Pola Makan Remaja Putri

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola Makan Remaja Putri

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kecukupan energi 55,1, protein 47,8 dan besi 52,2 remaja putri sebagian besar berada pada kategori sedang. Arisman, 2004 menyatakan bahwa energi merupakan kebutuhan gizi utama manusia, karena jika kebutuhan energi tidak terpenuhi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka kebutuhan zat gizi lain juga tidak terpenuhi seperti protein dan mineral termasuk diantaranya adalah zat besi sebagai pembentuk sel darah merah akan menurun, yang pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya kadar hemoglobin darah. Belum tercukupinya asupan energi, protein dan besi pada remaja putri dikarenakan sebagian besar remaja putri mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara dengan remaja putri yang menunjukkan bahwa pada umumnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut kegemukan. Kebiasaan makan remaja rata-rata tidak lebih dari 3 kali sehari, bahkan ada yang makan hanya 2 kali sehari. Menurut Mohan 2002 penampilan dengan tubuh yang langsing sering dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap berat badan dan bentuk tubuh mereka. Suatu penelitian yang dilakukan terhadap 1700 remaja putra dan putri yang berusia 12-23 tahun menunjukkan bahwa remaja putri lebih menyukai berat badan yang Universitas Sumatera Utara rendah. Mohan juga menyatakan bahwa sebanyak 60 dari remaja lebih menyukai berat badan yang underweight, dan lebih dari separuh remaja putri yang mempunyai berat badan normal mengatakan bahwa berat badan mereka adalah overweight. Dari survei konsumsi makanan dengan metode food frequency diperoleh bahwa jenis sayur yang biasa remaja putri konsumsi yaitu bayam, kentang, buncis, daun ubi, kangkung, kol, dan sawi putih. Meskipun jenis sayur yang mereka konsumsi sudah cukup bervariasi, namun jumlah dan frekuensi dalam mengonsumsi sayur masih tergolong kurang. Dari hasil pengamatan pada saat penelitian menunjukkan bahwa remaja putri suka sekali jajan snack. Jenis snack yang dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya manis dan permen. Sedangkan golongan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin jarang dikonsumsi, meskipun buah- buahan dapat dibeli dari penjual yang menggunakan gerobak atau sepeda yang ada di sekitar lingkungan sekolah, sehingga dalam diet mereka rendah akan zat gizi terutama vitamin. Disamping itu remaja putri suka minum minuman ringan soft drink dan teh yang frekuensinya lebih sering dibandingkan dengan mereka minum susu. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa meskipun sebagian besar remaja putri sarapan di rumah dan ada juga yang sarapan di sekolah, tetapi masih ada beberapa remaja putri yang tidak sarapan, dengan alasan mereka buru-buru untuk berangkat sekolah. Alasan lain karena mereka merasa malas dan memang tidak suka sarapan. Sebagian besar makanan yang biasa dimakan oleh remaja putri pada saat sarapan di rumah yaitu roti, nasi dengan telur yang digoreng dan beberapa menambahkan sayur pada menu mereka. Sedangkan makanan yang biasa dimakan Universitas Sumatera Utara ketika sarapan di sekolah yaitu nasi goreng, nasi uduk, roti, dan gorengan. Seperti yang dikatakan oleh Depkes 2003, disamping kuantitas makanan dan kualitas hidangan saat sarapan sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang serta mengandung sepertiga kecukupan gizi dalam sehari-hari. Oleh karena itu, jika dilihat dari makanan yang dikonsumsi oleh remaja putri pada waktu sarapan mempunyai kualitas sarapan yang belum dapat memenuhi kecukupan gizi remaja putri. Rendahnya intake zat gizi terutama zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia. Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya. Besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, sebagai faktor utama pembentuk hemoglobin Almatsier, 2004. Menurut Depkes 2003, masalah anemia gizi yang disebabkan kekurangan besi masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Anemia kekurangan besi terjadi karena pola konsumsi makanan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber besi yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber besi yang baik dikonsumsi dalam jumlah yang kurang.

5.2. Status Gizi Remaja Putri