Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Pada sinusitis kronis telah terjadi kerusakan silia, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung.
Hubungan polip hidung dengan sinusitis adalah akibat terjadinya perubahan jaringan menjadi hipertropi sehingga membentuk polip Maqbool, 2001;
Mangunkusumo Rizki, 2001. Dikarenakan hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya polip hidung masih
belum jelas dan seringnya terjadi rekurensi, karena itu penulis mencoba meneliti kejadian gambaran klinis dan penanganan pada penderita polip hidung yang
terjadi di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana karakteristik dan penatalaksanaan penyakit polip hidung di bagian THT-KL Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik Medan.
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik dan penatalaksanaan pada penderita polip hidung di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan ditahun 2009-2011
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan sosiodemografi
b. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan stadium polip.
c. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan keluhan utama.
d. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan keluhan tambahan.
e. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan pemeriksaan fisik.
Universitas Sumatera Utara
f. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan faktor resiko.
g. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan penanganan yang dilakukan.
h. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan komplikasi setelah dilakukan penanganan.
i. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan terjadinya rekurensi
j. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan lama rawatan.
k. Untuk mendata distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan keadaaan pasien saat pulang
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis. 2. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan, hasil penelitian dapat dijadikan
sumber informasi di bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Hidung
Secara anatomi, hidung terbagi dua, external nose hidung luar dan internal nose hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara
pipi dengan bibir atas. Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian , yang paling atas disebut kubah tulang, yang tidak dapat digerakkan. Dibawahnya
terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Belahan bawah yaitu aperture
piriformis hanya kerangka tulang saja, memisahkan hidung luar dan hidung dalam. Pada bagian superior, struktur tulang hidung luar berupa prosesus
maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian perpendikularis tulang
etmoidalis. Bagian berikutnya, yaitu kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dibentuk oleh kartilago lateralis superior yang saling berfusi di garis
tengah serta berfusi pula dengan tepi atas kartilago septum kuadrangularis. Lobulus hidung dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior.
Lobulus menutup vestibulum nasi dan dibatasi di sebelah medial oleh kolumela. Mobilitas lobulus hidung penting untuk ekspresi wajah, gerakan mengendus dan
bersin. Jaringan lunak di antara hidung luar dan dalam dibatasi di sebelah inferior oleh krista piriformis dengan kulit penutupnya, di medial oleh septum
nasi, dan tepi bawah kartilago lateralis superior sebagai batas superior dan lateral
Higler, 1997; Ballenger, 2003.
Hidung dalam struktur ini membentang dari os. internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah secara anatomi memisahkan organ menjadi dua hidung Higler, 1997.
Universitas Sumatera Utara