Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan Pola Makan Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan Status Gizi Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan Pola Haid

4.9. Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan Pola Makan

Hasil penelitian tentang kejadian anemia berdasarkan pola makan dapat dilihat pada tabel 4.16. Tabel 4.16. Distribusi Kejadian Anemia Berdasarkan Pola Makan Remaja Putri Kejadian Anemia Normal Anemia No. Pola Makan n n n 1. Tingkat Kecukupan Energi : − Baik − Sedang − Kurang − Defisit 19 23 1 86,4 60,5 12,5 0,0 3 15 7 1 13,6 68,2 31,8 4,5 22 38 8 1 100,0 100,0 100,0 100,0 Total 43 62,3 26 37,7 69 100,0 2. Tingkat Kecukupan Protein : − Baik − Sedang − Kurang − Defisit 15 25 3 100,0 75,8 21,4 0,0 8 11 7 0,0 24,2 78,6 100,0 15 33 14 7 100,0 100,0 100,0 100,0 Total 43 62,3 26 37,7 69 100,0 3. Tingkat Kecukupan Besi Fe : − Baik − Sedang − Kurang − Defisit 4 33 6 100,0 91,7 40,0 0,0 3 9 14 0,0 8,3 60,0 100,0 4 36 15 14 100,0 100,0 100,0 100,0 Total 43 62,3 26 37,7 69 100,0 Dari tabel 4.16. di atas dapat diketahui bahwa semakin rendah tingkat konsumsi gizi remaja putri, maka semakin besar risiko terjadinya anemia. Dimana persentase kejadian anemia tertinggi ada pada remaja putri yang tingkat kecukupan gizinya defisit. Sedangkan bagi remaja putri yang tingkat konsumsi gizinya baik, tidak mengalami anemia. Universitas Sumatera Utara

4.10. Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan Status Gizi

Distribusi kejadian anemia berdasarkan status gizi remaja putri dapat dilihat pada tabel 4.17. berikut. Tabel 4.17. Distribusi Kejadian Anemia Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri Kejadian Anemia Normal Anemia No. Status Gizi IMTU : n n n 1. Normal 43 65,2 23 34,8 66 100,0 2. Kurus 0,0 3 100,0 3 100,0 Total 43 62,3 26 37,7 69 100,0 Berdasarkan tabel 4.17. di atas dapat dilihat bahwa semua remaja putri yang memiliki status gizi IMTU kurus mengalami anemia.

4.11. Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan Pola Haid

Distribusi kejadian anemia berdasarkan pola haid remaja putri dapat dilihat pada tabel 4.18. Tabel 4.18. Distribusi Kejadian Anemia Berdasarkan Pola Haid Remaja Putri Kejadian Anemia Normal Anemia No. Pola Haid n n n 1. Usia Pertama Haid : − Normal 11-15 thn − Tidak Normal 11 thn atau 15 thn 41 2 63,1 50,0 24 2 36,9 50,0 65 4 100,0 100,0 Total 43 62,3 26 37,7 69 100,0 2. Siklus Haid : − Normal teratur setiap bulan − Tidak Normal tdk teratur setiap bln 40 3 67,8 30,0 19 7 32,2 70,0 59 10 100,0 100,0 Total 43 62,3 26 37,7 69 100,0 3. Lama Hari Haid : − Normal 3-8 hari − Tidak Normal 3 hari atau 8 hari 42 1 65,6 20,0 22 4 34,4 80,0 64 5 100,0 100,0 Total 43 62,3 26 37,7 69 100,0 Tabel 4.18 menunjukkan persentase kejadian anemia pada remaja putri dengan pola haid tidak normal lebih besar dibanding remaja putri dengan pola haid Universitas Sumatera Utara normal. Remaja putri dengan usia pertama haid 11 tahun akan kehilangan besi lebih awal dibanding usia ≥11 tahun. Lama hari haid yang berlangsung lebih dari 8 hari dan siklus haid yang pendek kurang dari 28 hari akan kehilangan besi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan yang memiliki pola haid normal. Dari hasil dapat dilihat sebesar 70,0 dari 10 remaja putri dan 80,0 dari 5 remaja putri yang siklus haid dan lama hari haidnya tidak normal mengalami anemia. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola Makan Remaja Putri

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kecukupan energi 55,1, protein 47,8 dan besi 52,2 remaja putri sebagian besar berada pada kategori sedang. Arisman, 2004 menyatakan bahwa energi merupakan kebutuhan gizi utama manusia, karena jika kebutuhan energi tidak terpenuhi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka kebutuhan zat gizi lain juga tidak terpenuhi seperti protein dan mineral termasuk diantaranya adalah zat besi sebagai pembentuk sel darah merah akan menurun, yang pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya kadar hemoglobin darah. Belum tercukupinya asupan energi, protein dan besi pada remaja putri dikarenakan sebagian besar remaja putri mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara dengan remaja putri yang menunjukkan bahwa pada umumnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut kegemukan. Kebiasaan makan remaja rata-rata tidak lebih dari 3 kali sehari, bahkan ada yang makan hanya 2 kali sehari. Menurut Mohan 2002 penampilan dengan tubuh yang langsing sering dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap berat badan dan bentuk tubuh mereka. Suatu penelitian yang dilakukan terhadap 1700 remaja putra dan putri yang berusia 12-23 tahun menunjukkan bahwa remaja putri lebih menyukai berat badan yang Universitas Sumatera Utara