K IN
E R
J A
50 25
-25 -50
Partial Regression Plot Dependent Variable: KINERJA
Gambar 5. Partial Regression Plot Dari gambar 5. diatas terlihat titik-titik menyebar angka 0 diatas sumbu Y. hal
ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada variabel sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja perawat berdasarkan masukan variabel
independen yaitu persepsi tentang pemberian insentif dan program rotasi.
6. Hasil analisis varians
Hubungan persepsi tentang pemberian insentif dan kinerja perawat dengan perhitungan regresi menggunakan komputer SPSS versi 15.0 dapat dilihat pada
gambar berikut:
INSENTIF
tidak baik baik
K IN
E R
J A
120 100
80 60
40 20
Gambar 6. Hubungan persepsi tentang pemberian insentif dengan kinerja perawat
Hubungan persepsi tentang program rotasi dan kinerja perawat dengan perhitungan regresi menggunakan komputer SPSS versi 15.0 dapat dilihat pada
gambar berikut:
ROTASI
tidak baik baik
K IN
E R
J A
120 100
80 60
40 20
Gambar 7. Hubungan persepsi tentang program rotasi dengan kinerja perawat
7. Hasil Analisa Regresi Linier Ganda
Data data penelitian dianalisis dengan analisis regresi linier ganda dengan bantuan program aplikasi statistic SPSS for Windows versi 15.0 dan dapat
dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 8. Hasil analisis regresi linier ganda tentang hubungan antara persepsi
` tentang pemberian insentif dan program rotasi dengan kinerja
perawat Variabel
Koefisien Regresi β
P Confidence Interval 95
Batas bawah Batas atas Konstan
Persepsi Insentif - Tidak baik
- Baik Persepsi Rotasi
- Tidak Baik - Baik
147.70 28.11
26.72 0.000
- 0.000
- 0.000
134.52 -
22.37 -
21.28 160.79
- 33.84
- 32.15
N Observasi = 123 Adjust R Square=0.785
P = 0.000
Tabel 8. di atas menunjukkan bahwa persepsi perawat tentang pemberian insentif baik rata- rata memiliki kinerja 28 poin lebih baik daripada persepsi yang
tidak baik. Perbedaan tersebut secara statistik signifikan β=28.11; p=0.000.
demikian pula persepsi perawat tentang program rotasi baik memiliki kinerja 26 poin lebih baik daripada persepsi yang tidak baik. Perbedaan tersebut secara
statistik signifikan β=26.72; p=0.000
B. Pembahasan
Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya hubungan antara persepsi tentang pemberian insentif dan program rotasi dengan kinerja perawat. Responden yang
terlibat dalam penelitian ini sebanyak 123 orang dengan responden terbanyak wanita 71.5 dengan rata- rata umur 36 tahun.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan antara pemberian insentif dan program rotasi sebagaimana dipersepsikan oleh perawat
yang secara statistik signifikan dengan kinerja perawatp=0.000. Hasil analisis regresi linier ganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan p=0.000 antara persepsi tentang pemberian insentif dengan kinerja perawat.
Hal ini membuktikan secara teori bahwa pemberian insentif yang dilakukan secara logis, rasional dan bertanggungjawab dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan. Sedangkan motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja, sehingga dampaknya adalah peningkatan kinerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Lyn N Henderson and Jim Tulloch 2008 dalam artikel bertajuk “Incentives for retaining and motivating health
workers in Pacific and Asian countries” menyimpulkan bahwa insentif menunjukkan suatu peran yang penting untuk memotivasi para pekerja kesehatan,
terutama di negara-negara dengan gaji dan upah pemerintah yang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar para pekerja kesehatan dan keluarga mereka.
Fakta empiris lainnya yang memperkuat hasil penelitian ini adalah Custers, et al., 2008:1 dalam artikelnya yang berjudul “Selecting effective incentive structures