alergi, terutama alergi lokal di hidung. Karakteristik dari polip hidung biasanya adalah sumbatan pada hidung, anosmia, bersin, dan rinore Keith Dolovic,
1997. Kemungkinan dari keterkaitan polip hidung dan rhinitis alergi dalah
reaksi alergi di mukosa hidung mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas dari pembuluh darah yang akan mengakibatkan cairan berpindah
keluar dari intravaskular dan menyebabkan cairan masuk kedalam jaringan. Menyebabkan edema dan menimbulkan massa polipoid Maqbool, 2001.
2.5. Polip Hidung dan Sinusitis
2.5.1. Sinusitis
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai ssemua sinus paranasal disebut
pansinusitis Mangunkusumo Rifki, 2001. Hal yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila dan sinusitis
etmoid. Sinusitis maksila merupakan sinus yang sering terinfeksi oleh karena merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar,
sehingga aliran sekret dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia. Selain itu dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi sehingga memudahkan
terjadinya infeksi dari gigi, ostium dari sinus maksila terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat
Mangunkusumo Rifki, 2001.
2.5.2. Patofisiologi
Bila terjadi edema di kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir
tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drenase dan ventilasi di dalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa
Universitas Sumatera Utara
sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan
retensi lendir, sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertropi polipoid atau pembentukan polip dan kista
Mangunkusumo Rifki, 2001.
2.5.3. Hubungan Polip Hidung dan Sinusitis
Reaksi inflamasi disini mekanismenya belum jelas. Kemungkinan karena perubahan mukosa di sebagian besar sinus maksila yang disebabkan sinusitis.
Bakteri yang sering mengakibatkan sinusitis adalah Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumonia, Staphylococus aureus Drake-Lee, 1997.
Kegagalan mengobati sinusitis akut atau berulang secara adekuat akan menyebabkan regenerasi epitel permukaan bersilia yang tidak lengkap, akibatnya
terjadi kegagalan mengeluarkan sekret sinus dan oleh karena itu menciptakan faktor predisposisi infeksi. Perubahan epitel pada sinus juga bisa mengakibatkan
terjadinya polip hidung Higler, 1997.
2.6. Asma Bronkiale dan Polip Hidung