BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Pengukuran Kinerja
1
Pengukuran kinerja adalah suatu strategi dan pendekatan terpadu untuk menghasilkan keberhasilan yang berkelanjutan pada suatu organisasi dengan
peningkatan kinerja dari orang-orang yang bekerja di dalamnya dan dengan mengembangkan kapabilitas kontribusi baik secara tim maupun individu
Amstrong dan Baron, 1998. Sementara itu, Fletcher dan Amstrong 1998 memberikan alternatif lain
tentang defenisi pengukuran kinerja yaitu suatu pendekatan untuk menghasilkan visi dari suatu maksud dan tujuan dari organisasi, membantu setiap karyawan
untuk mengerti dan menyadari kontribusi mereka dalam organisasi dan juga mengelola dan meningkatkan kinerja baik individu maupun organisasi.
3.2. Manfaat Pengukuran Kinerja
2
Adapun manfaat dilakukannya pengukuran kinerja ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
3. Sebagai media monitor, evaluasi, dan koreksi atas pencapaian kinerja
1
Hendrastuti. Sistem Pengukuran Kinerja Dengan Metode Integrated Performance Measurement SystemStudi Kasus: Usahatani dan Industri Kecil Penyulingan dalam Klaster Agroindustri
Minyak Nilam di Kabupaten Kuningan. Jurnal Embryo, Vol. 8 No. 2. Desember 2011. Hal. 82.
2
Wibisono,Dermawan.2006.Manajemen Kinerja.Erlangga: Jakarta. Hal. 3-5.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman reward
punishment secara obyektif 5.
Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan 6.
Mengidentifikasi tingkat kepuasan pelanggan 7.
Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah 8.
Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif
3.3. Kebutuhan Akan Sistem Manajemen Kinerja Baru
3
Dalam sebuah perusahaan, terdapat hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder, yaitu penanam modal, karyawan, pelanggan,
pemasok, pemerintah, dan masyarakat. Hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan tersebut mengalami perubahan yang
substansial beberapa tahun terakhir ini. Hubungan ini sangat kompleks dan sangat berbeda bahkan jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Hal ini dapat
diilustrasikan seperti sebuah jejaring web yang kompleks yang harus diatur dalam lingkungan bisnis. Hubungan antarbagian mana yang harus diperkuat dan
harus mendapatkan prioritas utama untuk proses perbaikan sangat bervariasi, tergantung dari jenis industrinya. Akan tetapi, pada umumnya hubungan yang
terkuat adalah antara organisasi dengan penanam modal, pelanggan, karyawan, pemasok supplier. Hubungan yang kompleks tersebut dapat dijabarkan seperti
tampak pada Gambar 3.1.
3
Ibid. Hal. 6-8..
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Jejaring Hubungan Stakeholder
Saat ini dan di masa depan, cara terbaik bagi perusahaan untuk dapat bertahan dan berhasil dalam jangka panjang adalah dengan mengetahui keinginan
wants dan kebutuhan needs dari setiap stakeholder dan berusaha memenuhi hal tersebut. Perubahan orientasi serta fokus kebutuhan dan keinginan needs
wants yang semula hanya menjadi titik perhatian pemegang saham shareholders kini telah bergeser menjadi perhatian pihak yang lebih luas yaitu
stakeholder, yang terdiri dari pemegang saham, pelanggan, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat sekitarnya. Perubahan orientasi dan fokus tersebut
diperlihatkan pada Gambar 3.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2. Pergeseran Fokus Perusahaan
Para pemimpin perusahaan atau Chief Executive Officer CEO di berbagai belahan dunia menyadari pentingnya memenuhi kepuasan dari setiap stakeholder
sehingga perusahaan dapat bertahan dan berhasil dalam jangka panjang. Perusahaan-perusahaan mulai menaruh perhatian akan pentingnya memenuhi
kepuasan dari setiap stakeholder, di mana hal ini kemudian menjadi sebuah standar baru dalam laporan perusahaan. Sebagai contoh, sebuah organisasi di
Inggris, yaitu UK Cooperative Bank telah membuat sebuah laporan mengenai kinerja bisnisnya dari setiap stakeholder pemegang saham, pelanggan, karyawan
dan keluarganya, pemasok, komunitas lokal, serta masyarakat nasional dan internasional dalam sebuah laporan tahunan yang disebut Partnership Report.
Berbagai pendekatan formal juga mulai dikembangkan guna menghasilkan sebuah bentuk laporan pertanggungjawaban yang standar, seperti yang dilakukan
oleh Institute for Social and Ethical Accountability yang terlibat dalam penyusunan The Copenhagen Char-ten A Guide to Stakeholder Reporting dan
pengembangan AA1000 Stakeholder Reporting Framework.
Universitas Sumatera Utara
Selain pihak pengelola perusahaan, para investor juga mengerti arti pentingnya perusahaan untuk memenuhi berbagai kepuasan setiap stakeholder.
Mereka menyadari apabila perusahaan tidak memberikan perhatian yang cukup kepada kepuasan setiap stakeholder, hal tersebut akan membawa dampak pada
reputasi perusahaan dan pangsa pasarnya. Sebaliknya, jika perusahaan memperhatikan dan berusaha memenuhi berbagai permintaankepentingan dari
masing-masing stakeholder, perusahaan juga dapat menuntut kontribusi yang lebih dari masing-masing stakeholder tersebut. Contoh kontribusi yang dapat
diberikan stakeholder kepada perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kontribusi Dari Para Stakeholder
Pihak yang Berkepentingan Stakeholder
Kontribusi Contribution
Investor Pertumbuhan modal Capital growth
Besarnya resiko Greater risk taking Dukungan jangka panjang
Long term support
Pelanggan Customer Keuntungan profitability
Pembelian ulang Retention Loyalitas Loyalty
Umpan balik Feedback
Pihak perantara Intermediaries
Perencanaan di masa depan Planning forecasts
Informasi kebutuhan di masa depan Forward demand visibility
Karyawan Employees Fleksibilitas Flexibility
Keterampilan ganda Multiskilling Sumbang saran Suggestions
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Kontribusi Dari Para Stakeholder Lanjutan
Pihak yang Berkepentingan Stakeholder
Kontribusi Contribution
Pemasok Suppliers Subpemasok yang lebih luas
More outsourcing Pedagang yang lebih sedikit Fewer vendors
Solusi yang menyeluruh Total solutions Integrasi Integration
Pemerintah Regulators Konsistensi yang adil
Cross border consistency Saran-saran nonformal Informal advices
Keterlibatan lebih awal Early involvement
Masyarakat Communities Ketersediaan tenaga kerja terampil
Skill employment pool Hibah-hibah Grants
Dukungan Support Kelompok pesaing
Pressure groups Kerja sama yang lebih erat
Closer cooperation Berbagi penelitian Shared research
Mitra Alliance partners Saling menjual dan membeli Cross selling
Pengembangan yang saling mendukung Co-development
Berbagi ongkos Cost sharing
Bukanlah hal yang sederhana untuk dapat memenuhi semua permintaan dan kepentingan stakeholder dalam sebuah kerangka Sistem Manajemen Kinerja.
Permasalahan yang sering muncul antara lain : 1.
Perusahaan gagal menerjemahkan keinginan dan kebutuhan wants and needs dari setiap stakeholder.
Universitas Sumatera Utara
2. Adanya ketidakcocokan antara keinginan dan kebutuhan wants and needs
perusahaan dengan masing-masing stakeholder, bahkan sering kali menimbulkan pilihan yang saling kontradiksi.
3. Ukuran kinerja yang digunakan tidak sesuai dengan strategi, proses, dan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan wants dan needs tersebut.
3.4. Metode Integrated Performance Measurement Systems IPMS