memiliki akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 5,4 diklasifikasikan sebagai akne ringan, 40 akne vulgaris sedang, dan 8,6 akne vulgaris berat.
15
Di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari-
Desembar 2008, dari total 5.573 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 107 pasien 1,91 diantaranya merupakan pasien
akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, berusia 0-12 tahun 8,41 , berusia 13-35 tahun 90,6 dan berusis 36-65 tahun 0,93 .
2. 5. 3. Etiologi
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.
21
Akne memiliki etiologi multifaktor. Empat proses kontribusi yang telah diidentifikasi adalah :
22
Sekresi sebum yang meningkat.
Follicular differentiation tidak normal yang mengakibatkan pemblokiran
saluran
pilosebasea
menimbulkan komedo.
Kolonisasi saluran pilosebasea dengan propionibacterium acnes.
Pelepasan mediator inflamasi. Sekresi androgen adalah pemicu utama untuk akne remaja. Namun
demikian, keparahan akne berbeda dari individu ke individu, dimana faktor lain yang akan di pertimbangkan, yaitu :
22
Faktor-faktor genetik anggota keluarga pernah akne.
Faktor-faktor endokrin tingkat hormon androgenik yang lebih tinggi,
karena :
Polycystic ovaries.
kortikosteroid yang berlebihan misalnya, pengobatan steroid dosis tinggi ataupun penggunaan jarang, penyakit Chusing.
Stres psikologis dan depresi.
Faktor-faktor lingkungan seperti :
22
Kosmetik termasuk pelembab moisturizers tertentu, alas bedak dan
pomade hati-hati lanolin, petrolatum, minyak nabati, butyl stearate,
Universitas Sumatera Utara
lauryl alcohol dan asam oleic.
Minyak petroleum yang mengakibatkan chloracne.
Physical occlusion dari headbands dan chin straps misalnya under a violinist’s chin.
Obat merupakan faktor penyebab atau yang memperburuk:
22
Hormonal- systemic steroids, kontrasepsi [termasuk progestrone-
only pill POP, depo-provera, dan lai-lain].
Antiepileptik carbamazepine, phenytoin dan phenobarbital.
Terapi antituberculous ethionamide, isoniazid dan rifampicin.
Lithium dan amoxapine.
Ciclosporin.
Vitamin B.
2. 5.
4. Pengaruh faktor psikoendokrin dan psikoimunologi terhadap timbulnya akne
Stres dicatat sebagai mengakibatkan akne dalam 50. Sebanyak 67 dari siswa medis terhadap timbulnya akne tahun ke-6 menganggap “stres” sebagai
faktor pengaruh yang penting. Walaupun stres emosional dicurigai mengeksaserbasi akne vulgaris, laporan-laporan sebelumnya yang menemukan
pengaruhnya terhadap keparahan akne masih bersifat anecdotal. Hanya sedikit studi eksperimen yang membawa bukti dimana stres secara kenyataan
mengeksaserbasi akne.
5
Dalam studi sebelumnya, Lorenz dan kawan-kawan, telah menunjukkan bahwa jumlah lesi-lesi akne meningkatkan beberapa hari setelah wawancara yang
stressful dimana amarah di picu secara sengaja. Etiopatologi akne yang diketahui menyongkong bahwa ada hubungan psikoendokrin dan psikoimunologi. Hanya
sedikit studi yang menekan hubungan ini, meskipun diketahui bahwa hormon yang dikendalikan oleh sesuatu sirkuit yang dirangkai ke central nervous system
CNS terlibat dalam patogenesis akne. Beberapa mekanisme telah diusulkan
Universitas Sumatera Utara
tentang mengapa stres dapat memperburuk akne vulgaris. Studi-studi sekarang telah menunjukkan bahwa sebum manusia mengekspresikan reseptor fungsional
pada hormon corticotropin-releasing, melanocortins, beta-endorphin, vasoactive intestinal polypeptide, neuropeptide Y dan calcitonin gene-related peptide.
Setelah pengikatan ligand, reseptor-reseptor ini memodulasi produksi cytokines inflamasi, proliferation, differentation, lipogenesis dan metabolisme androgen
dalam sebum. Dengan menggunakan aksi autokrin, parakrin dan endokrin, faktor- faktor neuroendoerine ini kelihatannya meneruskan stres yang di picu secara
sentral ke kelenjar sebasea, akhirnya mempengaruhi masa klinis dari akne. Kortikosteroid dan androgen adrenal yang meningkat, kedua-duanya hormon yang
diketahui memperburuk akne, dilepaskan selama periode-periode stres yang emosional. Zat P bisa menstimulasi lipogenesis kelenjar sebasea yang diikuti oleh
proliferasasi Propionibacterium acnes, dan bisa menghasilkan pengaruh terhadap kelenjar sebasea oleh provokasi reaksi-reaksi inflamasi melalui mast cells.
Akhirnya, stres psikologis dapat memperlambat penyembuhan lesi sampai 40, yang dapat merupakan sebuah faktor dalam perbaikan lesi-lesi akne gambar 2.
5
Gambar 1. Pengaruh faktor psikoendokrin dan psikoimunologi terhadap timbulnya akne.
CNS = Central nervous system, ACTH : Adrenocorticotropin, TSH : Tyroid-stimulating hormone, STH : Somatrotropic hormone
Dikutip dari : Niemeier V, Kupfer J, Gieler U. Acne vulgaris-psychosomatic aspects.
Journal complilation. Blackwell Verlag, Berlin. JDDG; 2006.4:1027-36.
Universitas Sumatera Utara
2. 5. 5. Patofisiologi