Polipektomi dilakukan dengan anestesi lokal dan dilakukan dengan menggunakan senar polip untuk polip yang besar tetapi belum memadati rongga
hidung Maqbool, 2001. Preoperatif terapi diberikan intranasal kortikosteroid digunakan dua kali sehari digunakan selama satu bulan. Jika polip tidak memiliki
perbaikan dalam sebulan maka dilakukan operasi. Polipektomi sederhana dilakukan pada pasien polip hidung yang cenderung mengalami rekurensi,
dilakukan dengan menggunakan forsep. Tehnik modern dengan menggunakan endoskopi dalam pemeriksaan hidung dan dievaluasi dengan monitor kemudian
dapat terlihat bagian yang mengalami pembengkakan. Endoskop bisa digunakan untuk etmoidektomi, ataupun bisa digunakan sebagai monitor setelah operasi.
Setelah operasi terkadang sering akan timbul rekurensi Drake-Lee, 1997.
2.3.8. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi yang biasa terjadi yaitu pendarahan. Perdarahan dan mukus mungkin akan kering dalam dua minggu setelah operasi
dalam proses penyembuhan luka Drake-Lee, 1997.
2.4. Alergi dan Polip Hidung
2.4.1. Alergi
Alergi merupakan manifestasi klinis dari kesalahan respon imun setelah mendapat kontak dari allergen seperti debu, bulu binatang, gigitan serangga.
Rhinitis alergi merupakan inflamasi di mukosa hidung yang diperantarai IgE Shah dan Emanuel, 2005. Definisi rhinitis menurut WHO ARIA Allergic
Rhinitis and its Impact on Asthma tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar allergen yang diperantarai IgE Irawati, 2001.
2.4.2. Patogenesis
Respon alergi terutama diperantarai dengan reaksi hipersensitivitas tipe I. Reaksi alergi dimulai dengan reaksi sensitisasi terhadap allergen yang spesifik,
dengan menginduksi produksi IgE. Hal ini mengakibatkan sel memanggil sel-T,
Universitas Sumatera Utara
sel-B dan plasma sel. Saat terjadi paparan allergen lagi maka antigen akan berikatan langsung dengan antibodi IgE dan permukaan mast sel, reaksi ini bisa
di saluran pernapasan, sistem pencernaan, subkonjungtiva pada mata dan pada kulit. Setelah reaksi tersebut maka terjadilah degranulasi dari sel mast kemudian
mengeluarkan mediator-mediator inflamasi seperti histamin, leukotrin, sitokin dan prostaglandin. Hal ini mengakibatkan reaksi yang cepat dalam 10 sampai 15
menit setelah pajanan allergen. Pelepasan dari histamin mengakibatkan efek pada hidung yaitu bersin, gatal, rinore, vasodilatasi dan sekresi mukus. Pelepasan
sitokin dan leukotrin disebut fase lambat karena mulai pada 4 sampai 6 jam setelah fase sensitisasi atau mungkin lebih lama. Proses ini bisa berlangsung
dalam 48 jam. Hal ini dapat mengakibatkan gejala hidung tersumbat, postnasal drip Shah Emanuel, 2005.
Gambar 2.5. Reaksi Alergi
2.4.3. Hubungaan Polip hidung dan Alergi
Polip hidung sering dihubungkan dengan kondisi alergi pada pernapasan. Namun, untuk menjadi polip hidung pada riwayat alergi dipastikan dalam waktu
yang lama mungkin beberapa tahun. Polip yang disebabkan oleh alergi biasanya cenderung untuk terjadi rekurensi pada pasien. Alergi merupakan faktor
predisposisi dari polip hidung, karena beberapa pasien polip hidung mengalami
Universitas Sumatera Utara
alergi, terutama alergi lokal di hidung. Karakteristik dari polip hidung biasanya adalah sumbatan pada hidung, anosmia, bersin, dan rinore Keith Dolovic,
1997. Kemungkinan dari keterkaitan polip hidung dan rhinitis alergi dalah
reaksi alergi di mukosa hidung mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas dari pembuluh darah yang akan mengakibatkan cairan berpindah
keluar dari intravaskular dan menyebabkan cairan masuk kedalam jaringan. Menyebabkan edema dan menimbulkan massa polipoid Maqbool, 2001.
2.5. Polip Hidung dan Sinusitis