Konsep Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah

101 Terlebih lagi tempat dan suasana Istana Maimun yang ada membuat pengunjung yang memakai pakaian adat tersebut merasa layaknya seperti seorang raja dan ratu. Permasalahan dalam pengelolaan ini diakibatkan tidak jalannya fungsi management yang baik dalam pengelolaan Istana Maimun, apabila fungsi management berjalan dengan baik seharusnya Istana Maimun tentu dalam pengembangan objek wisatanya sangat baik. Karena, didalam Istana yang sangat megah tersebut banyak objek yang bias “dijual” ke pengunjung dan para pengunjung tersebut akan ikut menceritakan kepada sanak saudara mereka dan akan lebih banyak lagi orang yang berbondong-bondong datang ke Istana Maimun, apabila mereka merasakan betul manfaat berwisata ke sana, karena romantisme sejarah Sumatera Timur dan Jajahan Belanda kita dapati ketika berkunjung kesana. Dengan management yang lebih baik pula, dapat meningkatkan sumber pendapatan untuk melestarikan istana itu sendiri.

4.2. Taman Sri Deli

4.2.1. Konsep Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah

Menurut Moharsyah Taman Sri Deli dulunya sempat dilepas ke pihak swasta. Hal ini terjadi menurutnya karena pihak kesultanan sudah tidak sanggup untuk membiayai pemeliharan Taman Sri Deli tersebut. Namun, oleh pihak swasta sendiri pun ternyata tidak bisa berbuat apa-apa juga. Pada saat itu menurutnya ada suatu gerakan dari masyarakat Kota Medan untuk membeli kembali bangunan Universitas Sumatera Utara 102 bersejarah milik Kota Medan tersebut. Maka pada saat itu masyarakat akhirnya membeli kembali bangunan tersebut lewat Pemko Medan. Menurut penuturan Moharsyah Taman Sri Deli dilepas oleh pihak Kesultanan Deli pada tahun 1989, kemudian dibeli kembali oleh Pemerintah Kota Medan pada tahun 2000an Moharsyah tidak mengingat pasti di zaman kepemimpinan Walikota Medan pada saat itu yakni Abdilah. Pada saat ini Taman Sri Deli merupakan hak milik dari Pemko Medan dan dikelola oleh Dinas Pariwisata Kota Medan. Namun, menurut Informan peneliti yang berinisial N yang merupakan Staf Dinas Pariwisata Kota Medan tidak mau menjelaskan secara rinci mengenai pembelian kembali Taman Sri deli tersebut. “ . . . Kalo tentang kayak mana proses tukar guling dan pemugaran Taman Sri Deli itu lebih ke dinas perumahan dan pemukiman nak karena kami dari dinas pariwisata hanya menikmatinya dan menjadikannya sebagai objek wisata . . .” Berangkat dari penuturan Dinas Pariwisata tersebut peneliti mencoba untuk menanyakan hal tersebut kepada Dinas Perumahan dan Pemukiman. Peneliti menjumpai ibu Elinadra yang merupakan penanggungjawab keuangan untuk dinas terkait. Namun, peneliti tidak menemukan jawaban yang memuaskan. “ . . . itu ditanyakan kepada KPA kuasa pengguna anggaran kami hanya diberi perintah melakukan pemugaran . . .” Peneliti dalam kesempatan itu merasa banyak sekali kejanggalan dalam proses pembelian Taman Sri Deli tersebut. Apa lagi berhembus kabar bahwa Kesultanan hanya menjual Taman Sri Deli kepada pihak swasta senilai 2,5 Universitas Sumatera Utara 103 Milyar. Namun, pihak Pemko Medan membelinya dengan 8 Milyar. Isu ini pun menjadi sangat sensitive untuk dibicarakan di Kota Medan. Foto 16 : Taman Sri Deli masih dalam keadaan di tutup, bisa dilihat keadaan pagar yang masih di gembok Sumber : Peneliti Hakekat upaya pelestarian yang sebenarnya, bukan semata-mata melestarikan benda cagar budaya, tetapi yang tidak kalah penting adalah melestarikan nilai-nilai budaya luhur yang ada di balik benda-benda tersebut kepada generasi mendatang. Karena itu, pada hakaketnya upaya pelestarian seharusnya meliputi kegiatan a identifikasi, b melindungi, c melestarikan, d menyajikan, dan e meneruskan ke generasi berikutnya. Semua kegiatan itu tentu saja tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, tetapi menjadi satu kesatuan utuh dan terpadu. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan merekam kondisi dan nilai penting warisan budaya. Rekaman warisan budaya diharapkan akan menghasilkan deskripsi dan kondisi warisan budaya dari waktu ke waktu. Aspek yang Universitas Sumatera Utara 104 dideskripsikan dapat berkaitan lokasinya, lingkungannya, ukurannya, bentuk dan jenisnya, jumlahnya, kepemilikannya, Dengan deskripsi lengkap yang selalu diperbaharui akan dapat diketahui apakah warisan budaya mengalami penurunan kualitas dan kuantitas atau tidak. Penentuan nilai penting warisan dunia dilakukan dengan menggunakan 10 kriteria Nilai Penting Universal Istimewa OUV, yang telah ditetapkan. Penentuan nilai penting harus didasarkan pada alasan justification yang didasarkan pada pertimbangan yang matang, lalu dirumuskan dengan jelas dalam bentuk pernyataan nilai penting statement of significance. Selain itu, warisan dunia harus dapat menunjukkan tingkat ‘keaslian’ authenticity dan ‘keutuhan’ integrity yang memadai. Keaslian dapat meliputi aspek a bentuk dan rancangan, b bahan, c penggunaan dan fungsi, d tradisi, teknis, sistem manajemen, d lokasi dan latar kedudukannya, e bahasa dan budaya tak- bendawi lainnya, f semangat dan ‘rasa’, yang melingkupinya, dan g faktor internal dan eksternal lain. Untuk menyiapkan strategi perlindungan dan pelestarian, kegiatan identifikasi warisan budaya harus disertai dengan upaya mengenali hambatan dan potensi yang akan dihadapi nantinya dalam mengelola warisan budaya tersebut Pearson dan Sullivan, 1995: 55 Melindungi warisan budaya berarti mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin warisan budaya itu terhindar dari kerusakan atau bahkan kehancuran, sehingga kita akan kehilangan warisan budaya itu selamanya lihat juga Supardi, 2003. Upaya perlindungan dapat diwujudkan dengan menetapkan peraturan hukum khusus terhadap warisan budaya, termasuk di dalamnya membuat mintakat perlindungan. Warisan dunia harus memiliki zona Universitas Sumatera Utara 105 perlindungan inti core zone yang batas-batasnya jelas, sehingga mampu memberikan perlindungan efektif, serta penyajian nilai penting, keaslian dan keutuhan warisan budaya tersebut. Apabila dibutuhkan, di luar zona inti dapat ditetapkan sebagai zona penyangga buffer zone untuk mendukung perlindungan terhadap warisan budaya melalui penetapan peraturan di zona tersebut. Melestarikan mempunyai arti yang lebih luas dari sekedar perlindungan karena meliputi berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kondisi dan nilai penting warisan budaya agar tetap terjaga keaslian dan keutuhannya lihat juga Burra Charter. Upaya pelestarian harus diintegrasikan dalam suatu program pengelolaan yang baik. Untuk itu, dibutuhkan rencana pengelolaan atau management plan. Pada dasarnya, rencana pengelolaan adalah rancangan kebijakan pengelolaan warisan budaya berdasarkan pada nilai penting yang dikandung di dalamnya sesuai hasil penentuan nilai penting. Di dalam rencana pengelolaan tentu saja harus terdapat rencana strategis serta cara-cara untuk memantau dan mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan rencana pengelolaan. Kebijakan pengelolaan atau pelestarian warisan budaya dirumuskan berdasarkan nilai penting warisan budaya dengan tujuan sedapat mungkin menghambat kerusakan atau merosotnya nilai penting warisan budaya. Selain itu, kebijakan pengelolaan juga harus dapat menyajikan warisan budaya dengan nilai pentingnya dengan sebaik-baiknya agar dapat dihargai oleh masyarakat. Berkaitan dengan tujuan pengelolaan dan pelestarian BCB, ada berbagai bentuk kegiatan pelestarian yang dapat dilakukan terhadap BCB. Dalam setiap kegiatan tersebut ada rambu-rambu yang harus diperhatikan agar tujuan pengelolaan dan pelestarian Universitas Sumatera Utara 106 tidak menyimpang dari tujuannya lihat juga Burra Charter, 1988; Preservation and Conservation Singapore, 1993; Feilden and Jokilehto, 1993

4.2.2. Bentuk Pengelolaan Pemugaran