ELABORASI TEMA Lhokseumawe Commuter & Central Station (Metafora)

lv

BAB III ELABORASI TEMA

III.1 Pengertian Tema Tema yang digunakan untuk Proyek Lhokseumawe Commuter Central Station ini adalah Arsitektur Metafora. Adapun pengertian dari Arsitektur Metafora ini adalah : Arsitektur merupakan ilmu dan seni merancang bangunan, serta struktur bangunan yang fungsional. Metaphor merupakan suatu simbol, dalam kehidupan sehari-hari saat kita sedang berbicara dengan seseorang dan dia berkata , “kamu tahu itu seperti ?“, atau ketika seseorang sedang memandang langit, “bentuk awan itu seperti atau seperti....?. Apapun isi dan “ seperti yang telah disebutkan merupakan sebuah metaphor. Pada saat menatap suatu bangunan, timbullah berbagai macam pertanyaan: 1. Yang pertama kali dipertanyakan : “Bangunan apakah itu ?“ pertanyaan ini menurut adanya pencerminan fungsi bangunan terhadap arti umum pada bentuk bangunan itu sendiri. Jawaban fungsi ini merupakan dasar pernyataan yang diutarakan oleh gedung, saya adalah terminal. “atau “ saya adalah kantor pemerintah “ selain pesan dasar gedung bisa mengutarakan pesan-pesan tambahan seperti : “saya adalah rumah yang nyaman, selamat datang, tapi silahkan membersihkan kaki dulu sebelum masuk” atau” saya adalah istana. Lepaskan topimu dan bersiap-siaplah digeledah” 2. Pertanyaan kedua: “Bangunan ini seperti apa rupanya ?“ merupakan pertanyaan yang membutuhkan simbol- simbol dan hubungan yang terdapat dalam rekaman pengalaman untuk dibandingkan atau disamakan dan lebih lanjut dimengerti. Kemudian disimpan pula sebagai salah satu rekaman pengalaman. 3. Pertanyaan ketiga: “ Sebesar apa ? “ menyangkut skala dan proporsi yang terdapat dalam bentuk bangunan yang sedang dinikmati oleh pengamat. 4. Pertanyaan keempat: “Dan apa dan bagaimana berdirinya ?” menginginkan jawaban-jawaban yang dapat langsung dibaca dari bentuk mengenai bahan-bahan apa yang mewujudkan bentuk-bentuk tersebut dan sistem struktur apa yang memungkinkan bentuk itu hadir dan kalau mungkin metode apa yang dipakai ketika membangun. Metaphora merupakan ungkapan bentuk , metaphora merupakan suatu istilah yang memiliki tapi sesuatu seperti something like, yang memiliki ekspresi tentang sesuatu bentuk. Metaphora juga merupakan suatu istilah yang didasarkan pada kesamaan similarity. Dalam metaphora seseorang menggantikan sesuatu yang mirip dengan suatu benda yang dia maksud untuk mendapatkan bentuk benda tersebut. Metaphora merupakan suatu ungkapan bentuk yang mengharapkan tanggapan dari para pengamat. Tanggapan tersebut dapat berbeda untuk setiap orang tergantung pada latar belakang ataupun tingkat pendidikan masyarakat tersebut. Beberapa kesuksesan metaphora terdapat dalam perancangan arsitektur. Metaphora merupakan suatu usaha penerjemahan suatu gagasan atau persepsi dalam proses merancang suatu bangunan yang idenya berlandaskan dan membandingkan suatu objek kepada objek lainnya dengan melihat wujudnya dengan harapan bangunan tersebut dapat berkomunikasi dengan pengamat. Methapora merupakan penerjemahan suatu gagasan atau persepsi tentang sesuatu kedalam bahasa arsitektural, yang dapat diwujudkan kedalam bentuk, sistem, perletakan atau pergerakan pada sebuah bangunan. lvi Metaphora merupakan simbol yang didasarkan pada pandangan seseorang terhadap bentuk bangunan yang dilihat dan diamatinya, baik dari bentuk keseluruhan bangunan atau terhadap bentuk bangunan. Pandangan ini tergantung dari latar belakang masyarakatnya yaitu tingkat kecerdasan dan pengalamannya, sebab seseorang itu selalu membandingkan bangunan yang diamatinya dengan bangunan atau benda lain. III.2 Karakteristik Metafora Architecture Simbolisme metaphora memiliki 3 jenis pemakaian: 1. Pemakaian secara lugu dan langsung tangible metaphor Merupakan penggunaan metaphora yang lugu dan langsung, serta terang-terangan. Bentuk ini biasanya menggambarkan fungsi dari bangunan tersebut untuk maksud tertentu, misalnya untuk publikasi. 2. Pemakaian tidak langsung tersamar intangible metaphor Suatu bentuk penerapan yang tidak secara langsung terang-terangan mengambil bentuk dari suatu hal. Melainkan suatu tahap transformasi. Hal mi mengakibatkan adanya tanggapan yang berbeda dari setiap pengamat terhadap bangunan tersebut. Beberapa arsitek yang menggunakan pendekatan metaphor intangible ini antara lain adalah Frank Loyd Wright dengan konsep organiknya, dan Alvar Aalto dengan konsep individual, natural, komunitas, dan lainnya 3. Metaphora Kombinasi combined metaphor Merupakan gabungan dari intangible dan tangible metaphor yang membandingkan suatu objek visualnya dapat dipakai sebagai acuan kneatifitas perancangan. Pandangan yang timbul tergantung dan latar belakang masyarakatnya, yaitu tingkat kecerdasan dan pengalamannya, sebab mereka cenderung untuk selalu membandingkan bangunan yang diamati dengan bangunan atau benda lain. Sebagai contoh Nakagin Capsule Building, Tokyo. Bangunan ini terdini dan susunan unit rumah tinggal berbentuk kubus dengan jendela berbentuk lingkaran. Unit-unit rumah tersebut dipegang oleh inti bangunan konstruksi utama. Bagi masyarakat Jepang bentuk unit rumah tersebut serupa dengan bentuk sangkar burung dan bukan bentuk rumah tinggal. Sedangkan bagi masyarakat Inggris bentuk unit serupa dengan mesin cuci yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Sehingga bagi mereka bangunan Nakagin tersebut tumpukan mesin cuci. Contoh lainnya adalah bangunan kapel Notre-Dame-Du-Haut, yang cukup kontroversial. Lepas dari bentuk biasa gereja pada umumnya. Secara keseluruhan dapat diintrepertasikan sebagai telungkupan telapak tangan, kapal, merpati, topi Italia, bahkan dapat seperti ibu dan anak. III.3 Interpretasi Tema Tema metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Gedung stasiun Lhokseumawe Commuter Central Station untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang terdapat di dalam maupun luar bangunan. Disamping itu pula Karakteristik dan permasalahan pada desain stasiun kereta api maupun sarana publik lainnya adalah pada sirkulasi dan pemanfaatan ruang, selain itu indikasi kebosanan pengguna sarana publik itu sendriri juga merupakan permasalahan yang harus diselesaikan, hal ini menjadi titik tolak sebuah desain ruang publik dan sarana publik dari pada stasiun Lhokseumawe Commuter Central Station. Kemudian makna dari sebuah stasiun adalah sebagai gerbang kota. Artinya setiap orang yang akan mengunjungi suatu kota akan dihadapkan oleh pandangan pertama ketika tiba disuatu kota, sehingga bisa menjadikan suatu daya tarik terhadap pengunjung serta terhindar dari rasa kejenuhan akan suasana stasiun pada umumnya. lvii Maka dari tiga karakteristik tema metafora, intangible metaphor Menjadi pilihan dalam penerapan tema untuk stasiun Lhokseumawe Commuter Central Station karena penerapan tidak serta merta mengambil suatu bentuk sehingga bangunan akan tampak lebih bervariatif dari segi bentuk. Oleh karena itu keberadaan simbolbentuk juga sangat mempengaruhi makna dari suatu bangunan. Perlu ditekankan bahwa bangunanarsitektur tersebut dapat berbicara sendiri pada pengamat tentang apa fungsi atau untuk apa dia ada. Dengan demikian pengamat akan merasa lebih mengenal dan ingat akan citra yang ditunjukan oleh bangunan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, interprestasi tema metafora architecture akan diungkapkan melalui proses desain yang mengikuti proses-proses dalam metafora dengan melalui proses eksperimen bentuk desain dengan media kertas, kemudian dilanjutkan dengan menuangkannya kedalam media gambar. Tentunya dengan tetap mengacu pada karakteristik desain metafora architecture yang kreatif, eksploratif yang memiliki keterhubungan media untuk menjawab permasalahan desain yang ada. III.4 Studi Banding Tema Sejenis 1. Lyon-Satolas TGV Station, Perancis Lyon-Satolas station merupakan stasiun kereta super cepat TGV Train a Grande Vitesse sekaligus bandara internasional di kota Lyon, Perancis Gambar 2.29. Salah satu karya arsitek kenamaan Santiago Calatrava, dengan luasan 495 x 60 m 2 . Gambar 3.1 TGV Station Sumber: Dari world wide web http.arcspace.com Calatarava terinspirasi oleh sebuah model seperti burung, dengan kaca-kacanya yang menyerupai sayap burung dan baja, di hall utamanya penuh muatan ekspresi gaya-gaya tarik, dan tekan. Namun bentuk ini ditentang oleh ahli yang berpendapat perluanya ekonomisasi unsur struktur. Walaupun demikian kekuatan ekspresi kekuatan ekspresi Lyon membuat fasilitas ini menjadi atraksi pariwisata tersendiri. Calatarava memiliki karakter tersendiri menegenai desain yang ia buat, kemampuannya menyatukan seni mematung dengan prinsip-prinsip struktur fisika bangunan, membuat bangunan yang didesainnya memiliki karakter yang kuat, sehingga memiliki ekspresi tersendiri bagi orang yang melihat dan menggunakannya. lviii Gambar 3.2 Fasade seperti sayap burung Sumber: Dari world wide web http.arcspace.com Kedalaman lipatan yang mirip kepak sayap lihat Gambar 2.30 memperkokoh kehadiran empat busur pendukung yang terlihat amat ringan. Busur-busur itu mencembung tepat di pangkal “pinggang” beton tunggal lihat Gambar 2.31-2.32, yang membentangi bantalan jalur KA di bawahnya. Sementara itu, rusuk-rusuk baja memperkuat dinding-dinding jendela yang dibuat vertical berukuran raksasa. Gambar 3.3 Interior dengan pencahayaan alami Sumber: Dari world wide web http.arcspace.com lix Gambar 3.4 Akses dan interior Sumber: Dari world wide web http.arcspace.com Arus sirkulasi pada bangunan ini sangat sederhana. Dari peron kedatangan kereta api, penumpang bergerak naik ke hall utama. Di sini kita bebas memilih keluar menuju tempat parker atau naik ke lantai mezanin dan berjalan menuju terminal bandara. Memasuki hall utama akan terlihat mezanin yang menghubungkan stasiun dengan bandara. Kesan kombinasi unsur yang berkesan ringan dan mengalir pada atap lengkung dilapisi beton tuang di tempat yang membentangi level jalur tiga trave. Dari hall utama penumpang bergerak tepat di bawah titik pusat atap lengkung lipat untuk mencapai escalator menuju peron. Pergantian dari beton pada bagian bawah ke baja pada bagian atas merupakan hal yang sangat kompleks hingga pas satu dengan yang lain. Peran arsitektur yang logis dan lugas sangat tercermin dalam karaya Calatrava ini. Arsitektur yang dimengertinya bukan merupakan sekadar estetika tinggi, namun logika yang melekat pada tektonis konstruksinya, serta material yang mewujudkannya. Sikap arsitektur seperti ini sama tuanya dengan usia pyramid di Mesir; selalu memiliki prinsip dasar The Art of Building. Tetapi dalam menginterpretasikannya Calatrava bekerja dengan beton, baja dan kaca, namun seperti kata orang Mesir, kita tidak mempunyai komponen- komponen itu dan membiarkan cahaya menyinarinya. Dalam mendesain stasiun-bandara ini, Calatrava mempercayai pemahaman berarsitektur yang serupa dengan Frank Lloyd Wright dan Mies Van de Rohe. Ketepatan dalam menggunakan material dan kekagumannya terhadap teknologi kunci puitisasi pada karyanya. Teknik dan arsitektur yang menyuguhkan The Art of Construction. Gambar 3.5 Logika Tektonika Konstruksi Sumber: Dari world wide web http.arcspace.com Pendekatan yang dilakukannya merupakan sintesa artistic dan pragmatic, sehingga ia mengibaratkan arsitektur sebagai lukisan atau patung. Transformasi dari sesuatu yang Nampak dangkal dipermukaan menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi. Filosofi ini mendasari upaya memasukkan karya arsitektur kedalam warisan budaya. lx Kalau manusia menghargai sebuah lukisan sebagai penyangga dan penerus pesan budaya dari waktu ke waktu, demikian halnya pada staiun-bandara ini. Bahkan jika manusia tidak peduli terhadap lingkungannya, infrastruktur itu kelak mempengaruhi dan membentuk mereka. Kesimpulan: Penerapan desain yang ekspresionis dan fungsional, menjadi karakter bagi bangunan yang diarsiteki oleh Santiago Calatrava. Bentuk-bentuk yang diinspirasi oleh alam, membuat bangunan ini tampil monumental, dan tak hanya bentuk, penggunaan elemen-elemen estetis yang ikut menambahkan keberlanjutan dalam desainnya. Bentukan yang ekpressionis bersatu dengan logika tektonik menciptakan ruang yang monumental. 2. Milwaukee Art Museum-Quadracci Pavillion Museum Seni Milwaukee di desain oleh Santiago Calatrava pada tahun 2001. Bangunan ini merupakan bangunan yang pertama kali didesain Calatrava di Amerika Serikat. Bangunan yang ini tidak hanya menggambarkan perluasan ruang untuk Museum Seni Milwaukee, tapi juga untuk menampilkan gambaran baru daru museum ini, dan perluasan untuk Kota Milwaukee. Gambar 3.6 Quadracci Pavilion secara teknik merupakan sebuah perluasan Gedung Eero Saarinen’s War Memorial di depan Danau Michigan di Milwaukee. Calatrava mengajukan desain di depan danau. Hal itu membentuk hubungan antara Kota Milwaukee dengan Danau Michigan lxi dan perluasan Jalan Wisconsin hampir ke danau. Perluasan bangunan Calatrava dengan memanfaatkan pencahayaan alami dan terbuka sehingga dapat melihat view danau dari dalam gedung. Selasar penghubung yang rendah dan transparan sehingga terjadi penghubung bangunan yang baru dan bangunan yang lama secara lamai. Gambar 3.7 Walaupun jembatan gantung yang menghubungkan pavilion ke Kota Milwaukee sangat spektakuler dalam pandangan kita, selasar pusat dengan sayap brise soleil-nya yang bias terbuka dan terkatup merupakan pusat keindahan bangunan tersebut. Pendepat orang tentang hal itu dapat beragam, orang bias mengatakan itu terinspirasi dari sayap seekor burung atau daru layar perahu. Di dalam bangunan, pintu masuk hall sangat spektakulera. Permainan cahaya yang melaui panel-panel kaca atapnya tidak membuat oranng jenuh dan dari dalam ini kita dapat memulai pandangan kita terhadap karya Calatrava sampai mendetail. Interior bangunan menampilkan bentuk-bentuk yang sederhana, detail dan finishingnya berulang-ulang. Bentuknya organik dan kuat dan terus mengubah pandangan orang yang berada di dalamnya. Berdiri di akhir pintu masuk, kita hamper merasakan mengambang di atas danau. Display lemari di Museum dan bangku di auditoriumnya juga dirancang oleh Calatrava dengan menampilkan pengulangan desain. Gambar 3.7 lxii Museum Seni Milwaukee dipercayakan kepada Santiago Calatrava untuk merancang 58.000 kaki persegi perluasan ke museum di tahun 1994. Sejak ditampilkan model awal desain bangunannya tahun 1995, museum membuat tujuan strategis untuk memperluas lingkup proyek. Ruang pengunjung utama, seperti teras selatan dan parkir, yang di tambahkan ke dalam desain. Ruang untuk perluasan mencapai 142.050 kaki persegi untuk mengakomodasi penambahannya. Perluasannya mencapai 30 keseluruhan ruang galerinya dari 90.000 sampai 117.000 kaki persegi. Gambar 3.8 Calatrava juga mendesain Jembatan Reiman sepanjang 250 kaki merupakan jembatan pejalan kaki dengan struktur gantung yang menghubungkan pusat Kota Milwaukee secara langsung dengan danau dan museum. Desain jembatannya dengan struktur kaki yang mencerminkan pengalaman pada desain jembatan di Eropa. Gambar 3.9 Pintu masuk utama berbentuk parabolic, kaca yang menutupi aula dengan langit-langit 90 kaki . The Burke Brise Soleil-nya dapat bergerak, sayap seperti sun screen dengan kisi-kisi 72 baja, yang bertahan di atas kaca pada atap aula penerima dan dapat mengendalikan cahaya pada bangunan. Kisi-kisinya panjangnya dari 26 kaki sampai 105 kaki, jika sayap brise soleil-nya melebar pada titik terlebar panjangnya mencapai 217 kaki, dan beratnya 90 ton lxiii Gbr 3.11. Pandangan ke Sydney Opera House dari sisi laut Gambar 3.10 Dalam merancang Calatrava sering terinspirasi oleh alam, menggambarkan sebuah kombinasi bentuk-bentuk organic dan inovasi teknologi. Perluasan Museum Seni Milwaukee dengan penggabungan beberapa elemen terinspirasi lokasinya yang berada di danau. Diantara banyak elemen-elemen maritim pada desain Calatrava adalah louvers baja yang dapat bergerak terinspirasi oleh sayap burung, kabel pada jembatan penyebrangan terinspirasi oleh bentuk kapal layar. 3. Sydney Opera house Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan pelabuhan. Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem rumah siput shell system selaras dan seolah – olah seperti echo dari pelengkung jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hal ini dinding tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang sangat luas terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental. Dalam konteks Sydney Opera House, terdapat 3 unit terpisah, semua beratap rumah siput unit yang besar bertumpuk dengan arah mencuat berlawanan mengarah ke air dan lainnya ke darat. Unit opera terbesar disediakan 2700 tempat duduk, unit sedikit lebih kecil berdampingan sejajar 1500 tempat duduk dan yang kecil agak terpisah didepan digunakan untuk restoran dan fasilitas pendukung lainnya. Pengapresiasian bentuk atap, banyak diinterpretasikan berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain, ada yang menginterpretasikan sebagai layar kapal yang sedang terkembang dan ada lxiv Gbr 3.13. Potongan melintang bangunan Sydney Opera House Gbr 3.12. Detail atap bangunan Gbr 3.15. Opera Sidney dipandang dari berbagai sudut juga yang menginterpretasikannya sebagai rumah siput. Penggunaan struktur Shell System, mengantisipasi echo pada ruangan yang digunakan sebagai rumah opera. Peninggian bangunan, sebagai efek monumental pada daerah pelabuhan tempat Sydney Opera House dibangun Penggambaran echo pada bangunan Sydney Opera House, dari rumah siput yang terkecil sampai yang terbesar lxv

BAB IV ANALISA PERANCANGAN