Warna Merah, Emas Kuning, Hijau Uye dan Woyo Singa

tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional. 4 Gambar 5. Tali pinggang Gambar 6. Selendang Gambar 7. Gelang Gaya hidup Bob Marley dengan rambut dreadlock-nya, menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Sejalan dengan perkembangan musik reggae, maka dreadlock merupakan simbol atau lambang musik reggae. Dan saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara salah kaprah orang menganggap bahwa para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit locks itu

2.3.3. Warna Merah, Emas Kuning, Hijau

Di bawah ini adalah beberapa gambar assesoris tubuh atau benda-benda yang di warnai dengan warna merah, emas, dan hijau. 4 REGGAE MUSIK SPIRITUAL, DAN PERLAWANAN, 2008;42 Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Bendera Gambar 9. Topi Warna merah, emas kuning, hijau adalah lambang gerakan Rastafari, dan kesetiaan kaum Rasta terhadap Haile Selassie, Ethopia, dan Afrika dan bukan kepada negara modern manapun di mana mereka kebetulan tinggal. Menurut kaum Rastafarian warna ”merah” melambangkan darah para martir, warna ”emas” melambangkan kekayaan dan kemakmuran, dan warna ”hijau” melambangkan tetumbuhan di Afrika. Sama halnya dengan daun marijuana dan rambut gimbal Dreadlock, warna merah, emas kuning, hijau juga dianggap sebagai simbol atau lambang musik reggae. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa contoh gambar di atas yang menunjukkan beberapa assesoris yang memakai warna merah, emas, hijau.

2.3.4. Uye dan Woyo

Kata ”uye” dan ”woyo” adalah kata salam ”damai” bagi para penggemar musik reggae. Sebenarnya kata ini tidak hanya diucapkan kepada sesama penggemar musik reggae, tetapi dapat juga diucapkan kepada semua orang, karena motto musik reggae itu sendiri adalah ”Cinta Damai”. Kata ini sering sekali kita dengarkan pada banyak lagu-lagu reggae, misalnya pada lagu-lagu Bob Marley, Coconut Head, Kamuajo, Day Afternoon, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kata ”uye” dan ”woyo” dianggap sebagai salah satu ciri khas juga sebagai identitas musik reggae.

2.3.5. Singa

Universitas Sumatera Utara Singa adalah simbol “Haile Selassie”. Yesus kristus digambarkan sebagai “Singa dari Yehuda” dalam Alkitab, dan untuk alasan ini, Haile Selassie dipandang sebagai reinkarnasi dari Yesus. Namun, dalam urutan Nyabinghi dan Bobo Shanti sub- divisi, Singa dari Yehuda dipandang sebagai simbol Tuhan atau Jah, karena itu Haile Selassie dianggap sebagai Tuhan atau Jah. Gambar 5. Singa sebagai simolo reggae Universitas Sumatera Utara

BAB III PERKEMBANGAN MUSIK REGGAE DI KOTA MEDAN

3.1. Perkembangan Musik Reggae di Indonesia

Sebelum menulis bagaimana perkembangan musik reggae di Indonesia, penulis terlebih dahulu membahas bagaimana sejarah masuknya dan perkembangan musik reggae di Indonesia Koentjaraningrat 2002;246-247 mengatakan, Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi. Berkembangnya musik Reggae di Indonesia secara umum dikenal lewat radio dan televisi. Namun sejarah reggae di Indonesia banyak orang yang tidak mengetahui bahkan musisi reggae kurang paham, jika ditanya siapa band awal mula yang pertama kali memainkan musik reggae. Sekitar tahun 1980, musik reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah Abreso sebuah band dengan genre reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan, Jamming. Musik Reggae di Indonesia mulai berkembang. Hal ini dapat kita lihat melalui munculnya band-band beraliran musik reggae. Berikut ini adalah data band reggae di Indonesia di era tahun 1980 – 1990-an. Universitas Sumatera Utara