xxix
Gambar 2.5 Rencana Detail Tata Ruang RDTR Kecamatan Muara Dua Kota lhokseumawe
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lhokseumawe II.5.2 Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api dan Insfrastruktur Transportasi pendukung
II.5.2.1 Sejarah Stasiun Kereta Api Indonesia
Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet
van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij NV. NISM yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung 26 Km
dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen-Tanggung, yang kemudian pada
tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta 110 Km, akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang
jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.
II.5.2.2 Kereta Api
Kereta api berskala regional adalah moda pengangkutan umum dengan menggunakan pelayanan rel yang melayani perpindahan dari pusat kota dengan daerah sub urban dan
kota-kota komuter lainnya. Seperti namanya kereta ini dipergunakan untuk mengangkut para penglaju atau commuter dari daerah-daerah tersebut setiap harinya. Kereta ini
Lokasi site tepat berada pada area rencana pusat
perdagangan dan jasa
xxx beroperasi dengan jadwal yang sudah ditentukan, dengan laju rata-rata mulai dari 50
sampai 200 kmjam 35 – 125 mph. Perkembangan kereta api jenis ini tengah populer saat ini, seiring dengan terus
meningkatnya jumlah penduduk dan keterbatasan pemakaian bahan bakar, dan isu-isu permasalahan lingkungan lainnya, serta meningkatnya angka kepemilikan mobil yang
akhirnya meningkatkan kebutuhkan area parkir. Dibandingkan dengan rapid transit subway, kereta ini memiliki frekuensi yang lebih
rendah, lebih kepada mengikuti jadwal dari pada interval. Kereta ini melayani area yang lebih berkepadatan rendah, dan sering berbagi jalur dengan kereta antarkota atau kereta
barang. Terkadang dalam kondisi tertentu beberapa kereta melayani saat jam-jam sibuk. Kereta ini memiliki gerbong dengan satu level dan dua level, dan ditujukan agar semua
penumpang mendapatkan tempat duduk. Biasanya kereta ini memiliki jangkauan antara 15 sampai 200 km 10 sampai 125 mil
5
Infrastruktur
. Dari tabel 2.3 dibawah ini dapat dilihat spesifikasi fisik Kereta Api.
Tabel 2.2 Karakteristik Fisik kereta api Ukuran
Panjang kereta
20 sampai 26 meter
Lebar kereta 3,05 sampai 3,2 meter
Tinggi kereta single-level 4 meter
Tinggi kereta double-level 5 meter
Jumlah penumpang single-level Lebih dari 128 kursi
Jumlah penumpang double-level Lebih dari 175 kursi
Kapasitas berdiri 360 orang
Jumlah gerbong dalam kereta
1 sampai 12 gerbong
Laju kecepatan maksimal
80 mph 130 kmjam
Kecepatan rata-rata 18-50 mph 30-75 kmjam
Maksimum kurva rel :
Jalur utama
Jalur stasiun
Radius 174 meter Radius 91 meter
Maksimum Kenaikan Rel : •
Jalur utama
•
Jalur utama tergabung
•
Jalur dengan kebutuhan maksimal
Kenaikan 3 Kenaikan 1
Kenaikan 2
Jarak senggang sepur 1,435 meter
Minimum lebar selubung
4 sampai 4,75 meter
5
Diunduh pada 11 September 2008 dari World Wide Website http.wikipedia.orgwikiCommuter_rail
xxxi
Minimum tinggi selubung 5,4 meter
Minimum tinggi selubung kereta barang 6,7 sampai
Berdasarkan jenis penggeraknya kereta ini dibagi atas dua macam, yaitu: 1. Penggerak dengan menggunakan motor tenaga diesel, dan 2. Berpenggerak tenaga listrik. Sedangkan berdasarkan jumlah
kapasitas penumpang, kereta ini juga dibagi atas dua kategori, yakni: 1. Single level cars, dan 2.Bi-level cars, seperti yang terlihat pada Gambar 2.7 dibawah ini:
Single-Level Cars
xxxii
Gambar 2.6 Single level cars dan Bi-level cars
Sumber: Ansaldobreda dari McGraw-Hill 2004
II.5.2.3 Stasiun Kereta Api Bi-Level Cars