Status Gizi Remaja Putri Pola Haid Remaja Putri

ketika sarapan di sekolah yaitu nasi goreng, nasi uduk, roti, dan gorengan. Seperti yang dikatakan oleh Depkes 2003, disamping kuantitas makanan dan kualitas hidangan saat sarapan sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang serta mengandung sepertiga kecukupan gizi dalam sehari-hari. Oleh karena itu, jika dilihat dari makanan yang dikonsumsi oleh remaja putri pada waktu sarapan mempunyai kualitas sarapan yang belum dapat memenuhi kecukupan gizi remaja putri. Rendahnya intake zat gizi terutama zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia. Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya. Besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, sebagai faktor utama pembentuk hemoglobin Almatsier, 2004. Menurut Depkes 2003, masalah anemia gizi yang disebabkan kekurangan besi masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Anemia kekurangan besi terjadi karena pola konsumsi makanan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber besi yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber besi yang baik dikonsumsi dalam jumlah yang kurang.

5.2. Status Gizi Remaja Putri

Hasil pengukuran status gizi remaja putri menurut indikator indeks massa tubuh menurut umur IMTU, sebesar 4,3 remaja putri kurus. Keadaan tinggi badan anak pada usia remaja, menggambarkan status gizi masa anak-anak dan balita. Meskipun jumlah remaja putri yang memiliki status gizi normal jauh lebih besar Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan status gizi kurus, namun sebagian besar status gizi IMTU normal tersebut berada pada batas bawah kategori normal. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja menurut Arisman 2004 antara lain : 1 Makan tidak teratur. Pola makan tidak tidak teratur adalah hal yang biasa selama masa remaja. Sarapan dan makan siang paling sering dilupakan, sedangkan aktivitas sosial dan program sekolah menjadi penyebab remaja kehilangan makan sore; 2 Ngemil. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa makanan kecil pada remaja tidak hanya merupakan kalori kosong, tetapi menyediakan banyak asupan kalori; 3 Fast foods. Penggunaan fast food untuk makan terutama makanan kecil terkenal di kalangan remaja yang sibuk. Fast food ini cenderung rendah zat besi, riboflavin, kalsium dan vitamin A.

5.3. Pola Haid Remaja Putri

Pola haid dalam penelitian ini meliputi usia pertama kali mendapat haid, siklus haid dan lama hari haid. Usia pertama kali mendapat haid berkisar antara 10-14 tahun dengan rata-rata 12 tahun. Sebagian besar remaja putri 91,3 mulai mendapat haid pada usia normal 11-15 tahun dan sebagian besar remaja putri 85,5 mengalami siklus haid teratur setiap bulan. Lama haid berkisar antara 5-11 hari dengan rata-rata 7 hari, sehingga dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar 92,8 remaja putri mempunyai lama haid normal 3-8 hari. Dari hasil tersebut di atas diketahui bahwa paling banyak pola haid yang tidak normal ditemukan pada siklus haid, yaitu siklus haid yang tidak teratur setiap bulan. Menurut Biran 1990 yang dikutip Sab’atmaja 1999 tidak semua wanita mengalami Universitas Sumatera Utara siklus haid yang normal dengan siklus teratur setiap bulan. Banyak wanita mengalami gangguan siklus haid sehingga haid yang dialami kadang siklusnya lebih cepat ataupun lambat, dengan volume yang banyak ataupun lebih sedikit. Gangguan siklus haid dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1 Amenorea yaitu suatu keadaan tidak terjadinya haid, hal ini dapat terjadi secara sepontan menjelang usia 16 tahun yang disebabkan kerja endokrin yang tidak normal pada seorang gadis; dan 2 siklus haid berat yaitu jika haid berlangsung terlalu lama, terlalu sering atau pendarahan yang terlalu banyak. Selain siklus haid, lamanya haid oleh setiap wanita juga dapat berbeda-beda. Menurut Yunizaf 2000 lama haid biasanya 3-8 hari. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa meskipun pola haid remaja putri sebagian besar pada kategori normal, tetapi jumlah yang mengalami anemia masih tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan Amrihati 2002 bahwa tidak ada hubungan pola haid dengan status anemia pada mahasiswa Politekkes Jakarta II. Hal ini menunjukkan bahwa anemia tidak hanya semata-mata dipengaruhi oleh usia saat mendapat haid, siklus haid, dan lamanya haid, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh volume haid dan frekuensi haid. Remaja putri yang lama haidnya 8 hari tetapi jika volumenya berlebihan akan menyebabkan kehilangan darah yang diikuti kehilangan zat besi sehingga menyebabkan anemia. ≤ Kehilangan besi melalui haid mengakibatkan wanita remaja mudah mengalami anemia. Jumlah kehilangan darah akibat haid sangat bervariasi diantara wanita yaitu rata-rata kehilangan sejumlah 0,5-1,0 mghari. Apabila darah yang keluar selama haid sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi besi. Pada remaja Universitas Sumatera Utara putri dengan lama hari haid yang berlangsung lebih dari 8 hari dan siklus haid yang pendek kurang dari 28 hari memungkinkan untuk kehilangan besi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan yang memiliki pola menstruasi normal Arisman, 2004.

5.4. Kejadian Anemia pada Remaja Putri