xxv
No Kota
Jarak Km
Tahun Alokasi Dana
Rp 1
Sp.mane-Bungkah-Kr Geukuh-B.Pulo
20.4 2007
108 Miliyar
2 B.Pulo-Lhokseumawe dan
Sp.Mane-Mns Alue 51.5
2008 772.5 Miliyar
3 Sigli-Mns Alue
106 2009
1.509 Miliyar
4
Banda Aceh-Sigli 112
2010-2012 1.680 Miliyar
5 Lhokseumawe-Batas Sumut
199.5 2009-2012
2.992,5 Milyar
Sumber: Data Kdishubkomintel Provinsi NAD
II.4.1 Konsep Pengembangan Transportasi Multimoda
Guna menghubungkan struktur ruang di Kota Lhokseumawe digunakan pendekatan sistem transportasi multimoda. Analisis transportasi multimoda saat ini sangat perlu dilakukan mengingat semakin lama aktivitas
transportasi semakin padat. Pengangkutan yang efisien sangat diperlukan dan disesuaikan dengan karakteristik pergerakan yang ada. Kesesuaian pengangkutan dengan pola pergerakan akan mengarah kepada efisiensi dan
efektifitas pengangkutan yang berkelanjutan. Untuk itu didalam hal ini terdapat jenis angkutan massal yang melayani pusat kota lingkar Kota Lhokseumawe merupakan suatu pilihan terbuka yang perlu kajian lanjut
dalam penetapannya, apakah bus lane, busway, monorail, LRT atau heavy rail.
II.4.2 Konsep Pembangunan Transportasi Masal
Konsep pembangunan transportasi massal terdiri dari dua macam, yaitu transportasi Kereta api untuk perjalanan komuter dan yang melayani pergerakan Antar Kota dan Provinsi. Adapun rencana pengembangan
transportasi massal adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan keamanan perlintasan kereta api dengan lalu lintas moda lain melalui
perbaikan dan pemeliharaan pintu perlintasan atau mengupayakan pembangunan perlintasan tidak sebidang. Pembangunan perlintasan tidak sebidang fly overunder
pass di beberapa perlintasan KA untuk mengurangi kemacetan lalulintas dan kecelakaan. •
Untuk kawasan pusat kota dapat di usulkan jenis transportasi massal dapat menggunakan monorail, busway, atau trem dan perlu studi lebih lanjut.
II.4.3 Konsep Pengembangan Angkutan Umum
Pengembangan angkutan umum yang direncanakan untuk mendukung pengembangan transportasi multimoda, sehingga angkutan umum berfungsi sebagai feeder terhadap moda
yang lainnya. Sistem angkutan umum yang dikembangkan sedapat mungkin memiliki frekuensi pelayanan yang tinggi, sehingga yang dikembangkan adalah halte-halte. Penataan
xxvi rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi pelayanan serta efisiensi
penggunaan jalan adalah sebagai berikut : •
Memisahkan antara moda angkutan dalam kota dan luar kota. •
Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal dan
berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama jalur primer berbasis rel atau jalan raya. Dalam hal ini angkot diarahkan sebagai angkutan pengumpan feeder untuk moda
angkutan dengan hirarki yang lebih tinggi diteruskan kepada jalur jalur primer trunk route yang dilayani oleh Kereta Api.
• Pengembangan terminal untuk melayani pergerakan regional dengan membangun terminal
terpadu. •
Pengembangan terminal angkutan barang terpadu di Kecamatan Muara 2 tepatnya di jalan Line Pipa yang dilengkapi dengan pergudangan, perkantoran, pool kendaraan dan terpadu
dengan angkutan lanjutannya yaitu kereta api. Penataan pelayanan angkutan paratransit yang berkualitas dan terpadu dengan pelayanan
angkutan umum lain. Angkutan paratransit ini merupakan angkutan umum yang tidak mempunyai lintasan dan waktu pelayanan yang tetap. Termasuk dalam angkutan paratransit
adalah taksi, becak dan ojek. Sebagai kota jasa, maka kriteria minimum kelengkapan dan pelayanan minimum bagi seluruh angkutan umum kota Lhokseumawe harus mengikuti
ketentuan yang berlaku.
II.5. Deskripsi Umum Proyek