Asma Bronkiale Patogenesis Polip Hidung dan Asma

sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir, sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertropi polipoid atau pembentukan polip dan kista Mangunkusumo Rifki, 2001.

2.5.3. Hubungan Polip Hidung dan Sinusitis

Reaksi inflamasi disini mekanismenya belum jelas. Kemungkinan karena perubahan mukosa di sebagian besar sinus maksila yang disebabkan sinusitis. Bakteri yang sering mengakibatkan sinusitis adalah Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Staphylococus aureus Drake-Lee, 1997. Kegagalan mengobati sinusitis akut atau berulang secara adekuat akan menyebabkan regenerasi epitel permukaan bersilia yang tidak lengkap, akibatnya terjadi kegagalan mengeluarkan sekret sinus dan oleh karena itu menciptakan faktor predisposisi infeksi. Perubahan epitel pada sinus juga bisa mengakibatkan terjadinya polip hidung Higler, 1997.

2.6. Asma Bronkiale dan Polip Hidung

2.6.1. Asma Bronkiale

Asma bronkiale adalah penyakit paru yang memiliki karakteristik obstruksi saluran napas yang reversible, inflamasi saluran pernapasan, peningkatan respon saluran napas terhadap berbagai rangasangan hiperaktivitas Sundaru Sukamto, 2009.

2.6.2. Patogenesis

Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti, namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan. Terdapat dua jalur untuk mendapat keadaan tersebut. Jalur immunologis yang diperantarai oleh IgE dan jalur saraf autonom. Pada jalur IgE, masuknya allergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC, lalu akan memanggil Th untuk memanggil interleukin atau Universitas Sumatera Utara sitokin agar sel plasma membentuk IgE, serta sel-sel radang lain untuk mengeluarkan mediator inflamasi. Mediator-mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin, leukotrin dan lain-lain akan memperngaruhi organ sasaran sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding vaskular, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang, sekresi mukus dan fibrosis sehingga mengakibatkan hiperaktivitas saluran napas. Saat terjadi inflamasi saluran napas bias mengakibatkan kerusakan epitel sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi Sundaru Sukamto, 2009.

2.6.3. Polip Hidung dan Asma

Polip hidung dan asma bronkiale merupakan inflamasi kronis yang hampir sama bedanya pada polip hidung merupakan saluran pernapasan atas, sedangkan pada asma bronkiale merupakan saluran pernapasan bawah. Pada pasien asma perlu dipikirkan adanya rhinitis, sinusitis, dan polip hidung karena memiliki hubungan yang erat. Sekitar 70-80 pasien asma memiliki gejala rhinitis, sebaliknya sekitar 30 pasien rhinitis mempunyai asma Onerci, 2009. Menurut Gottlieb hubungan asma dengan polip hidung adalah 1. Sekret yang ada pada hidung mungkin tertelan dan masuk ke faring melalui sinus. 2. Sekret di sinus dan produksi racun yang dihasilkan bakteri mungkin diabsorbsi melalui pembuluh darah dan system limfatik. 3. Obstruksi dari hidung contohnya ada polip hidung mengakibatkan pasien bernapas dari mulut 4. Spasme otot pernapasan mengakibatkan refleks pada saraf dan iritasi di ganglion nasal. Polip hidung dihubungkan dengan asma bronkiale dikarenakan biasanya pasien polip hidung memiliki riwayat asma bronkiale dalam beberapa tahun Jankowski, 1997. Universitas Sumatera Utara

2.7. Intoleransi Aspirin dan NSAID dengan Polip Hidung