2. 5. 5. Patofisiologi
Timbul akne akibat perubahan-perubahan pola keratinisasi yang diikuti oleh penghambat kreatin yang padat pada sekresi sebum dari kelenjar sebasea.
Keratin plugs disebut komedo, yang mengakibatkan penyumbatan dan pengumpulan sebum dalam unit-unit pilosebaceous. Ini diikuti oleh interaksi yang
kompleks dari androgen dan bakteri propionibacterium acne dalam kelenjar sebasea yang tersumbat. Androgen menstimulasi kelenjar sebasea untuk
menghasilkan lebih banyak sebum. Lipase yang mengandung bakteri menguraikan lipid ke dalam asam lemak dan menghasilkan mediator-mediator pro
inflamasi seperti IL-1 tumor necrosis factor α TNF-α. Asam-asam lemak dan
proinflammatory cytokines mengakibatkan respons inflamasi steril; jika mengelumbung, dinding folikel pecah, kandungan [sebum, lipid, asam lemak,
keratin dan bakteri] memasuki dermis, yang memicu respons benda asing yang inflamasi. Ini menimbulkan pembentukan pustul, nodul dan skar. Pasien-pasien
dengan akne vulgaris sering mengalami eksaserbasi lesi akne yang di picu stres. Mekanisme yang dirumuskan melibatkan aktivitas induksi stres pada aksis
hypothalamic-pituitary-adrenal HPA yang diikuti oleh sekresi glucocorticoids dan androgen yang meningkat, dan mengeksaserbasi respons inflamasi dalam unit
pilosebasea. Tingkat ansietas yang lebih tinggi pada pasien dengan akne kistik telah dihubungkan dengan kadar catecholamine darah yang lebih tinggi, dan
menurun dengan pengobatan akne. Stres psikologis dari akne dapat berperan dalam mengeksaserbasi selanjutnya dari lesi-lesi akne melalui meningkatnya
kadar catecholamine.
1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Patofisiologi akne
Dikutip dari : Zaenglein LA, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS, Acne vulgaris and acneiform eruptions. In: Wolff K, Goldsmith LA, Kaa SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editors. Fitz patrick’s dermatology n general medicine. 7
th
ed. New York: Mc Graw- Hill Medical; 2008. p. 691.
2. 5. 6. Gambaran klinis
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan
glutea kadang-kadang terkena erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang. Dapat disertai rasa gatal,
namun umumnya keluhan pasien adalah keluhan estetis. Komedo adalah simtom patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung
sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka black comedo, open comedo. Sedang bila
berwarna putih kerana letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup white comedo, close
comedo.
21
Akne vulgaris persisten 82 adalah akne vulgaris yang menetap sejak masa remaja. Mereka memiliki akne vulgaris hampir sepanjang waktu dan dapat
mengalami eksaserbasi selama periode menstruasi. Lesi yang timbul cenderung berupa lesi papulonodular, berlokasi di atas seluruh bagian bawah wajah dan leher.
23
Universitas Sumatera Utara
Akne vulgaris onset lambat timbul setelah pubertas dan dapat dibagi menjadi 2, yaitu a akne vulgaris pada dagu, yaitu akne inflamasi dengan lesi-lesi
di sekitar mulut dan dagu. komedo jarang ditemukan, mengenai wanita dan mengalami eksaserbasi selama periode menstruasi, serta cenderung menjadi
resisten terhadap pengobatan dan menghasilkan eritema paska inflamasi dengan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan skar, serta b akne vulgaris sporadik,
yaitu akne vulgaris yang timbul kemudian tanpa alasan yang jelas atau berhubungan dengan suatu penyakit sistemik. Jenis ini dapat berlokasi dimana
saja. Pada pasien yang berusia lebih dari 60 tahun, lesi ini tampaknya lebih sering pada daerah badan dibandingkan wajah.
23
Tidak diketahui alasan mengapa akne vulgaris persisten pada orang dewasa. Wanita dengan akne vulgaris persisten memiliki sekresi sebum yang lebih
besar dibandingkan yang tanpa akne vulgaris, dan rokok tampaknya menjadi suatu faktor predisposisi bagi keadaan ini sedangkan faktor-faktor eksternal lain seperti
kosmetik, obat-obatan, atau jenis pekerjaan tidak mempunyai pengaruh apapun.
23
Akne vulgaris non inflamasi dengan mikro dan makro komedo dilaporkan lebih sering pada wanita perokok dibandingkan bukan perokok pada wanita usia 25-50
tahun 41,5 berbanding 9,7
24
, suatu fakta yang dikonfirmasi dari penelitian
yang dilakukan oleh Schafer dan kawan-kawan, tahun 2001 yang menyatakan bahwa prevalensi akne vulgaris lebih besar terlihat pada perokok 40,8
dibandingkan bukan perokok 25,5.
25
Merokok tampaknya menjadi suatu faktor yang berperan penting dalam, meningkatkan prevalensi dan menambah
tingkat keparahan akne vulgaris. Kira-kira 50 pasien memiliki riwayat menderita akne vulgaris post adolescent dalam keluarga derajat pertamanya,
suatu faktor yang diketahui meningkatkan risiko terkena akne Vulgaris pada usia dewasa sebesar 3,93 .
26
Sekitar 85 wanita melaporkan simtom-simtom yang memburuk selama periode premenstruasi. Sekitar sepertiga dari wanita-wanita ini memiliki keadaan
hiperandrogenisme.
23
Hiperandrogenisme harus dipertimbangkan pada pasien wanita dengan akne vulgaris yang berat, onset yang mendadak, atau berhubungan
dengan hirsutisme atau gangguan siklus menstruasi. Gejala klinis tambahan hiperandrogenisme antara lain gambaran cushingoid, peningkatan libido,
klitoromegali, suara yang lebih berat, akantosis nigrikans, dan alopesia androgenetika. Wanita dengan hiperandrogenisme dapat memiliki resistensi
Universitas Sumatera Utara
insulin. Mereka memiliki risiko lebih besar untuk terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus.
27
Pasien dengan keadaan seperti ini dan mereka dengan akne vulgaris onset lambat dapat memiliki gangguan metabolik androgen perifer,
ovarium dan adrenal sehingga memerlukan pemeriksaan khusus.
23
Berbagai riwayat pengobatan dalam keluarga harus benar-benar diteliti dan mengeksklusi faktor-faktor pencetus sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu obat-obatan, bahan kosmetik komedogenik, dan rokok.
23,28
GRADASI
Gradasi yang menunjukkan ringan sampai berat penyakit diperlukan bagi pilihan pengobatan. Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris
yang dikemukanan.
21
Menurut Wasitaatmadja pada tahun 1982 di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUIRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membuat gradasi akne
vulgaris sebagai berikut:
21
1. Ringan
: - Beberapa lesi tidak beradang pada 1 predileksi. - Sedikit lesi tidak beradang pada beberapa tempat
predileksi. - Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi.
2. Sedang
: - Banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi. - Beberapa lesi tidak beradang pada lebih dari 1
predileksi. - Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi.
- Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi. 3.
Berat : - Banyak lesi tidak beradang pada lebih dari 1
- Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi predileksi.
Catatan : Sedikit : 5, beberapa: 5-10, banyak : 10 lesi Tidak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul.
Beradang : Pustul, nodus, kista.
Universitas Sumatera Utara
2. 5. 7. Diagnosis banding