Etiologi Polip Hidung Polip Hidung

berlangsung secara optimal. Dengan demikian, suhu udara kurang lebih 37 derajat celcius. 3. Sebagai penyaring dan pelindung berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dilakukan oleh rambut pada vestibulum nasi, silia, palut lendir. Debu dan silia akan lengket pada palut lendir dan partikel besar dikeluarkan melalui refleks bersin. 4. Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau bisa mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. 5. Resonansi suara oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara. Sumbatan di hidung menyebabkan resonansi suara berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau. Hidung membantu proses pembentukan kata- kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir dan palatum mole. Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan Grevers, 2006.

2.3. Polip Hidung

Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan Patel Rowe-Jones, 2007. Prevalensi polip hidung yaitu sekitar 4 pada di seluruh dunia. Biasanya terjadi pada umur di atas 20 tahun, jika terjadi pada umur dibawah 10 tahun dinamakan cystic fibrosis. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1. Sampai sepertiga pasien polip hidung memiliki riwayat asma Newton Ah-See, 2008.

2.3.1. Etiologi Polip Hidung

Terdapat beberapa teori yang berbeda dalam patogenesis dari polip hidung. Ada beberapa teori yang diduga patogenesis polip hidung: fenomena bernouilli, ketidakseimbangan vasomotor, infeksi dan alergi. Semua dikaitkan Universitas Sumatera Utara dengan terjadinya polip hidung, tetapi tidak ada satupun etiologi yang jelas Drake-Lee, 1997. 1. Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini sehingga mengakibatkan edema mukosa dan membentuk polip. 2. Tidak seimbangnya vasomotor dilibatkan karena sebagian besar kasus tidak atopik dan tidak ada alergi yang jelas yang bisa ditemukan. Pasien ini terkadang memiliki masa prodromal dari rhinitis yang lama kelamaan bisa menjadi polip. Polip memiliki serabut-serabut saraf yang sangat sedikit, sehingga saat dilakukan palpasi tidak akan terasa sakit. Masalah vasomotor ini mungkin menyebabkan polip. 3. Infeksi yang biasanya beresiko menjadi polip hidung ada dua tipe dari sinusitis maxillar yaitu purulen dan hiperplastik. Sinusitis purulen terjadi karena infeksi biasanya disebabkan bakteri atau infeksi virus dari saluran pernafasan atas. Hiperplastik sinusitis biasanya dikaitkan dengan hipersekresi mukus sehingga mengakibatkan tumbuhnya organisme. Operasi yang tidak tuntas di sinus maxillar meninggalkan sisa mukosa yang mengalami perubahan dan lama- kelamaan akan terjadi prolaps pada ostium. Polip bisa muncul dari meatus media dan meatus inferior. 4. Reaksi inflamasi sendiri tidak jelas mekanismenya bisa mengakibatkan polip. Kemungkinan karena perubahan mukosa sinus maxilla yang dikarenakan sinusitis. Organisme yang sering tumbuh biasanya adalah Haemophilus influenza. Haemophilus influenza adalah organisme yang biasa di hidung dan orofaring. 5. Allergi dihubungkan dengan polip hidung dikarenakan tiga faktor: gambaran histologi dari polip hidung 90 pasien polip hidung ditemukaan eosinofilia, yang dikaitkan dengan asma dan ternyata polip hidung memiliki gejala mirip seperti alergi. Degranulasi dari mediator inflamasi yang cepat dalam waktu 30 menit. Asam arakidonat dari permukaan sel membran dimetabolisme dalam dua jalur untuk memproduksi leukotrien dan prostaglandin. Fase yang cepat ini mengakibatkan rinore dan bersin pada hidung. Setelah fase ini sel akan menarik Universitas Sumatera Utara limfosit dan eosinofil untuk lengket ke sel dan mengeluarkan mediator inflamasi. Pada fase ini mengakibatkan obstruksi hidung dan hipersekresi mukus. Mast sel juga berperan dalam proses ini. Sekarang jelas bahwa mast sel akan dirangsang oleh reaksi-reaksi lain seperti IgG, aktivasi komplemen, beberapa obat, kimia, dan faktor non spesifik. Akibatnya degranulasi dan menghasilkan histamin, heparin dan vasoaktif lainnya kemudian faktor kemotaktik, metabolit dari asam arakidonat, prostaglandin dan leukotrin, sehingga gejala yang ditimbulkan adalah rinore, bersin, hidung tersumbat seperti alergi Drake-Lee, 1997; Nizar Mangunkusumo, 2001.

2.3.2. Gambaran Polip