42
residual nilai tersebut Ade Fatma et al,2007:34. Jika varians sama maka disebut homoskedastisitas. Sedangkan, jika varians tidak sama, inilah yang disebut
dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini dapat dilakukan melalui uji Glejser, dengan
pengambilan keputusan jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
Apabila probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5, maka dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas Situmorang dan Lufti, 2012:116
a. Grafik Scatterplot
Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Gambar 4.3 Scatterplot variabel terikat Audit Delay
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu, dan tersebar baik di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Universitas Sumatera Utara
43
b. Uji Glejser
Tabel 4.3 Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
22,278 6,188
3,600 ,000
Skor_Kinerja -2,506
1,875 -,105
-1,336 ,183
TKD 10,207
4,391 ,168
2,324 ,021
Temuan 330,263
442,655 ,059
,746 ,457
Opini -2,671
3,580 -,055
-,746 ,457
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Pada Tabel 4.3 menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat absolut Ut absut. Hal ini terlihat
dari nilai signifikansi variabel Skor Kinerja, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit masing-masing di atas lebih besar dari 5, dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu e
t
pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelum e
t-1
Ade Fatma et al,2007:34. Pengujian ini menggunakan Durbin-Watson Test.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model Change Statistics
Durbin-Watson df1
df2 Sig. F Change
1 4
a
181 ,000
1,176
a. Predictors: Constant, Opini, TKD, Temuan, Skor_Kinerja b. Dependent Variable: Audit_Delay
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Pada Tabel 4.4 terlihat nilai Durbin-Watson sebesar 1,176, dengan n = 186 dan k = 4, maka nilai dl = 1,7163 dan du = 1,8041. Nilai Durbin-Watson sebesar
1,176 yang lebih kecil dari batas atas du 1,8041 dan kurang dari 4 – 1,8041 4 – dU dengan demikian keputusannya adalah tidak ada autokorelasi positif atau
negatif.
4. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Jika terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan, jika tidak terdapat korelasi antara variabel bebas, maka tidak terjadi
multikolinieritas. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor VIF. Jika VIF
10 dan nilai tolerance 0,1 maka tidak terjadi masalah multikolinieritas.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
Skor_Kinerja ,842
1,188 TKD
,997 1,003
Temuan ,843
1,186 Opini
,975 1,025
a. Dependent Variable: AUDIT_DELAY
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Tabel 4.5 Menunjukkan tidak ada masalah multikolinieritas, hasil uji Variance Inflation Factor VIF untuk Skor Kinerja, Tingkat Ketergantungan
Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit masing-masing menunjukkan nilai kurang dari 10 VIF 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.
4.2.3 Pengujian Hipotesis 1. Uji Signifikansi Serempak f-test
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang terdiri dari Akuntabilitas Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini
audit dan temuan audit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat
signifikansi sebesar 5 atau 0,05. Bentuk pengujiannya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
46
a. H
: b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= b
5
= 0, artinya secara serempak Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini audit dan
temuan audit berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay LKPD pemerintah kabupatenkota di Indonesia.
b. H
a
: minimal satu b
i
≠ 0, artinya secara serempak Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini audit dan temuan audit
berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay LKPD pemerintah kabupatenkota di Indonesia.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan F
hitung
dengan F
tabel
dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho diterima H
a
ditolak jika F
hitung
≤ F
tabel
pada α = 5 Ho ditolak H
a
diterima jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5
Tabel 4.6 Hasil Uji-F
ANOVA
a
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
9338,772 4
2334,693 5,627
,000
b
Residual 75105,035
181 414,945
Total 84443,806
185
a. Dependent Variable: Audit_Delay b. Predictors: Constant, Opini, TKD, Temuan, Skor_Kinerja
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Universitas Sumatera Utara
47
Hasil uji F pada Tabel 4.6 diperoleh nilai Sig.F sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai F
hitung
sebesar 5,627 yang lebih besar dari F
tabel
yaitu 2,42 Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H
a
diterima, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini
Audit dan Temuan Audit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay LKPD pemerintah KabupatenKota di
Indonesia.
2. Uji Signifikansi Parsial t-test
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas, yaitu Akuntabilitas Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini
audit dan temuan audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay pada LKPD pemerintah kabupatenkota di Indonesia.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi sebesar 5 atau 0,05.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t
hitung
dengan nilai t
tabel
. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:
Jika t-hitung t-tabel, maka Ho diterima. Jika t-hitung t-tabel, maka Ha diterima.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.7 Hasil Uji-t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
168,139 10,254
16,398 ,000
Skor_Kinerja -6,871
3,107 -,169
-2,211 ,028
TKD 9,055
7,276 ,087
1,244 ,021
Temuan 1346,069
733,442 ,140
1,835 ,048
Opini -12,438
5,931 -,149
-2,097 ,037
a. Dependent Variable: AUDIT_DELAY
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Dari Tabel 4.7 dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
� = 168,139 − 6,871�
1
+ 9,055 �
2
+ 1346,069 �
3
− 12,438�
4
+ �
1. Konstanta a sebesar 168,139 memiliki arti apabila tidak ada variabel bebas
Akuntabilitas Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Dearah, opini audit dan temuan audit maka Audit Delay bernilai 168,139.
2. Variabel Skor Kinerja berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan
tingkat signifikansi 0,028 0,05 dan nilai t
hitung
t
tabel
yakni -2,211 1.65336, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya akuntabilitas
kinerja berpengaruh tidak signifikan terhadap audit delay. 3.
Variabel Tingkat Ketergantungan Daerah berpengaruh positif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,021 0,05 dan nilai t
hitung
1,244 t
tabel
1.65336, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tinggat ketergantungan daerah berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay .
Universitas Sumatera Utara
49
4. Variabel Temuan Audit berpengaruh positif terhadap Audit Delay dengan
tingkat signifikansi 0,048 0,05 dan nilai t
hitung
1,835 t
tabel
1.65336, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya temuan audit berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay. 5.
Variabel Opini Audit berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,037 0,05 dan nilai t
hitung
-2,097 t
tabel
1.65336, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya opini audit berpengaruh tidak signifikan
terhadap Audit Delay.
3. Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Apabila nilai R
2
mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas secara keseluruhan berpengaruh besar
terhadap variabel terikat. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak ada hubungannya dengan variabel terikat.
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Change Statistics
R Square Change
F Change 1
,333
a
,111 ,091
20,37020 ,111
5,627 a. Predictors: Constant, OPINI, TKD, TEMUAN, SKOR_INERJA
Universitas Sumatera Utara
50
b.
Dependent Variable: AUDIT_DELAY
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Berdasarkan Uji Koefisien Determinasi diketahui bahwa R sebesar 0,333 yang berarti hubungan antara Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat
Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit terhadap audit delay sebesar 33,3.
Adjusted R Square sebesar 0,091 berarti 9,1 faktor yang berpengaruh terhadap Audit Delay dapat dijelaskan oleh Skor Kinerja, Tingkat Ketergantungan
Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 90,9 dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan pengujian secara serempak diketahui bahwa nilai F
hitung
sebesar 5,627 dengan nilai Signifikansi sebesar 0,000, maka dapat disimpulan bahwa Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Daerah,
Opini Audit dan Temuan Audit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay LKPD pemerintah KabupatenKota di
Indonesia. Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
51
1. Pengaruh Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Terhadap Audit Delay
Variabel Skor Kinerja berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,028 0,05 dan nilai t
hitung
t
tabel
yakni -2,211 1.65336, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya akuntabilitas kinerja berpengaruh tidak
signifikan terhadap audit delay. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan
akuntabilitas kinerja dengan proksi skor kinerja mempunyai pengaruh negatif terhadap audit delay diterima. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fachrurozi 2014 dan Hardini 2015 yang menyatakan bahwa
akuntabilitas kinerja tidak berpengaruh terhadap audit delay. 2. Pengaruh Tingkat Ketergantungan Daerah Terhadap Audit Delay
Variabel Tingkat Ketergantungan Daerah berpengaruh positif terhadap Audit Delay
dengan tingkat signifikansi 0,021 0,05 dan nilai t
hitung
1,244 t
tabel
1.65336, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tinggat ketergantungan daerah berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay.
Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan
daerah berpengaruh negatif terhadap audit delay ditolak. Hal Ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Ilna 2015 dan Muladi 2014 yang keduanya
menyatakan bahwa tingkat ketergantungan daerah tidak berpengaruh. 3. Pengaruh Temuan Audit Terhadap Audit Delay
Variabel Temuan Audit berpengaruh positif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,048 0,05 dan nilai t
hitung
1,835 t
tabel
1.65336, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya temuan audit berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan bahwa temuan audit
Universitas Sumatera Utara
52
oleh BPK mempunyai pengaruh positif terhadap audit delay diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Muladi 2014 yang menyatakan bahwa variabel temuan
audit berpengaruh positif terhadap audit delay. Temuan audit dalam penelitian ini adalah seberapa besar kerugian dalam rupiah yang ditemukan BPK terhadap
laporan keuangan pemerintah daerah. 4. Pengaruh Opini Audit Terhadap Audit Delay
Variabel Opini Audit berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,037 0,05 dan nilai t
hitung
-2,097 t
tabel
1.65336, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya opini audit berpengaruh tidak signifikan
terhadap Audit Delay. Dengan demikian, hipotesis 4 yang menyatakan bahwa
opini audit memiliki pengaruh positif terhadap audit delay ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardini 2015 yang menyatakan bahwa opini auditor
berpengaruh negatif terhadap audit delay. Namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Muladi 2014 yang menyatakan bahwa opini audit berpengaruh
positif terhadap audit delay.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah skor kinerja, tingkat ketergantungan daerah, temuan audit
dan opini audit secara serempak berpengaruh terhadap audit delay pada laporan keuangan pemerintah daerah LKPD. Secara parsial menunjukkan bahwa
akuntabilitas kinerja dan opini audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap audit delay , tingkat ketergantungan daerah berpengaruh postif dan tidak
signifikan sedangkan temuan audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
5.2 Saran
1. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan pengukuran audit delay dengan
mengitung hari, dari tanggal setelah neraca 31 Desember hingga tanggal dikumpulkannya laporan keuangan ke BPK, dan dilanjutkan dengan
menghitung banyaknya hari dari terbit surat tugas audit hingga terbitnya laporan audit oleh BPK. Hal ini dimaksudkan agar jeda yang terdapat pada
tanggal setelah dikumpulkannya laporan keuangan daerah ke BPK hingga tanggal dikeluarkannya surat tugas tidak ikut terhitung.
2. Penelitian terkendala pada updating data. Penelitian berikutnya diharapkan
dapat menggunakan data yang lebih baru sehingga diharapkan dapat
Universitas Sumatera Utara