Oleh karena itulah pengertian musik sangat Universal, tergantung bagaimana orang memainkannya serta menikmatinya.
Seni musik adalah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi suara adalah elemen musik
paling dasar. Suara musik yang baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan suara dalam suatu waktu,
panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan karakter tersendiri pada setiap musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan melodi tertentu.
Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi melahirkan bunyi yang harmoni.
Kata ”reggae” sebenarnya berasal dari logat afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau
reggae. Pada tulisan ini, maksud dari pada reggae adalah merupakan suatu aliran musik yang berasal dan berkembang di Jamaika dan aliran musik reggae tersebut juga
berkembang pesat di berbagai negara.
1.4.2 Teori
Teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa
atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan, definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis
antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori didalamnya harus terdapat konsep, defenisi dan proposisi, hubungan logis diantara
Universitas Sumatera Utara
konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi.
Berbagai teori dan metode keilmuan dan pendekatan etnomusikologis dengan didukung dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya sangatlah diperlukan untuk
mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan musik sebagai produksi dari tingkah laku manusia the product of behaviour. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Merriam 1964 di dalam bukunya The Antropology of Music mengatakan bahwa “ The ultimate interest of man is man himself, and music part of what he does and part of
what he studies about” ‘perhatian manusia yang utama adalah manusia itu sendiri, dan musik yang termasuk di dalamnya adalah merupakan bagian yang dikerjakan
sebagai dirinya sendiri.’ Meriam ingin mengatakan bahwa dalam mempelajari manusia, salah satu aspek
yang cukup penting untuk mengungkapkannya ialah melalui musik, dimana musik reggae merupakan ungkapan perasaan untuk lebih merdeka dan bebas dalam berkarya
dan menunjukkan identitasnya. Sehingga dengan demikian manusia dan musik adalah dua hal yang saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain musik adalah merupakan produksi dari tata tingkah laku yang sekaligus menjadi gambaran jiwa dan ekspresi seni masyarakatnya.
Lebih lanjut Maran 2005 mengatakan, tidak ada kebudayaan yang bersifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan
semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman. Adapun dalam pembahasan terhadap pokok permasalahan dari penelitian ini
antara lain dalam hal:
Universitas Sumatera Utara
• Teori perkembangan musik populer
Untuk membahas bahwa musik reggae sebagai salah satu musik populer yang selalu berhubungan dengan pertunjukan, media massa dan industri rekaman, Nettl
mengatakan dalam popular Music of The Non-Western World Manuel, 1998:2 bahwa musik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang diorientasikan kepada
penonton, ditampilkan oleh para profesional yang menghargai hasil karya musiknya, mempunyai statistika sendiri tentang musik seni dari suatu budaya yang mulai pada
abad ke-20, persebarannya meluas melalui media massa, radio dan industri rekaman. Jadi jelas bahwa konser-konser musik reggae dalam hal ini sebagai salah satu sub
genre dari musik rock yang sering diadakan, kaset-kaset industri rekaman yang beredar dan media massa yang juga ikut berpartisipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan musik reggae. Dalam mendeskripsikan musik reggae ini, penulis mengacu pada teori
perkembangan musik populer dimana teori ini akan digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan musik reggae sebagai salah satu musik popular yang berkembang
di kota Medan. Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures: Traditional dan Change 1978:171 menawarkan dua pola proses kebudayaan, yaitu modernisasi dan
westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses pengadaptasian yang menonjolkan tampilan dari Barat dengan tujuan untuk memperluas, dengan tidak menggantikan
elemen-elemen utamanya. Westernisasi adalah suatu proses pembaratan, dimana budaya barat telah menjadi budaya tempatan atau asli yang menggantikan elemen-
elemen budaya tempatan atau asli tersebut. Berkaitan dengan perkembangan musik reggae di Medan, kedua pola proses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi oleh
pemusik dan penikmat musik reggae di Medan. Pengaruh modernisasi tercermin dari
Universitas Sumatera Utara
pola pikir mereka yang menyukai musik dan gaya hidup Rastafari yang secara nyata bukan berasal dari budaya Indonesia, pengaruh westernisasi tercermin dari perwujudan
prilaku sosial dan musikal, serta gaya berpakaian yang mereka tiru. Shin Nakagawa dalam bukunya Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar
Etnomusikologi 2000:19-20 mengemukakan tentang pluralisme musik yang hidup berdampingan pluralistic coexistence of music dimana pluralisme kebudayaan
biasanya terjadi pada masyarakat urban yang anggota masyarakatnya bi- dua atau multietnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik tersebut, pertama, saling
mencampur unsur-unsur musik yang ada menjadi sintesis baru dan kedua, masing- masing hidup secara berdampingan.
Untuk memperkuat teori bahwa musik reggae berkembang di kota-kota besar dan menjadi bagian dari kajian Ethnomusikologi, Nettl dalam Recent Directions in
Ethnomusicology 1992:380,384 mengemukakan tentang fenomena Ethnomusicology Urban yang merupakan suatu studi terhadap budaya kaum minoritas dan musik para
imigran. Dalam hal ini dapat dianalisis adalah bahwa gejala urbanisasi memunculkan istilah Ethnomusicology Urban dengan melihat bagaimana telah terjadi transformasi
kota dalam konteks budaya individu yang melahirkan budaya sentramultikultural di pusat kota tersebut. Dikaitkan dengan sejarah awal musik Reggae yang berasal dari
musik rock di Barat, hal inilah yang terjadi hingga akhirnya musik rock dan perkembangannya terus berkembang luas termasuk ke Medan sebagai salah satu kota
besar di Sumatera Utara. Selanjutnya untuk membahas masalah bahwa dalam bidang musik populer
menganut prinsip “sistem bintang” begitu pula yang terjadi pada musik reggae, Manuel 1988:3 mengatakan bahwa “musik populer sering menjadi musik hiburan
Universitas Sumatera Utara
sekulerduniawi yang produksi dan penggunaannya tidak diasosiasikan secara intrinsik dengan fungsi-fungsi perputaran kehidupan tradisional yang khusus atau memiliki satu
“sistem bintang”, dimana media mempromosikan pengaguman terhadap suatu kepribadian yang populer disekitar gaya hidup para musisi, fashion atau kehidupan
pribadi”. Hal ini bertujuan agar antara musisi dan penggemar memiliki jarak dan batas, dimana nantinya akan mengakibatkan rasa ingin tahu yang berlebihan dari penggemar
terhadap musisi idolanya itu. Akhirnya media massa pun akan sangat berperan untuk mendekatkan penggemar secara terus menerus tentang semua hal yang dirasa glamour
dalam berita-berita terbaru dari “bintang” tersebut dan tentu akan membuat para penggemar akan selalu berfantasi akan kehidupan “bintang”nya itu.
Yang lebih relevan lagi, mengenai “sistem bintang” pada musik populer terhadap sejarah munculnya musik reggae adalah yang seperti dijelaskan oleh Mauly
Purba dan Ben M. Pasaribu 2006:8 dalam buku “Musik Populer”, yaitu suatu cara untuk mencari kebaruan dengan adanya kebiasaan-kebiasaan dalam musik populer
yang diabaikan seperti: ada lagu instrumental, tanpa vokal sama sekali; ada penyanyi atau pemain yang dengan sengaja memilih pakaian jelek atau aksesoris dan rambut
yang aneh seolah mengancam; ada lagu yang diambil dari musik klasik atau sumber lain yang tidak “akrab” dengan kebanyakan pendengar musik populer; ada acord atau
ritme yang aneh. Tetapi biasanya keanehan-keanehan ini hanya berfungsi sebagai variasi dan musiknya tetap jalan sebagaimana biasanya. Begitu pula halnya yang
terjadi pada musik reggae, banyak hal-hal baru dalam musik dan penampilan atau fashion para pemusik reggae yang menjadi faktor penarik bagi yang melihat atau
penikmat musiknya dalam hal ini adalah “penggemar”. Dimana yang sangat berperan
Universitas Sumatera Utara
penting sebagai media penghubung adalah media massa yang mendekatkan penggemar dan “bintang”nya.
• Analisis terhadap penyajian pertunjukan
Teori yang digunakan untuk hal ini adalah yang diajukan oleh Alan P. Merriam dan Andrienne L. Keappler.
Merriam dalam bukunya The Anthropology of Music 1964 mengatakan bahwa dalam menganalisis suatu penyajian pertunjukan musikal penting diperhatikan
mengenai elemen-elemen, bunyi musikal, konsep-konsep mengenai musik dan tingkah laku manusia berhubungan dengan bunyi musikal yang mempengaruhi terhadap
konsep-konsep musik. Di sisi lain, Keappler 1972 menekankan pada etnologi pertunjukan yang
menggabungkan analisi emik dan analisis etik. Analisis emik adalah penggambaran suatu peristiwa pertunjukan menurut cara pandang masyarakat pendukung itu sendiri.
Analisis etik adalah penggambaran pertunjukan dengan cara pandang teoritis dari penelitian peristiwa pertunjukan tersebut.
• Teori Difusi
Teori ini mengemukakan bahwa suatu kebudayaan dapat menyebar kekebudyaan lain melalui kontak budaya. Karena teori ini berpijak pada alasan adanya
suatu sumber budaya, maka sering juga disebut dengan teori monogenesis lahir dari suatu kebudayaan. Lawannya adalah teori poligenesis, yang menyatakan bahwa
beberapa kebudayaan mungkin saja memilki persamaan ide, aktivitas, maupun benda. Tetapi persamaan kebudayaan itu bukan menjadi suatu alasan adanya satu sumber
kebudayaan. Bisa saja persamaan itu secara kebetulan, karena adanya unsur universal dalam diri manusia.
Universitas Sumatera Utara
Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali
tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat- alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film dan
televisi Koentjaraningrat,2002: 246-247. Jadi tidak heran jika seandainya gaya bermusik dan gaya visual seorang pecinta musik reggae dalam waktu kurang dari
sebulan atau bahkan seminggu telah ditiru oleh remaja di Indonesia karena adanya televisi, intenet, dan TV kabel.
1.5 Metode Penelitian