96
Sumber : Peneliti
Tiket masuk menjadi sumber utama pemasukan pada istana maimun, karena berdasarkan hasil wawancara dengan Tengku Moharsyah bahwa 80
sumber pemasukkan dana berasal dari pengutipan tiket masuk. Pada saat ini pihak pengelola menetapkan besaran tiket masuk untuk setiap pengunjung adalah
sebagai berikut : DewasaUmum
: Rp.5000 PelajarMahasiswa
: Rp.3000 Setelah menetapkan besaran harga tiket untuk pengunjung, kemudian pengelola
juga menetapkan jadwal masuk ke dalam istana.
2. Berjualan Souvenir di Dalam Komplek Istana Maimun
Selain tempat bersejarah dan tujuan wisata di Kota Medan, Istana
Maimun juga menjadi lokasi mengais rezeki bagi para pedagang souvenir. Untung yang
didapat oleh para pedagang dari menjual souvenir di lokasi tersebut dapat mencapai jutaan rupiah per hari. Ibu Mina 40 tahun yang merupakan salah
seorang pedagang souvenir mengatakan : “. . . Alhamdulilah, selama berjualan di sini pendapatan saya
dalam berjualan aneka souvenir khas Sumut di Istana Maimun bisa menghidupi keluarga dan peroleh keuntungan. Tapi
keuntungannya sebagian juga kami berikan untuk pelestarian Istana Maimun. Karena kan kami juga masih kerabat Sultan . . .”
Bu Mina, begitu dia biasa disapa pembeli mengatakan, berbagai souvenir yang dia jual kepada wisatawan antara lain baju daerah, kaos, kain batik khas
Samosir, ulos, gantungan kunci, ukiran, alat musik tradisional batak, dan miniatur
Universitas Sumatera Utara
97
rumah adat Batak Toba, yang dijual dengan harga bervariasi, yakni Rp10.000- Rp50.000 untuk baju, sementara souvenir berupa miniatur dipatok Rp25.000-
Rp50.000 dan gantungan kunci seharga Rp5.000. Menurutnya, omzet penjualan akan meningkat saat musim liburan sekolah.
Sebab, banyak pelajar dan wisatawan dari berbagai daerah di luar Medan berkunjung ke Istana Maimun dan menyempatkan diri untuk berbelanja di toko
souvenir miliknya. Lebih lanjut Ibu Mina mengatakan : . . . Kalau sedang musim liburan banyak yang membeli souvenir
di sini, kalau sudah ramai penjualan baju bisa mencapai seratus potong sehari ludes dibeli, belum lagi penjualan souvenir lainnya,
sehari saya bisa memperoleh Rp 4 juta pada saat itu, ujarnya . . .”
Namun, kata Mina, penjualannya akan berkurang pada saat tidak musim liburan tiba, sehari Mina hanya bisa menjual 5-10 potong baju per hari, begitu
juga dengan souvenir lainnya. Pembeli yang datang, sebutnya, tidak hanya dari Kota Medan, tetapi juga dari daerah lainnya seperti Palembang, Aceh, Padang dan
Pekanbaru. Menurut Penuturan dari Moharsyah sebagai pengurus Yayasan Sultan Ma’moen Al Rasyid yang mengelolah Istana Maimun mengatakan bahwa, semua
penjual yang ada di dalam Istana Maimun maupun di sekitar kawasan komplek Istana Maimun adalah keluarga dan kerabat Sultan Deli.
Penjualan Souvenir ini mulai dilakukan semenjak awal tahun 2000. Dimana pada saat itu banyak sekali wisatawan dalam maupun luar negeri yang
menginginkan adanya tempat pembelian souvenir khas Kota Medan di komplek Istana Maimun. Maka mulai dari situ lah pihak pengelola Istana Maimun
memutuskan untuk menyediakan tempat penjualan Souvenir di Istana Maimun.
Universitas Sumatera Utara
98
Para penjual souvenir tersebut juga bukan orang sembarangan, penjual souvenir tersebut adalah kerabat Sultan. Keuntungan dari penjualan souvenir tersebut juga
akan diperuntukan untuk mengembangkan Istana Maimun.
Foto 14 : Tempat Berjualan Souvenir di Dalam Istana
Sumber : Peneliti
Penjualan Souvenir ini mulai dilakukan semenjak awal tahun 2000. Dimana pada saat itu banyak sekali wisatawan dalam maupun luar negeri yang
menginginkan adanya tempat pembelian souvenir khas Kota Medan di komplek Istana Maimun. Maka mulai dari situ lah pihak pengelola Istana Maimun
memutuskan untuk menyediakan tempat penjualan Souvenir di Istana Maimun. Para penjual souvenir tersebut juga bukan orang sembarangan, penjual souvenir
tersebut adalah kerabat Sultan. Keuntungan dari penjualan souvenir tersebut juga akan diperuntukan untuk mengembangkan Istana Maimun.
Hal ini menurut Moharsyah terjadi juga karena kesadaran pihak pengelola Istana Maimun yang sadar bahwa bila hanya menunggu sumbangan dari pihak
Universitas Sumatera Utara
99
luar maka Istana Maimun tidak akan bisa beroprasi apalagi berkembang. Maka dari itu pengelola Istana Maimun melakukan berbagai macam cara dan inovasi
guna menghidupi Istana Maimun tersebut. Lebih lanjut Moharsyah mengatakan bahwa :
“ . . . harus kita sadari bahwa kalau kita hanya menunggu uang bantuan dari pihak lain untuk mengelola Istana Maimun, maka
Istana Maimun lambat laut bakalan ditinggal oleh pengunjung karena tidak terawatt. Maka seperti kata orang melayu kojo tak
kojo 5000 maka kita lah yang harus berusaha. Karena hanya dengan berusaha lah kita baru bisa mendapatkan uang untuk
merawat istana kita ini . . .”
Sementara itu, seorang wisatawan dari Palembang, Nanda mengatakan, dia baru pertama kali datang ke Istana Maimun dan berbelanja souvenir di lokasi
tersebut. Ia mengaku merasa diuntungkan dengan kehadiran para penjual souvenir khas Sumut di Istana Maimun tersebut.
Saya tidak perlu repot-repot lagi belanja souvenir di Medan, karena di Istana Maimun souvenir-souvenir itu bisa dijumpai dan
banyak penjualnya,
3. Menyewakan Pakaian Tradisional Melayu