Pengantar Kebijakan Pemerintah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe

xx

BAB II DESKRIPSI PROYEK

II.1. Pengantar

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kondisi eksisting dan hal-hal yang berkembang seperti kebijakan pemerintah tentang rencana tata ruang kota Lhokseumawe dan tentang sistem transportasi Kota Lhokseumawe. Kebijakan-kebijakan yang terkait tentang strategi- strategi pengembangan sistem transportasi kota. yang akan dijadikan panduan pembangunan sarana dan prasarana transportasi kota. Hal-hal ini terkait dengan kelayakan proyek yang menjadi usulan yaitu Lhokseumawe Commuter Central Station. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang gambaran secara umum proyek, tujuan proyek, lokasi proyek, batas-batas lokasi proyek, dan kondisi fisik site lainnya. Selain itu juga akan dijelaskan tentang karakteristik pengguna dan spesifikasi moda transportasi yang menjadi usulan serta studi-studi banding proyek dengan fungsi sejenis.

II.2. Kebijakan Pemerintah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe

Penjelasan uraian mengenai pemahaman rencana tata ruang wilayah kota Lhokseumawe akan mengacu pada Keputusan Menteri Kimpraswil Momor 327 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah sebagai berikut : a. Untuk menjabarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ke dalam penataan ruang wilayah kecamatan. b. Untuk menyiapkan perwujudan ruang, melalui arahan struktur dan pola ruang kota. c. Mengatur pemanfaatan ruang wilayah kota untuk menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien. d. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kota melalui pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. e. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota sebagai instrumen untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang, serta meningkatkan nilai tambah pemanfaatan ruang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. II.2.1. Azas, Tujuan dan Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe Rencana Tata Ruang Wilayah KotaKawasan Perkotaan merupakan rencana pemanfaatan ruang Wilayah KotaKawasan Perkotaan yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program-program pembangunan perkotaan dalam jangka panjang. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah KotaRencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah untuk: xxi a. Menjaga konsistensi perkembangan KotaKawasan Perkotaan dengan strategi perkotaan nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dalam jangka panjang; b. Menciptakan keserasian perkembangan kota dengan wilayah sekitarnya; c. Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah. Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah KotaRencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah sebagai pedoman untuk: Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah KotaKawasan Perkotaan; a. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan dan keserasian antar sektor; b. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Wilayah KotaKawasan Perkotaan rujukan bagi penerbitan ijin lokasi bagi pembangunan; c. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan d. Pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan. II.2.2. Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut: a. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya; b. Penataan ruang berdasarkan aspek administratif meliputi ruang wilayah Nasional, wilayah Provinsi dan wilayah kota; c. Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi Kawasan Perdesaan, Kawasan Perkotaan dan Kawasan Tertentu; d. Penataan ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan sebagai bagian dari penataan ruang wilayah Kota; e. Penataan ruang Kawasan Perkotaan meliputi proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan; f. Perencanaan tata ruang Kawasan Perkotaan dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; g. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan perlu dibedakan dalam 3 jenis rencana dengan tingkat kedalaman yang berbeda: 1 Rencana Struktur adalah kebijakan yang menggambarkan arahan tata ruang untuk Kawasan Perkotaan Metropolitan dalam jangka waktu sesuai dengan rencana tata ruang; 2 Rencana Umum adalah kebijakan yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan; 3 Rencana Rinci terdiri dari: • Rencana Detail, merupakan pengaturan yang memperlihatkan keterkaitan antara blok- blok penggunaan kawasan untuk menjaga keserasian pemanfaatan ruang dengan manajemen transportasi kota dan pelayanan utilitas kota. xxii • Rencana Teknik, merupakan pengaturan geometris pemanfaatan ruang yang menggambarkan keterkaitan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya serta keterkaitannya dengan utilitas bangunan dan utilitas kotakawasan saluran drainase, sanitasi dan lain-lain. II.2.3. Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ini meliputi seluruh wilayah Kota Lhokseumawe dengan luas wilayah 18.110 ha, yang terdiri dari 4 Kecamatan Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Satu, Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat. Secara geografis Kota Lhokseumawe berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka; 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara; 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara; dan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota RTRWK disusun dengan kedalaman substansi yang sesuai dengan ketelitian atau skala petanya, yakni 1:20.000 dan berjangka waktu perencanaan 20 tahun atau disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Unit analisis yang digunakan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota RTRWK ini adalah unit kecamatan, sedangkan sistem jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan sekunder.

II.3. Kondisi Eksisting Sistem Transportasi Kota Lhokseumawe