B. Pembahasan
Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya hubungan antara persepsi tentang pemberian insentif dan program rotasi dengan kinerja perawat. Responden yang
terlibat dalam penelitian ini sebanyak 123 orang dengan responden terbanyak wanita 71.5 dengan rata- rata umur 36 tahun.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan antara pemberian insentif dan program rotasi sebagaimana dipersepsikan oleh perawat
yang secara statistik signifikan dengan kinerja perawatp=0.000. Hasil analisis regresi linier ganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan p=0.000 antara persepsi tentang pemberian insentif dengan kinerja perawat.
Hal ini membuktikan secara teori bahwa pemberian insentif yang dilakukan secara logis, rasional dan bertanggungjawab dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan. Sedangkan motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja, sehingga dampaknya adalah peningkatan kinerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Lyn N Henderson and Jim Tulloch 2008 dalam artikel bertajuk “Incentives for retaining and motivating health
workers in Pacific and Asian countries” menyimpulkan bahwa insentif menunjukkan suatu peran yang penting untuk memotivasi para pekerja kesehatan,
terutama di negara-negara dengan gaji dan upah pemerintah yang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar para pekerja kesehatan dan keluarga mereka.
Fakta empiris lainnya yang memperkuat hasil penelitian ini adalah Custers, et al., 2008:1 dalam artikelnya yang berjudul “Selecting effective incentive structures
in health care: A decision framework to support health care purchasers in finding the right incentives to drive performance”. Dalam artikel ini menyimpulkan
bahwa insentif dapat meningkatkan kinerja bila design dari sebuah program insentif menggambarkan nilai dan tujuan sistem pelayanan kesehatan, dimana
menggabungkan penilaian kinerja secara obyektif dan faktor- faktor kontekstual dari sebuah design insentif yang baik.
Pendapat lain yang sesuai adalah Sarwono, 1991:145 menyatakan bahwa insentif positif adalah bentuk insentif yang berwujud suatu penghargaan yang
dengan sengaja diberikan sebagain balas jasa untuk suatu usaha ekstra atau hasil istimewa yang dicapai bawahan. Dalam hubungannya dengan persepsi ini insentif
diberikan sebagai response terhadap kepentingan atau pamrih individu. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2001: 89, karyawan akan menunjukkan prestasi
kerja yang baik bila aspek- aspek pekerjaan dan dirinya mendukung dan sebaliknya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian- peneltian terdahulu. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan Sanjana 1998 yang mengungkapkan
adanya hubungan yang erat dan signifkan antara variabel kompensasi dengan kepuasan kerja.
Persepsi pemberian insentif yang baik akan meningkatkan motivasi kerja sehingga meningkatkan pula kinerja perawat dan sebaliknya. Sesuai pendapat
Mathis 2002: 169, perilaku atau persepsi yang baik terhadap pemberian insentif atau kompensasi akan mengakibatkan meningkatnya motivasi kerja yang
tercermin dari peningkatan prestasi kerja dan sebaliknya.
Flippo 1994:56 berpendapat bahwa karyawan yang mempunyai persepsi positif terhadap program kerja perusahaan, cenderung mempunyai kepuasan dan
motivasi kerja yang tinggi untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Dari pendapat Flippo tersebut dapat dijelaskan bahwa perawat
yang memiliki persepsi yang baik terhadap pemberian insentif akan mempunyai kepuasan dan motivasi yang tinggi untuk mewujudkan dan mendukung
pencapaian tujuan rumah sakit.
Hasil analisis regresi linier ganda dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan p=0.000 antara persepsi tentang program
rotasi dengan kinerja perawat. Hipotesis ini membuktikan teori bahwa rotasi bertujuan untuk memperoleh kepuasan kerja semaksimal mungkin dan dapat
memberikan keluaran yang produktif sesuai dengan target perusahaan Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Huang 1991 dalam penelitiannya
yang berjudul “Job rotation from the Employees’ Point of View, Research and Practice in Human Resource Management”. Yang membuktikan bahwa rotasi
berpengaruh terhadap sikap karyawan dalam pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan di Taiwan ini menunjukkan pengaruh yang signifikan antara rotasi
dengan kepuasan kerja dan efektifitas pelatihan. Pendapat lain yang sesuai adalah Sullivan 1998: 1, dalam artikelnya
“Developing World Class Job Rotation Programs to Improve Retention” menyatakan bahwa salah satu keuntungan rotasi adalah memacu tenaga kerja
untuk berprestasi atau meningkatkan kualitas karena tercapainya kepuasan kerja.
Persepsi yang baik terhadap program rotasi akan meningkatkan kinerja perawat. Sesuai pendapat Sumarwoto 2008 salah satu manfaat rotasi adalah
meningkatkan produktifitas kerja. Menurut Samsudin 2006: 262, rotasi dapat menciptakan kompetisi yang rasional karena jika dalam satu jenis pekerjaan
dilakukan lebih dari seorang tenaga kerja meskipun bergantian akan memotivasi tenaga kerja berprestasi lebih tinggi dibanding tenaga kerja yang lain.
Menurut Chaplin 1999: 23, persepsi secara umum bergantung pada faktor- faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati dan factor- factor
motivasional. Maka arti suatu objek atau suatu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun factor- factor organisme. Dengan alasan
demikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi- pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek- aspek
situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya. Pemberian insentif dan program rotasi merupak faktor motivasional bagi perawat untuk
meningkatkan kinerjanya. Persepsi merupakan proses melibatkan aspek kognitif dan afektif individu
untuk melakukan pemilihan, pengaturan, dan pemahaman serta penginterpretasian rangsang- rangsang indrawi menjadi suatu gambar obyek tertentu secara utuh.
Persepsi tentang program rotasi dari perawat mengandung aspek kognitif dan afektif untuk memilih dan bertindak yang tercermin dalam kinerjanya, khusunya
aspek pelayanan keperawatan terhadap pasien. Kinerja pegawai dalam perusahaan dipengaruhi dua hal. Pertama, adalah
pandangan karyawan yang dipegaruhioleh interaksi antara nilai- nilai, harapan, kebutuhan karyawan yang dibentuk melalui pengalaman sosialisasi dengan teman,
keluarga, dan sekolah dengan pengalaman kerja karyawan dalam perusahaan. Interaksi ini akan membentuk semacam unsure pengukuran subyektif dalam diri
karyawan yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penilaian terhadap segala sesuatu yang ada diluarnya.
Kedua, adalah pandangan bahwa perusahaan sebagai wadah formal yang memberi penghargaan kepada karyawan yang berprestasi dan memilikikinerja
baik dalam perusahaan. Pemberian insentif dan program rotasi yang dilaksanakan rumah sakit adalah salah satu perwujudan pengakuan dan penghargaan rumah
sakit terhadap keberadaan karyawan sebagai individu yang mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri. Melalui program tersebut diharapkan menigkatkan motivasi
dan kepuasan kerja perawat sehingga terwujud dalam kinerja yang baik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja perawat berhubungan
dengan persepsi tentang pemberian insentif dan program rotasi. Persepsi perawat tentang pemberian insentif yang baik akan meningkatkan motivasi kerja yang
terwujud dalm kinerja sehari- hari dan sebaliknya. Program rotasi dapat dipersepsikan perawat sebagai upaya peningkatan kemampuan kerja dan
pencapaian kepuasan kerja. Persepsi demikian dapat mewujudkan kinerja yang baik, namun program rotasi yang tidak dipersepsikan secara baik akan
menurunkan kepuasan kerja dan berdampak kinerja yang tidak baik.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan yang signifikan p=0.000 antara persepsi tentang pemberian
insentif dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah. Adanya hubungan ini berarti perawat yang mempunyai persepsi yang baik positif
terhadap program kerja dalam upaya meningkatkan kesejahteraan perawat, cenderung mempunyai kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi untuk
mendunkung pencapaian tujuan rumah sakit dan sebaliknya, jika perawat mempersepsikan secara tidak baik negative maka berdampak pada kinerja
yang kurang baik. 2.
Ada hubungan yang signifikan p=0.000 antara persepsi tentang program rotasi dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah. Program rotasi
yang dipersepsikan sebagai upaya peningkatan kemampuan perawat dalam mencapai kepuasan kerja terwujud dalm kinerja yang baik. Adanya stimulus
program rotasi yang dipersepsikan secara baik akan meningkatkan kemampuan perawat baik secara kognitif maupun afektif sehingga tercapai
kinerja yang baik. Begitu juga dalam keadaan yang sebaliknya.