BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Paya Pinang Group adalah murni perusahaan swasta nasional. Berdirinya Paya Pinang Group bermula dari surat keputusan menteri Agraria No. SKII6Ka
tertanggal 15 Februari 1962 tentang penyerahan Hak Guna Usaha HGU kepada dua perusahaan nasional yaitu PT.Tjipta Makmur dan Sumber Deli untuk
bersama-sama mengelola perkebunan karet Paya Pinang yang merupakan kebun bekas swasta asing Horissons dan Crossfield Ltd yang telah berakhir masa
kontraknya.
Menteri Agraria dengan Surat Keputusan No. SKII6Ka tertanggal 15 Februari 1962 memutuskan memberikan HGU atas perkebunan Paya Pinang
seluas 2.138 Ha, kepada perusahaan tersebut dan surat keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 19 Maret 1962. Dengan ditandai dengan lahirnya Paya
Pinang Group.Oleh karena pemberian HGU tersebut untuk satu kebun, bagian keuangan kedua perusahaan ini merasa sulit untuk membagi HGU tersebut, maka
kedua perusahaan ini sepakat untuk membentuk suatu badan kerja yang diberi nama Badan Pelaksanaan Pengelolaan Paya Pinang BP4 dengan tujuan agar
pengelolahan kebun dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk memimpin BP4 ini, Direksi kedua perusahaan menduduki jabatan
kordinator I oleh Bapak Aliboman Harahap dari PT. Tjipta Makmur dan kordinator II oleh Bapak H.A Manap Nasution dari PT. Sumber Deli dengan
Universitas Sumatera Utara
dibantu oleh Bapak H.A Pangi Harahap sebagai sekretaris BP4 dari PT. Tjipta Makmur. Pada tahun 1964 Bapak Aliboman meninggal dunia, sehingga dilakukan
perubahan susunan kordinator teknis Bapak H.A Pangi Harahap dan sebagai pengawas masing-masing adalah Bapak H. Asjro Effendi dari PT. Sumber Deli
dan Bapak H. Muslim Djalil dari PT. Tjipta Makmur. BP4 selaku pengelola Paya Pinang telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan kedua perusahaan tersebut
secara disiplin dan adil menjalankan tugas-tugasnya dan sebaliknya BP4 menyerahkan penghargaan secara adil kepada kedua perusahaan tersebut.
Kedua perusahaan dalam BP4 ini bertindak sebagai pengawas dimana menjadikan pengelolaan Paya Pinang terus berkembang pesat. Langkah pertama
dari BP4 dalam pengelolaan kebun Paya Pinang ini adalah mempertahankan kondisi kebun yang ditinggalkan oleh pemilik lama dimana produktivitasnya 600
kg karet keringHatahun. Secara maksimal BP4 berusaha untuk merehabilitasi dan meningkatkan produktivitas kebun.
Sejalan dengan kemajuan yang dicapai dan untuk memenuhi tuntutan suatu perkembangan, maka BP4 dirasakan kurang memenuhi persyaratan hukum
sehingga pada tahun 1984, BP4 dilebur dan dibentuk menjadi satu perseroan terbatas yang diberi nama PT.PD.Paya Pinang yang saham-sahamnya dimiliki
masing-masing 50 atas nama PT. Sumber Deli dan 50 atas nama PT. Tjipta Makmur.
Dengan terbentuknya PT.PD.Paya Pinang Group dapat dirasakan bahwa semakin hari gerak laju perusahaan ini semakin lancar, serta rehabilitasi kebun
terus dilanjutkan dengan penanaman ulang dan meningkatkan sarana sosial seperti
Universitas Sumatera Utara
pembangunan mesjid, sekolah, poliklinik dll. Pemasaran yang semula hanya bersifat lokal kemudian melangkah lebih maju dengan menembus pasar
Internasional yang diharapkan kedepannya dapat memajukan perusahaan dalam hal membina atau menambah relasi bagi perusahaan PT. PD. Paya Pinang Group.
Sehubungan dengan hal tersebut dirasakan perlu untuk memperluas kegiatan usaha dengan cara menambah areal perkebunan. Penambahan areal
perkebunan dirasakan dapat membantu meningkatkan kemajuan dan kinerja bagi perusahaan Paya Pinang Group untuk kedepannya.
Jumlah seluruh areal kebun yang tergabung di dalam Paya Pinang Group adalah 6.265,50 Ha. Dasar pemberian Hak Guna Usaha HGU dari tiap-tiap
kebun adalah berdasarkan surat keputusan pemerintah tentang pemberian HGU. Penggunaan areal HGU terdiri dari 64,79 merupakan areal tanaman produktif.
Dalam mendukung jalannya roda perusahaan dan untuk membuat kenyamanan bagi para pekerja maka setiap unit usaha yang ada dilengkapi dengan
beberapa fasilitas yang disediakan oleh perusahaan yaitu kantor kebun, perumahan staffpegawaikaryawan, gudang, sarana olahraga, rumah ibadah,
transportasi, alat berat dan lain sebagainya.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha