Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Dian. 2009. Skripsi. Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah di Kota Medan. Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Admin. 2015. Jasa Perbankan Syariah Baru Tersalur di 10 Kabupaten/Kota Sumut. http://www.jelasberita.com/2015/06/15/jasa-perbankan-syariah-baru-tersalur-di-10-kabupatenkota-sumut/
Arison, Laudryans. 2002. Persepsi Masyarakat Kotamadya Banda Aceh Terhadp Pembukaan Bank Syariah BNI Cabang Banda Aceh. Jakarta: Universitas Indonesia.
Admin. 2015. OJK Gali Potensi Produk Keuangan Syariah.
http://www.syariahfinance.com/keuangan/384-ojk-gali-potensi-produk-keuangan-syariah.html
Admin. 2015. Pengembangan Keuangan Syariah Membutuhkan Sinergi.
http://www.syariahfinance.com/keuangan/356-pengembangan-keuangan-syariah-membutuhkan-sinergi.html
Haryadi. 2007. Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah. Purwokerto : Fakultass Ekonomi Universitas Jendral Soedirman.
Mu’allim, Amir. 2003. Persepsi Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. Nur, M. Rianto Al Arif. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Raisa Adila. 2015. Lembaga Keuangan Syariah RI Tempati Peringkat Ketiga Dunia. http://economy.okezone.com/read/2015/04/30/457/1142400/lembaga-keuangan-syariah-ri-tempati-peringkat-ketiga-dunia
S. Burhanuddin. 2010. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Umer, M. Chapra dan Habib Ahmed. 2008. Corporate Governance Lembaga
(2)
(3)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di Medan. Selain itu variabel-variabel yang yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan antara lain (1) Pendidikan (2) Usia dan (3) Pelayanan. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terdiri dari Mahasiswa, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta,Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif karena dilakukan untuk mencari informasi faktual dan mengidentifikasi suatu masalah. Kemudian diintepretasikan dengan tepat dan akurat sehingga dapat ditarik kesimpulan dan dievaluasi.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di seluruh kecamatan yang ada di Kota Medan. Waktu penelitian adalah pada Februari 2016 sampai Maret 2016.
(4)
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah :
1. Persepsi adalah anggapan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan yang akan di crosstab.
2. Lembaga Keuangan Syariah adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan yang berasaskan prinsip-prinsip syariah. 3. Usia yang dimaksud adalah lama hidup yang dijalani responde sampai penelitian
ini,
4. Pendidikan yang dimkasud adalah jenjang pendidikan formal terakhir responden, usia ini dihitung dalam tahun.
5. Pelayanan yang dimkasud adalah pandangan responden terhadap kualitas pelayanan yang di berikan oleh bank sesuai dengan pengetahuan responden terhadap pelayanan itu, di ukur dengan skala .
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian (Muhamad, 2008). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kota Medan yang menggunkan lembaga keuangan syariah.
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik nonprobability sampling yang
(5)
memilih orang-orang terseleksi berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ibid). Penulis mengambil sampel sebanyak 50 orang .
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah langsung sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya (Muhamad, 2008), yaitu melalui kuesioner yang diberikan kepada masyarakat di Kota Medan.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Ibid), yaitu data dari Badan Pusat Statistik, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui
literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain.
2. Kuesioner, peneliti membuat daftar pertanyaan kepada masyarakat Kota Medan dimana pertanyaan yang dibuat relevan dengan penelitian yang dilakukan ditujukan.
(6)
3.7 Teknik Analisis
Dalam penelitian ini, penulis melakukan teknik analisis data dengan menggunakan program komputer SPSS 23 yaitu untuk menganalisis secara crosstab dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam software Microsoft Excel untuk dilakukan tabulasi. dan akan mendeskriptifkan dengan menggunakan software Microsoft Word.
(7)
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan adalah Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3° 27' – 3° 47' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota / kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar dan meningkat setiap tahunnya. Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur (BPS Sumatera Utara, 2015).
Dalam pembangunan Kota Medan, terdapat lima pelaku yang paling menonjol; Pemerintah, Swasta (dunia usaha), Masyarakat, Profesional, dan Intelektual. Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, selain dikenal sektor publik yang diperankan oleh Pemerintah juga tidak kalah pentingnya sektor swasta dan masyarakat. Bahkan dilihat dari kontribusi masing-masing sektor, sektor swasta memberikan sumbangan jauh lebih besar, bahkan mencapai 80% dari total investasi yang ada. Dengan demikian sektor Pemerintah hanya memberikan sumbangan 20%. Pemko Medan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat untuk terlibat tidak saja dalam aktivitas-aktivitas yang diorientasikan mencari laba, namun juga kegiatan pembangunan kota secara keseluruhan (www.pemkomedan.go.id diakses 13 Maret 2016).
(8)
Jumlah penduduk di Kota Medan sebanyak 2.191.140 orang (2014) yang tersebar pada 21 kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Medan
Kecamatan Jumlah
Medan Tuntungan 84 775
Medan Johor 130 414
Medan Amplas 121 362
Medan Denai 145 677
Medan Area 98 955
Medan Kota 74 406
Medan Maimun 40 624
Medan Polonia 55 369
Medan Baru 40 519
Medan selayang 104 454 Medan Sunggal 115 687 Medan Helvetia 149 806 Medan Petisah 63 333
Medan Barat 72 620
Medan Timur 111 369
Medan Perjuangan 95 790 Medan Tembung 137 062
Medan Deli 178 147
Medan Labuhan 116 357 Medan Marelan 156 394 Medan Belawan 98 020
Total 2 191 140
Sumber: BPS (Data diolah) 4.2 Profil Responden
Responden yang menjadi target dalam penelitian ini adalah seluruh kalangan masyarakat yang menegetahui tenatang lembaga keuangan syariah baik itu telah menjadi nasabah atau tidak menjadi nasabah lembaga keuangan syariah tersebut yang berjumlah total sebanyak 50 responden.
(9)
4.2.1 Data Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diolah maka dapat diketahui secara umum umur berkisar antara 20-30 tahun dan 31-40 tahun.
Tabel 4.2
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Kelempok
Umur Frekuensi Persentase
20-30 34 68
31-40 12 24
41-50 2 4
>50 2 4
Total 50 100
Sumber : Data Primer Diolah
Sebagian besar responden yang mengisi kuesioner secara rata-rata berusia antara 20-40 tahun yaitu berjumlah 46 orang. Data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas.
4.2.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan status masing-masing responden maka dapat pula dilihat pada tabel 4.4 bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA, yakni sebanyak 25 (50%) responden. Responden yang berasal dari kalangan Sarjana berjumlah 19 orang dan sisanga sebanyak 6 orang berasal dari Diploma 3 .Profil responden berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.3
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Tingkat
Pendidikan Frekuensi Persentase
SMA 25 50
D-3 6 12
S-1 19 38
Total 50 100
(10)
4.2.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tabel 4.4 menyajikan distribusi frekuensi mengenai tingkat pendapatan dari responden penelitian. Diketahui mayoritas responden memiliki pendapatanpada kelompok pendapatan 3,1 juta sampai 5 juta yakni sebanyak 16 orang.
Tabel 4.4
Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat
Pendapatan Frekuensi Persentase
<1,5 Juta 9 18
1,5 - 3 Juta 15 30
3,1 - 5 Juta 16 32
> 5 Juta 10 20
Total 50 100
Sumber: Data Primer Diolah
Adapun tingkat pendapatan 1,5 sampai 3 juta berjumlah 15 responden diikuti responden dengan berpendapatan lebih besar dari 5 juta sebanyak 10 orang dan sisanya sebanyak 9 orang berpendapatan kurang dari 1,5 juta.
4.2.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
Tabel 4.5 menyajikan distribusi frekuensi mengenai pekerjaan dari responden penelitian. Diketahui mayoritas responden berstatus sebagai mahasiswa yakni sebanyak 14 orang dan mayoritas masyarakat bekerja sebagai pengawai swasta yakni sebanyak 16 orang.
Tabel 4.5
Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Wirausaha 12 18
Mahasiswa 14 30
Pengawai Swasta 16 32
(11)
Total 50 100
4.3 Analisis Crosstab
Analisis crosstab digunakan untuk melihat tabulasi silang antara umur, pendapatan, dan pendidikan terhadap analisis persepsi masyarat mengenai lembaga keuangan syariah di Kota Medan.
4.3.1 Umur – Persepsi Masyarakat Mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan
Tabel 4.6 dibawah menjelaskan hubungan antara umur terhadap persepsi masyarakat mengenai lembaga keuangan syariah.
Tabel 4.6
Persepsi Responden Memilih Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Umur
Dasar Memilih Lembaga Keuangan Syariah
Kelompok Umur
20-30 31-40 41-50 >50 Total
Mudah dan dekat 1 2 0 0 3
Berbasis keagamaan 5 0 0 1 6
Terhindar dari riba 16 7 1 1 25
Sedikit potongan 5 1 0 0 6
Lebih aman 4 1 1 0 6
Ingin mencoba 1 1 0 0 2
Bersistem baik 2 0 0 0 2
Total 34 12 2 2 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.6, untuk pernyataan dasar memilih lembaga keuangan syariah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan menghindari riba, yakni sebanyak 25 responden. Dari 25 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
(12)
Tabel 4.7
Persepsi Responden Kepada Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Umur
Tingkat Kepercayaan Kelompok Umur
20-30 31-40 41-50 >50 Total
Menjunjung aturan Islam 2 3 1 2 8
Tidak tahu 2 0 0 0 2
Bank syariah berbeda dengan bank konvensional 1 1 0 0 2 Banyak menggunakan Lembaga Keuangan Syariah 3 0 0 0 3
Bank syariah kurang terbuka 0 2 0 0 2
Memiliki kata "syariah 2 0 0 0 2
Aman dan baik 6 3 0 0 9
Berpedoman dari Al Quran dan Sunnah 1 0 0 0 1
Ya, tanpa alasan 17 3 1 0 21
Total 34 12 2 2 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.7, untuk pernyataan mengenai tingkat kepercayaan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya, tanpa alasan, yakni sebanyak 21 responden. Dari 21 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
Tabel 4.8
Persepsi Responden Bahwa Lembaga Keuangan Syariah Lebih Menguntungkan Dan Adil Berdasarkan Kelompok Umur
Lebih Untung dan Lebih Adil Secara Ekonomi Kelompok Umur Total 20-30 31-40 41-50 >50
Lembaga Keuangan Syariah tidak berebeda 1 0 0 0 1
Sesuai akad di awal 3 2 0 0 5
Sesuai dengan nasabah 5 0 0 0 5
Lembaga Keuangan Syariah lebih menguntungkan 7 4 0 2 13
Memberikan keuntungan sesuai akad 3 0 0 0 3
Sedikit potongan 4 2 0 0 6
Lembaga Keuangan Konvensional dan syariah
sama-sama menguntungkan 5 1 0 0 6
Adil secara ekonomi namun tidak lebih untung 1 2 1 0 4
Tidak terlalu 2 1 0 0 3
Ya, tanpa alasan 3 0 1 0 4
Total 34 12 2 2 50
(13)
Berdasarkan Tabel 4.8, untuk pernyataan mengenai lebih untung dan lebih adil secara ekonomi, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan lembaga keuangan syariah memberikan keuntungan, yakni sebanyak 13 responden. Dari 13 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
Tabel 4.9
Persepsi Responden terhadap sifat Saling Menguntungkan Berdasarkan Kelompok Umur
Bersifat Saling Menguntungkan Kelompok Umur Total 20-30 31-40 41-50 >50
Sesuai akad dan perjanjian diawal 8 2 1 0 11
Bersifat universal banyak
menguntungkan 4 3 0 1 8
Tidak semua dapat menerimnya 2 1 1 0 4
Bagi nasabah muslim
menguntungkan 1 1 0 0 2
Lembaga Keuangan Syariah tidak
mengunakan bunga 6 4 0 0 10
Ya, tanpa alasan 7 1 0 1 9
Tidak, tanpa alasan 6 0 0 0 6
Total 34 12 2 2 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.9, untuk pernyataan mengenai bersifat saling menguntungkan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan sesuai akad dan perjanjian, yakni sebanyak 11 responden, dan juga responden banyak menjawab dengan pilihan lembaga keuangan syariah tidak mengunakan bunga 10 responden. Dari 11 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun. Dari 10 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
(14)
Tabel 4.10
Persepsi Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah Adalah Lembaga Keuangan Islami berdasarkan Kelompok Umur
LKS Adalah Lembaga Keuangan Islami
Kelompok Umur
Total 20-30 31-40 41-50 >50
Mengikuti dahlil sunnah 6 4 0 1 11
Lembaga Keuangan syariah tidak
menjalakan pada semestinya 2 0 0 0 2
Ya karena tidak memilki bunga 7 4 0 0 11
Belum islami 6 0 0 1 7
Ya karena produk bersifat islami 0 2 0 0 2
Ya tanpa alasan 13 2 2 0 17
Total 34 12 2 2 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.10, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan islami, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 17 responden. Dari 17 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 30 tahun.
Tabel 4.11
Persepsi Responden Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Akan Memberikan Penyelesaian Masalah Nasabah Berdasarkan Kelompok Umur
LKS Akan Memberikan Penyelesaian Masalah
Kelompok Umur
Total
20-30 31-40 41-50 >50
Ya dengan memberikan layana call
center 3 1 0 0 4
Ya akan mendapatkan perhatian yang
lebih kepada nasabahnya 1 0 0 1 2
Lembaga Kuangan Syariah membrikan pinjaman uang dengan
bunga yang kecil 6 4 0 1 11
ya karena Lembaga Keuangan Syariah takut nasabah beralih ke Lembaga
Keuangan yang lain 2 1 0 0 3
Ya tanpa alasan 20 3 0 0 23
Tidak 2 3 2 0 7
Total 34 12 2 2 50
(15)
Berdasarkan Tabel 4.11, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah akan memberikan penyelesaian masalah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 23 responden. Dari 23 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
Tabel 4.12
Persepsi Responden Lembaga Keuangan Syariah Pelayanan Cepat dan Mudah Berdasarkan Kelompok Umur
LKS Pelayanan Cepat dan Mudah
Kelompok Umur
Total 20-30 31-40 41-50 >50
Lumayan mudah dan cepat 0 2 0 0 2
Sesuai lembaga keuangannya 2 2 1 0 5
Belum tentu 2 0 0 1 3
Tidak 5 1 0 1 7
Iya tanpa alasan 25 7 1 0 33
Total 34 12 2 2 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.12, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah pelayanan cepat dan mudah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 33 responden. Dari 33 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
Tabel 4.13
Persepsi Responden terhadapKaryawan Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Umur
Karyawan LKS yang Ramah dan Sopan
Kelompok Umur
Total 20-30 31-40 41-50 >50
Semua karyawan Lembaga
Keuangan Syariah sopan 2 1 0 0 3
Iya karena selalu ucpkan salam 3 0 1 0 4
Ya tanpa alasan 29 11 1 2 43
Total 34 12 2 2 50
(16)
Berdasarkan Tabel 4.13, untuk pernyataan mengenai karyawan lembaga keuangan syariah yang ramah dan sopan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 43 responden. Dari 43 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
Tabel 4.14
Persepsi Responden terhadap Jenis Formulir yang Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh berdasarkan Kelompok Umur
Jenis Formulir yang Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh
Kelompok Umur
Total 20-30 31-40 41-50 >50
Tergantung lembaga keuanganya 2 0 1 1 4
Tidak 3 0 0 0 3
Iya tanpa alasan 29 12 1 1 43
Total 34 12 2 2 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.14, untuk pernyataan mengenai jenis formulir yang selalu tersedia dan mudah diperoleh, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 43 responden. Dari 43 responden tersebut, mayoritas responden berada di usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
4.3.2 Pendapatan – Persepsi Masyarakat Mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan
Tabel 4.14 dibawah menjelaskan hubungan antara umur terhadap persepsi masyarakat mengenai lembaga keuangan syariah.
(17)
Tabel 4.15
Persepsi Responden Terhadap Memilih Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Pendapatan
Dasar Memilih Lembaga Keuangan Syariah
Kelompok Pendapatan
Total < 1,5 1,5 - 3 3,1 - 5 > 5
Mudah dan dekat 1 0 2 0 3
Berbasis keagamaan 1 2 2 1 6
Menghindari dari riba 5 8 6 6 25
Potongan perbulannya lebih kecil 1 1 2 2 6
Lebih aman 0 1 4 1 6
Ingin mencoba coba 0 2 0 0 2
System yang lebih baik 1 1 0 0 2
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.15, untuk pernyataan dasar memilih lembaga keuangan syariah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan menghindari riba, yakni sebanyak 25 responden. Dari 25 responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 1,5 juta sampai dengan 3 juta.
Tabel 4.16
Persepsi Responden Terhadap Tingkat Kepercayaan terhadap Lembaga Keuangan syariah Berdasarkan Kelompok Pendapatan
Tingkat Kepercayaan Kelompok Pendapatan Total
< 1,5 1,5 - 3 3,1 - 5 > 5
Menjujung syariah Islam 1 2 2 3 8
Tidak tahu 1 0 1 0 2
Lembaga keuangan syariah berbeda dengan
Lembaga kuangan konvensional 0 1 1 0 2
Banyak mengunakan Lembaga
Keuangan Syariah 0 2 1 0 3
Bank syariah kurang terbuka terhadap 0 1 1 0 2
Memiliki kata syariah 1 0 0 1 2
Aman dan baik 1 0 5 3 9
Lembaga Keuangan Syariah Berpedoman
dari Alquran dan sunnah 0 0 1 0 1
YA. Tanpa alasan 5 9 4 3 21
Total 9 15 16 10 50
(18)
Berdasarkan Tabel 4.16, untuk pernyataan mengenai tingkat kepercayaan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya, tanpa alasan, yakni sebanyak 21 responden. Dari 21 responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 1,5 juta sampai dengan 3 juta.
Tabel 4.17
Persepsi Responden Terhadap Keuntungan dan Lebih Adil Secara Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pendapatan
Lebih Untung dan Lebih Adil Secara Ekonomi
Kelompok Pendapatan
Total < 1,5 1,5 - 3 3,1 - 5 > 5
Lembaga konvensional dan
Lembaga keuangan
Syariah tidak ada yang
berbeda 1 0 0 0 1
Sesuai akad di awal 0 0 5 0 5
Sesuai dengan nasabah 2 1 2 0 5
Lembaga Keuangan
Syariah lebih
memguntugan 2 3 4 4 13
Memberikan kuntugan
sesuai akad 0 3 0 0 3
Sedikit potongan 0 2 1 3 6
Lembaga Keuangan
Konvensional dan syariah sama-sama
menguntungkan 2 1 1 2 6
Adil secara ekonomi
namun tidak lebih untung 1 1 2 0 4
Tidak terlalu 0 2 1 0 3
Ya, tanpa alasan 1 2 0 1 4
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.17, untuk pernyataan mengenai lebih untung dan lebih adil secara ekonomi, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan lembaga keuangan syariah memberikan keuntungan, yakni sebanyak 13
(19)
responden. Dari 13 responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 3,1 juta sampai di atas 5 juta.
Tabel 4.18
Persepsi Responden Terhadap sifat Saling Menguntungkan Berdasarkan Kelompok Pendapatan
Bersifat Saling Menguntungkan Kelompok Pendapatan Tota l < 1,5 1,5 – 3 3,1- 5 > 5
Sesuai akad dan perjanjian diawal 1 3 4 3 11
Bersifat universal banyak
menguntungkan 1 3 3 1 8
Tidak semua dapat menerimnya 0 1 3 0 4
Bagi nasabah muslim
menguntungkan 1 1 0 0 2
Lembaga Keuangan Syariah tidak
mengunakan bunga 2 1 2 5 10
Ya tanpa alasan 1 5 2 1 9
Tidak tanpa alasan 3 1 2 0 6
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.18, untuk pernyataan mengenai bersifat saling menguntungkan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan tergantung perjanjian, yakni sebanyak 11 responden. Dari 11 responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 3,1 juta sampai dengan 5 juta.
Tabel 4.19
Persepsi Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah Adalah Lembaga Keuangan Islami berdasarkan Kelompok Pendapatan
LKS Adalah Lembaga Keuangan Islami
Kelompok Pendapatan
Total < 1,5 1,5 - 3 3,1 - 5 > 5
Mengikuti dahlil sunnah 1 3 4 3 11
Lembaga Keuangan syariah tidak menjalakan pada
semestinya 1 0 1 0 2
Ya karena tidak memilki
bunga 2 1 3 5 11
Belum islami 2 2 2 1 7
Ya karena produk bersifat
(20)
Ya tanpa alasan 3 9 4 1 17
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.19, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan islami, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 17 responden. Dari 17 responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 1,5 juta sampai dengan 3 juta.
Tabel 4.20
Persepsi Responden Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Akan Memberikan Penyelesaian Masalah Nasabah Berdasarkan Kelompok
Pendapatan
LKS Akan Memberikan Penyelesaian Masalah
Kelompok Pendapatan
Total < 1,5 1,5 - 3 3,1 - 5 > 5
Ya dengan memberikan
layana call center 0 2 2 0 4
Ya akan mendapatkan
perhatian yang lebih kepada
nasabahnya 0 1 0 1 2
Lembaga Kuangan Syariah membrikan pinjaman uang
dengan bunga yang kecil 1 2 3 5 11
ya karena Lembaga
Keuangan Syariah takut nasabah beralih ke Lembaga
Keuangan yang lain 1 1 1 0 3
Ya tanpa alasan 7 7 6 3 23
Tidak 0 2 4 1 7
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.20, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah akan memberikan penyelesaian masalah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 23 responden. Dari 23
(21)
responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 1,5 juta sampai dengan 3 juta dan di bawah 1,5 juta.
Tabel 4.21
Persepsi Responden Lembaga Keuangan Syariah Pelayanan Cepat dan Mudah Berdasarkan Kelompok Pendapatan
LKS Pelayanan Cepat dan Mudah
Kelompok Pendapatan
Total < 1,5 1,5 - 3 3,1 - 5 > 5
Lumayan mudah dan cepat 0 0 2 0 2
Sesuai lembaga
keuangannya 0 1 4 0 5
Belum tentu 1 1 0 1 3
Tidak 0 3 1 3 7
Iya tanpa alasan 8 10 9 6 33
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.21, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah pelayanan cepat dan mudah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 33 responden. Dari 33 responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 1,5 juta sampai dengan 3 juta.
Tabel 4.22
Persepsi Responden Kepada Karyawan Lembaga Keuangan Syariah S terhadap Kelompok Pendapatan
Karyawan LKS yang Ramah dan Sopan
Kelompok Pendapatan
Total < 1,5 1,5 – 3 3,1 - 5 > 5
Semua karyawan Lembaga
Keuangan Syariah sopan 1 1 1 0 3
Iya karena selalu ucpkan salam 0 3 1 0 4
Ya tanpa alasan 8 11 14 10 43
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.22, untuk pernyataan mengenai karyawan lembaga keuangan syariah yang ramah dan sopan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 43 responden. Dari 43
(22)
responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 3,1 juta sampai dengan 5 juta.
Tabel 4.23
Persepsi Responden terhadap Jenis Formulir yang Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh berdasarkan Kelompok Pendapatan
Jenis Formulir yang Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh
Kelompok Pendapatan
Total < 1,5 1,5 - 3 3,1 - 5 > 5
Sesuai lembaga keuanganya 0 0 3 1 4
Tidak 0 1 0 2 3
Iya tanpa alasan 9 14 13 7 43
Total 9 15 16 10 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.23, untuk pernyataan mengenai jenis formulir yang selalu tersedia dan mudah diperoleh, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 43 responden. Dari 43 responden tersebut, mayoritas responden berpendapatan 1,5 juta sampai dengan 3 juta.
4.3.3 Pendidikan – Persepsi Responden Mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan
Tabel 4.23 dibawah menjelaskan hubungan antara umur terhadap persepsi masyarakat mengenai lembaga keuangan syariah.
Tabel 4.24
Persepsi Responden Terhadap Dasar Memilih Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Dasar Memilih Lembaga Keuangan Syariah
Pendidikan
Total
SMA D-3 S1
Mudah dan dekat 3 0 0 3
Berbasis keagamaan 3 0 3 6
Terhindar dari riba 13 4 8 25
Sedikit potongan 2 1 3 6
Lebih aman 2 1 3 6
Ingin mencoba 1 0 1 2
Bersistem baik 1 0 1 2
Total 25 6 19 50
(23)
Berdasarkan Tabel 4.24, untuk pernyataan dasar memilih lembaga keuangan syariah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan menghindari riba, yakni sebanyak 25 responden. Dari 25 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 4.25
Persepsi Responden Terhadap Tingkat Kepercayaan terhadap Lembaga Keuangan syariah Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Tingkat Kepercayaan Pendidikan Total
SMA D-3 S1
Menjujung syariah Islam 5 0 3 8
Tidak tahu 2 0 0 2
Lembaga keuangan syariah berbeda
dengan Lembaga kuangan konvensional 1 0 1 2
Banyak mengunakan Lembaga
Keuangan Syariah 1 0 2 3
Bank syariah kurang terbuka terhadap 0 1 1 2
Memiliki kata syariah 1 0 1 2
Aman dan baik 3 0 6 9
Lembaga Keuangan Syariah Berpedoman
dari Alquran dan sunnah 0 0 1 1
YA. Tanpa alasan 12 5 4 21
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.25, untuk pernyataan mengenai tingkat kepercayaan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya, tanpa alasan, yakni sebanyak 21 responden. Dari 21 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 4.26
Persepsi Responden Terhadap Keuntungan dan Lebih Adil Secara Ekonomi Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Lebih Untung dan Lebih Adil Secara Ekonomi
Pendidikan
Total
SMA D-3 S1
Lembaga konvensional dan Lembaga keuangan
Syariah tidak ada yang berbeda 1 0 0 1
Sesuai akad di awal 1 1 3 5
(24)
Lembaga Keuangan Syariah lebih memguntugan 6 1 6 13
Memberikan kuntugan sesuai akad 1 0 2 3
Sedikit potongan 4 0 2 6
Lembaga Keuangan Konvensional dan syariah
sama-sama menguntungkan 3 1 2 6
Adil secara ekonomi namun tidak lebih untung 1 1 2 4
Tidak terlalu 3 0 0 3
Ya, tanpa alasan 1 2 1 4
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.26, untuk pernyataan mengenai lebih untung dan lebih adil secara ekonomi, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan lembaga keuangan syariah memberikan keuntungan, yakni sebanyak 13 responden. Dari 13 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 4.27
Persepsi Responden Terhadap sifat Saling Menguntungkan Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Bersifat Saling Menguntungkan Pendidikan Total SMA D-3 S1
Sesuai akad dan perjanjian diawal 4 2 5 11 Bersifat universal banyak
menguntungkan 5 0 3 8
Tidak semua dapat menerimnya 2 1 1 4
Bagi nasabah muslim menguntungkan 1 0 1 2 Lembaga Keuangan Syariah tidak
mengunakan bunga 4 1 5 10
Ya tanpa alasan 5 1 3 9
Tidak tanpa alasan 4 1 1 6
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.27, untuk pernyataan mengenai bersifat saling menguntungkan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan tergantung perjanjian, yakni sebanyak 11 responden, dan juga responden banyak menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan 9 responden. Dari 11 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA dan S1.
(25)
Tabel 4.28
Persepsi Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah Adalah Lembaga Keuangan Islami berdasarkan Kelompok Pendidikan
LKS Adalah Lembaga Keuangan Islami
Pendidikan
Total
SMA D-3 S1
Mengikuti dahlil sunnah 4 1 6 11
Lembaga Keuangan syariah tidak
menjalakan pada semestinya 1 0 1 2
Ya karena tidak memilki bunga 7 1 3 11
Belum islami 3 1 3 7
Ya karena produk bersifat islami 1 0 1 2
Ya tanpa alasan 9 3 5 17
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.28, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan islami, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 17 responden. Dari 25 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA dan S1.
Tabel 4.29
Persepsi Responden Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Akan Memberikan Penyelesaian Masalah Nasabah Berdasarkan Kelompok
Pendidikan LKS Akan Memberikan
Penyelesaian Masalah
Pendidikan
Total
SMA D-3 S1
Ya dengan memberikan layana call
center 2 0 2 4
Ya akan mendapatkan perhatian
(26)
Lembaga Kuangan Syariah membrikan pinjaman uang dengan
bunga yang kecil 6 0 5 11
ya karena Lembaga Keuangan Syariah takut nasabah beralih ke
Lembaga Keuangan yang lain 2 0 1 3
Ya tanpa alasan 14 4 5 23
Tidak 1 2 4 7
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.29, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah akan memberikan penyelesaian masalah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 23 responden. Dari 23 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 4.30
Persepsi Responden Lembaga Keuangan Syariah Pelayanan Cepat dan Mudah Berdasarkan Kelompok Pendidikan
LKS Pelayanan Cepat dan Mudah Pendidikan Total
SMA D-3 S1
Lumyan mudah dan cept 1 0 1 2
Tergntung lembaganya 3 1 1 5
Belum tentu 1 0 2 3
Tidak 5 0 2 7
Iya tanpa alasan 15 5 13 33
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.30, untuk pernyataan mengenai lembaga keuangan syariah pelayanan cepat dan mudah, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 33 responden. Dari 33 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA dan S1.
(27)
Tabel 4.31
Persepsi Responden terhadapKaryawan Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Karyawan LKS yang Ramah dan Sopan
Pendidikan
Total
SMA D-3 S1
Semua karyawan Lembaga
Keuangan Syariah sopan 2 0 1 3
Iya karena selalu ucapkan salam 1 0 3 4
Ya tanpa alasan 22 6 15 43
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.31, untuk pernyataan mengenai karyawan lembaga keuangan syariah yang ramah dan sopan, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 43 responden. Dari 43 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 4.32
Persepsi Responden terhadap Jenis Formulir yang Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh berdasarkan Kelompok Pendidikan
Jenis Formulir yang Selalu Tersedia dan Mudah
Diperoleh
Pendidikan
Total
SMA D-3 S1
Tergantung lembaga 1 0 3 4
Tidak 2 0 1 3
Iya, tanpa alasan 22 6 15 43
Total 25 6 19 50
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.32, untuk pernyataan mengenai jenis formulir yang selalu tersedia dan mudah diperoleh, diketahui mayoritas responden menjawab dengan pilihan ya tanpa alasan, yakni sebanyak 43 responden. Dari 25 responden tersebut, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA.
(28)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis menarik kesimpulan atas penelitian Analisis persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan dan memberikan saran-saran yang mungkin bisa bermanfaat bagi lembaga keuangan syariah untuk peningkatan daya saing pada masa yang akan datang. Strategi-strategi ini dapat diterapkan atau dimanfaatkan Lembaga Keuangan syariah, agar dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan .
5.1 Kesimpulan
1. Untuk pernyataan dasar memilih lembaga keuangan syariah, mayoritas responden menjawab dengan jawaban untuk menghindari riba. tingkat kepercayaan, mayoritas responden menjawab dengan jawaban ya tanpa alasan. lebih untung dan lebih adil secara ekonomi, mayoritas responden menjawab dengan jawaban lembaga keuangan syariah memberikan keuntungan sesuai akad.
2. Untuk pernyataan bersifat saling menguntungkan, mayoritas responden menjawab tergantung perjanjian dan lembaga keuangan syariah tidak terpatok pada bunga. lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan islami, mayoritas responden menjawab dengan jawaban ya tanpa alasan, mengikuti dahlil-sunnah, dan tidak memiliki bunga. lembaga keuangan syariah akan memberikan penyelesaian masalah, mayoritas responden menjawab dengan jawaban ya tanpa alasan dan lembaga keuangan syariah memberikan pinjaman dengan beban yang kecil.
(29)
3. Untuk pernyataan lembaga keuangan syariah cepat dan mudah, mayoritas responden menjawab dengan jawaban ya tanpa alasan, dan tidak. lembaga keuangan syariah yang ramah dan sopan, mayoritas responden menjawab dengan jawaban ya tanpa alasan. jenis formulir yang selalu tersedia dan mudah diperoleh, mayoritas responden memberikan jawaban ya tanpa alasan.
5.2 Saran
1. Bagi masyarakat Islam, harus lebih selektif lagi dalam memilih produk investasi seperti asuransi. Jangan hanya melihat pada keuntungan yang diperoleh, tetapi dilihat dari manfaat yang didapat sudah sesuai dengan yang dihalalkan dalam fiqh muamalah.
2. Bagi pemerintah sebagai regulator atau pembuat kebijakan diharapkan memfasilitasi keberadaan asuransi syariah, yaitu dengan membuat undang-undang yang khusus mengatur masalah-masalah mengenai asuransi syariah agar tetap berjalan dengan lancar dan baik.
(30)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan menurut SK Mentri Keuangan RI No.792 Tahun 1990, merupakan semua badan yang kegiatannya dibidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat guna untuk membiayai investasi perusahaan. Menurut Dahlan lembaga keuangan merupakan badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset bentuk aset keuangan atau tagihan (claims) dibandingkan dengan aset nonfinasial atau aset riil.lembaga keuangan memberikan pembiayaan/kredit kepada nasabah dan menanamkan dananya dalam surat surat berharga. Sedangkan menurut Kasmir lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dan kedua-duanya (Soemitra, 2010:27-28).
Secara umum keberadaan lembaga keuangan dibagi menjadi dua yaitu : (Burhanuddin, 2010:15)
1. Lembaga Keuangan Bank
Menurut Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang N0. 7 Tahun 1992, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyratakt dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga keuangan bukan bank adalah semua bdan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan
(31)
menyalurkan dalam masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.
2.2 Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait (Soemitra, 2010:35). Lembaga keuangan syariah dapat dibedakan menjadi :
2.2.1 Bank Syariah
Pengertian perbankan syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam Undnag-Undang No. 21 tahun 2008 Unit UsahaSyariah dapat diartikan sebagai unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang bertfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Arif, 2012:97).
Bank syariah secara umum terbagi menjadi dua macam, yaitu: (Burhanuddin, 2010:44)
1. Bank Umum Syariah, adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaraan. Bank umum syariah tidak dapat dikonversi menjadi bank umum konvensional, tetapi sebaliknya bank umum konvensional setelah mendapat izin dari Bank Indonesia dapat dikonversi menjadi bank umum syariah.
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank pembiayaan rakyat syariah tidak dapat dikonversi menjadi bank perkreditan
(32)
rakyat. Berbeda dengan bank umum syariah, bank pembiayaan rakyat syariah tidak diizinkan membuka kantor cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar negeri.
2.2.2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Arif, 2012:197).
2.2.3 Asuransi Syariah
Secara terminilogi asuransi syariah adalah tentang tolong-menolong, sedang secara umum asauransi syaraiah adalah sebagai salah satu cara untuk mengatasi terjadinya musibah dalam kehidupan, dimana manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan bencana yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri, keluarga, atau perisahaan yang diakibatkan oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit, dan usia tua. Dalam fatwa DSN MUI asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantra sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah (Arif, 2012:214).
2.2.4 Perusahaan Pembiayaan Syariah
Perusahaan Pembiayaan Syariah dapat diartikan sebagai pembiayaan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil, yang dalam operasinya tidak boleh bertentangan dengan prinsip dan aturan syariat (Arif, 2012:245).
(33)
2.2.5 Pegadaian Syariah
Secara terminologi, gadai adalah pinjam-meminjam uang dengan menyerahkan barang dan batas waktunya (jika telah sampai waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak yang orang yang memberikan pinjaman). Gadai dalam bahasa arab adalah ar-rahn, secara terminilogi ar-rahn adalah tetap, kekal, dan jaminan. Gadai juga dapat disebut al-habsu yang artinya penahanan (Arif, 2012:278).
2.2.6 Dana Pensiun Syariah
Dana pensiun syariah adalah dan apensiun yang dikelola dan dijalankan berdasrkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangn dana syariah di Indonesia lambat tetapi dapat mendorong perkembangan dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini , dana pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang dilakukan oleh beberapa bank dan asuransi syarih. Kondisi ini yang menunjukkan melambannya pertumbuhan dana syraiah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain keterbatasan regulasi, keterbatasan instrumen investasi, belum jelasnya tata kelola dan apensiun syariah, kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya dana pensiun syariah (Arif, 2012:300).
2.2.7 Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan bertabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, dibutuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarkat setempat dengan berlandaskan sistem ekonomi yang salaam yang berartkan keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan (Arif, 2012:317).
(34)
Pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang oleh syariat, seperti unsur riba, perjudian, bersifat spekulasi, dan lain-lain. Pasar modal syariah secara prinsip sangat berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah sudah di terbitkan di pasar modal Indonesia, seperti dalam bentuk saham dan obligasi dengan kriteria tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya, terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undang di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, dan cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah (Arif, 2012:343-345).
2.2.9 Lembaga Amil Zakat
Ditunjau dari segi bahasa kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu (keberkahan), al-namaa (pertumbuhan dan Perkembangan), ath-thaharatu (kesucian), dan ash-shalahu (keberesan). Secara terminologi istilah yang digunakan dalam pembahasan fiqh Islam adalah mengeluarkan sebagian dari harta tertentu yang telah mencapai nishab (takaran tertentu yang menjadi batas minimal harta tersebut diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya), diberikan kepada yang berhak menerimanya (berdasarkan pengelompokan yang terdapat dalam Al-Quran) dan harta tersebut merupakan milik smepurna (milik sendiri dan tidak dapat kepemilikan orang lain di dalamnya) serta telah genap usia pemilikannya selama setahun (haul). Dalam Undnag-Undang No.38 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 2, zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang
(35)
dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (Arif, 2012:375).
2.2.10 Lembaga wakaf
Secara umum wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. tahbisul ashli adalah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dan sejenisnya. Secara istilah wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas materi benda untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya. Murut Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hambal, wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti memindahkan kepemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukar-menukar atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tidak dapat diwariskan (Arif, 2012:407).
2.3 Perkembangan Lembaga Keuangan
Pada akhir 2013, perbankan syariah Indonesia telah menjadi bank ritel terbesar di dunia yang memiliki 17,3 juta nasabah, 2.990 kantor bank, 1.267 layanan syariah dan 43 ribu karyawan. Bahkan, bank syariah di Indonesia memiliki pangsa bagi hasil terbesar di dunia sebesar 30,1persen di pertengahan 2014. Bank syariah di Indonesia juga telah dikenal di seluruh dunia sebagai bank syariah yang tidak diragukan karena fatwa-fatwa terkait operasi bank syariah dikeluarkan oleh komite fatwa nasional yang kredibel dan independen, yaitu Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia atau DSN-MUI. Karena sifatnya yang tidak diragukan tersebut, bank-bank syariah di negara lain banyak yang mencontoh bank-bank syariah di Indonesia.
(36)
Selain itu, pasar modal syariah di Indonesia telah berkembang menjadi The Most Advanced Islamic Retail Stock Exchange di dunia karena Indonesia adalah negara pertama di dunia yang menerapkan sistem online trading syariah. Indonesia telah menjadi The Leading SovereignSukuk Issuer di dunia karena Indonesia telah menjadi sovereign sukuk issuer terbesar kedua di dunia dengan rasio sukuk per Produk Domestik Brutor (PDB) yang masih rendah sehingga memiliki potensi pengembangan yang besar.
Keuangan mikro syariah di Indonesia juga telah berkembang menjadi The largest Islamic Microfinance di dunia karena Indonesia adalah negara yang memiliki Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) paling bervariasi, jumlah paling besar dengan nasabah paling banyak (khususnya Baitul Maal wa Tamwil atau BMT), yang memiliki Pedoman Akad Syariah (PAS) satu-satunya di dunia. Selain itu, Indonesia juga memiliki jumlah nasabah keuangan syariah terbesar di dunia mencapai 37,3 juta, lebih besar dari jumlah penduduk Malaysia yang hanya 29,8 juta.
Bank Indonesia merupakan salah satu bank sentral dari 10 negara terbesar di dunia, dan bank sentral terbesar yang menerapkan sistem moneter ganda. Dengan demikian, keuangan syariah Indonesia telah menjelma menjadi kiblat baru keuangan syariah dunia Pengamat Syariah sekaligus Direktur Karim Consulting Indonesia Adiwarman Azwar Karim meyakini bahwa Indonesia adalah kiblat baru keuangan syariah dunia. Hal tersebut terlihat dari penetrasi kantor cabang dan nasabah bank syariah. "Saya setuju kalau penetrasi dilihat dari jumlah kantor cabang dan nasabah.
Indonesia juga terdapat 1,5 persen penduduk yang menolak bertransaksi dengan bank konvensional karena riba adalah haram. Tiga juta penduduk di Indonesia menolak perbankan konvensional, sedangkan di Malaysia, hanya 0,1 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 150 ribu orang yang menolak transaksi perbankan. Sedangkan di Oman
(37)
sekitar 14,2 persen dari jumlah penduduk atau kurang dari 150 ribu ( Republika, 7 November 2014).
Pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan dan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan angka yang positif. Pertumbuhan positif ini memberi harapan besar bagi masa depan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia di masa depan. Pesatnya pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia tidak terlepas dari besarnya dukungan umat Islam. Ini akan mempercepat gerakan ekonomi syariah, bukan saja dalam batas pertimbangan emosional, namun yang lebih penting lagi melalui pilihan rasional. Karenanya tuntutan untuk penyediaan Sumber Daya Manusia yang handal untuk menumbuh kembangkan ekonomi syariah menjadi tuntutan yang harus secepatnya dilakukan (Nuruddin dalam Analisa, 17 Mei 2014).
2.4 Perbedaan antara Riba dengan Bagi Hasil
Kecenderungan masyarakat mengunakan sistem bungan (interest/usury) bertujuan untuk mengoptimalkan kepentingan pribadi, sehingga kurang memperhatikan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya. Berbeda dengan sistem bagi hasil (profit sharing), yang berorientasi pada kemitraan untuk mencapai kemaslahatan bersama.
(38)
Tabel 2.1
Perbedaan Bagi hasil dengan Bunga Bank (Burhanuddin, 2010:43)
No Bagi Hasil Bunga
1
Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
Penentuan besarnya bunga di buat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
2
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang pinjamkan
3
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang di jalankan nasabah merugi atau tidak
4
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat 5 Keabsahan bagi hasil tidak ada yang
meragukan
Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk Islam
2.5 Persepsi
Seseorang yang bermotivasi dan bertindak oleh pandangannya tentang situasi,persepsi (perception) adalah proses dimana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Poin utamanya adalaj bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan yang fisik, tetapi juga pada hubungan rangsangan terhadap bidang yang mengelilinginnya dan kondisi dalam setiap diri kita. Seseorang mungkin menganggap wiraniagayang berbicara dengan cepat bersifat agresif dan tidak jujur; orang lain menggapnya rajin dan membantu. Masing masing orang akan merenspon secara berbeda terhadp wiraniaga.Persepsi lebih penting daripada realitas, karena persepsi mempengaruhi prilaku aktual konsumen. Orang bisa mempunyai skripsi berbeda tentang yang sama karena tiga proses pemahaman: atensi selektif, distorsi selektif dan retensi selektif (Kotler philip. :179).
(39)
2.6 Usia
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantari, 1998). Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005). Semakin tua usia seseoarang maka akan semakin banyak pengalaman sesorang tersebut serta pemahaman yang diperolehnya.
2.7 Pendidikan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pendidikan merupakan memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin dalam wawasan yang diperoleh seseorang tersebut.
2.8 Pendapatan
Menurut (Gilarso: 1998) pendapatan atau penghasilan adalah sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam kategori, yaitu :
1. Upah atau gaji adalah balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dalam hubungan kerja dengan orang atau instansi lain (sebagai karyawan yang dibayar).
2. Laba usaha sendiri adalah balas karya untuk pekerjaan yang dilakukan sebagai pengusaha, yaitu mengorganisir produksi, mengambil keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung resikonya sendiri entah sebagai petani, buruh, maupun pedagang dan sebagainya.
3. Laba Perusahaan (Perseroan) adalah laba yang diterima atau diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum.
(40)
4. Sewa adalah jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama.
5. Penghasilan campuran (Mixed Income) adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha seperti : petani, tukang, warungan, pengusaha kecil, dan sebagainya disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai kombinasi unsur-unsur pendapatan :
a. Sebagian merupakan upah untuk tenaga kerja sendiri.
b. Sebagian berupa sewa untuk tanah/ alat produksi yang dimiliki sendiri.
c. Sebagian merupakan bunga atas modalnya sendiri. d. Sisanya berupa laba untuk usaha sendiri.
6. Bunga adalah balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang. Besarnya balas jasa ini biasanya dihitung sebagai persen ( % ) dari modal dan disebut tingkat atau dasar bunga (rate off) (Gilarso, 1998: 380)
Perusahaan yang ingin berkembang dan mendapatkan keunggulan kompetitif harus dapat memberikan produk berupa barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Penyerahan lebih cepat, dan pelayanan yang baik kepada para pelanggan. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada industri jasa, pelayanan sangat penting dikelola perusahaan dengan baik. Pelayanan merupakan penilaian atau sikap secara menyeluruh yang berhubungan dengan pelayanan sebagai hasil dari perbandingan antara harapan pelanggan dan persepsi atas kinerja pelayanan sebenarnya ( Berry, et, al,a; gronroos dalam Dian, 2007). Gronross ( dalam Parasurman, 1985 )
(41)
2.9 Penelitian Sebelumnya
Sebagai pelajaran dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan judul yang diambil peneliti. Penelitian tersebut diantaranya :
1. Skipsi yang Berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan
Syariah di Yogyakarta” oleh Amir Mu’allim (2003). Hasil dari penilitiannya
yaitu lembaga keuangan syariah harus memperbaiki profesionalnya, sehingga menumbuhkan gambaran harapan kedepannya lembaga keuangan syriah tersebut serta dapat member manfaat yang lebih luas. Upaya dalam meningkatkan profesionalitas ini harus lebih banyak memperhatikan hubungan diantara lembaga keuangan syariah dan konsumennya. Selain itu komitmen inovasi yang tinggi juga dapat menjadi salah satu dalam pengambilan keputusan untuk memperikan daya tarik kepada masyarakat.
2. Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Umum Terhdap Bank Syariah di
Medan” oleh Dian Ariani (2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarkat di kota Medan terhadap bank syariah yaitu usia, pendidikan, dan pelayanan. Dalam penilitian ini variabel-variabel yang mempengaruhi persepsi masyarakat tersebut berpengaruh positif dan signifikan. Dalam penelitian variabel pelayanan memliki pengaruh atau lebih berkontribusi dalam menentukan persepsi masyarakat terhadap bank syariah.
3. Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Banda Aceh Terhadap Pembukaan
Bank Syariah BNI Cabang Banda Aceh” oleh Laudryans Husein (2002). Hasil penelitian ini bahwa masyarakat Banda Aceh kurang antusias untuk beralih dari bank konvensional ke bank syariah, dan memanfaatkan produk-produk
(42)
bank syariah. Sehingga berdasarkan persepsi masyarakat tersebut, diperlukan suatu strategi pemasaran yang tepat untuk merubah persepsi masyarakat Banda Aceh dalam memanfaatkan produk-produk bank syariah. Usaha menetapkan strategi pemasarn tersebut dilakukan dengan menganalisis lingkungan pemasaran kotamadya Banda Aceh, mikro dan makro, dan didukung pula oleh strategi promosi untuk merepost/benak masyarakat.
2.10 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Pada gambar diatas dapat dijelaskan persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah dapat dilihat dari beberapa faktor seperti Usia, Pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Ini berarti bahwa faktor Usia sangat mempengaruhi persepsi masyarakat hal ini dikarenakan semakin tinggi usia seseorang akan meningkatkan atau pemahamanya tentang lembaga keuangan syariah. Begitu juga dengan pendidikan, pendapatan dan pekerjaan, semakin tinggi tingkat pendidikan, pendapatan dan pekerjaan seseorang akan meningkatkan pemahaman seseorang terhadap lembaga keuangan syariah
Lembaga Keuangan
Syariah pendapatan
Pendidikan Usia Persepsi
Masyarakat
(43)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi besar bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi terbesar adalah Jawa Timur. Sekitar 96,76% penduduk Jatim atau 36,65 juta jiwa adalah pemeluk Islam. Ekonomi dan keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat dapat menjadi solusi bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat Indonesia, yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun dalam pengembangannya, sangat diperlukan sinergi dari berbagai institusi pusat maupun daerah, termasuk Bank Indonesia sebagai bank sentral (Syariah Finance, 2015).
Memasuki dekade ketiga dalam dalam perkembangan industri keuangan syariah, Indonesia disebut menepati peringkat ketiga di dunia. Peringkat tersebut berdasarkan jumlah kelembagaan terbanyak dari lembaga keuangan syariah. Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dari jumlah kelembagaan, dan total aset peringkat sembilan dunia, dengan aset sebesar USD 35,63 miliar atau pangsa pasar dunia 2,1 persen (Okezone, 2015).
Sektor keuangan saat ini masih dianggap menjadi primadona karena paling diminati dan makin berkembang dalam ekonomi syariah. Jumlah global lembaga keuangan syariah, termasuk bank, asuransi serta perusahaan investasi dan pembiayaan, telah lebih dari 1.500 lembaga. Penerimaan global terus tumbuh, seolah ada persaingan antara keuangan syariah dan konvensional. Keuangan syariah memiliki berbagai manfaat. Manfaat tersebut diantaranya yakni mempunyai daya tarik yang bersifat universal. Ini merupakan penawaran lebih baik dengan cara yang lebih etis dalam melakukan bisnis. Sejak krisis keuangan global, ada
(44)
kekhawatiran terhadap perbankan konvensional terutama dalam melakukan bisnis dan produknya yang berisiko tinggi (ICMI, 2015).
Keuangan syariah diyakini masih dapat dieksplorasi lebih maksimal untuk pembangunan infrastruktur. Konferensi ini diarahkan untuk membahas penggalian potensi bagi pemerintah dan sektor swasta dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur melalui sektor keuangan syariah baik itu Perbankan Syariah atau Pasar Modal Syariah (Syariah Finance, 2015).
Jasa perbankan syariah di Sumatera Utara (Sumut) masih tersalur di 10 kabupaten atau kota dari 33 kabupaten/ kota di Sumut. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 menyatakan seluruh pihak baik regulator maupun pemerintah daerah terkait, khususnya seluruh umat islam, bertanggung jawab guna mengoptimalkan pemberdayaan sistem keuangan syariah sebagai alternatif media penggerak dan pemacu ekonomi umat.
Sistem keuangan syariah telah berkembang pesat selama dua dasa warsa sejak kelahiran bank syariah pertama di tanah air, bahkan tidak hanya sebatas perbankan syariah, tetapi melingkupi juga industri keuangan non-bank syariah seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, perusahaan pembiayaan syariah, obligasi syariah, reksadana syariah, dan aktivitas pasar modal syariah lainnya. Di sektor perbankan, kami melihat bahwa hingga quartal I 2015 jumlah jaringan kantor perbankan syariah nasional telah tumbuh sebesar 9,28% atau dari 431 menjadi 471.
Sementara itu, khusus untuk Sumatera Utara, statistik kami menunjukkan bahwa dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Sumut, baru 10 kabupaten /kota yang telah tersalurkan layanan jasa perbankan syariah. Oleh karena itu, hal ini menjadi tanggung jawab kita semua (tidak hanya regulator ataupun pemda terkait), seluruh
(45)
umat islam khususnya bertanggung jawab mengoptimalkan pemberdayaan sistem keuangan syariah sebagai alternatif media penggerak dan pemacu ekonomi umat.
OJK bersama dengan stakeholders keuangan syariah mendorong dilaksanakan Kampanye Nasional Aku Cinta Keuangan Syariah yang bertujuan meningkatkan kesadaran kolektif seluruh stakeholders ekonomi dan keuangan syariah untuk memahami dan mencintai produk serta aktivitas keuangan syariah guna mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah sehingga dapat berkontribusi mendorong kemajuan perekonomian, mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi nasional dan daerah, yang tujuan akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Nasabah perbankan syariah saat ini sudah mencapai sekitar 18 juta rekening, jumlah entitas lembaga keuangan mikro di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia (sebagian berbentuk BMT dan koperasi jasa keuangan syariah), serta salah satu negara penerbit sukuk negara terbesar dan satu-satunya negara yang menerbitkan sukuk ritel.
Untuk itu, guna mencapai keinginan menjadi leader dalam pengembangan keuangan syariah dan memanfatkan perkembangan sektor jasa keuangan syariah maka lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah terkait agar bersama sama mendukung pengembangan sektor jasa keuangan syariah, mengatasi berbagai hambatan perkembangan industri ini, dan secara sinergis melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor jasa keuangan syariah.
Data OJK per Maret 2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional dan 163 BPRS dengan total aset sebesar Rp264,81 triliun dengan pangsa pasar 4,88%. Sementara jumlah pelaku Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah 98 lembaga di luar LKM, yang terdiri atas usaha jasa takaful (asuransi syariah) yang mengelola aset senilai Rp23,80 triliun, disamping usaha pembiayaan syariah yang mengelola aset senilai Rp19,63 triliun.
(46)
Secara nasional pangsa pasar IKNB syariah hingga triwulan I 2015 telah mencapai 3,93% dibanding total aset IKNB, dengan porsi terbesar diperankan oleh perusahaan asuransi jiwa syariah Rp19.387 miliar dan perusahaan pembiayaan syariah Rp19.630 miliar. 375 perwakilan perusahaan IKNB selain pasar modal yang ada di Sumatera Utara dapat berperan dalam mendukung pengembangan manfaat jasa keuangan syariah bagi masyarakat Sumut (Jelas Berita, 2015).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Persepsi Masyarakat Tehadap Lembaga Keuangan Syariah di Kota
Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan.
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang ada pada rumusan masalah di atas yaitu
1. Untuk mengetahui persepsi masyakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian pasti mengharapkan penelitian mempunyai manfaat tertentu bagi dirinya sendiri khususnya dan bagi orang lain pada umumnya. Manfaat penelitian ini yaitu :
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni sebagai alat dan bahan pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan khususnya yang
(47)
berkaitan dengan pengembangan Lembaga Keuangan Syariah khususnya di Kota Medan.
Masyarakat Umum, yakni sebagai sumber informasi ilmiah dalam menentukan keputusan dan kegiatan terutama yang berkaitan dengan Lembaga Keuangan Syariah.
(48)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif sehingga tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling sebanyak 50 responden sebagai sampel. Penelitian ini mengumpulkan bukti empiris dengan menyebarkan kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kota Medan yang memiliki atau pernah berhubungan dengan lembaga keuangan syariah di Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan dengan analisis crosstab, diketahui mayoritas responden memiliki persepsi mengenai Lembaga Keuangan Syariah dalam pemilihan Lembaga Keuangan Syariah adalah menghindari riba dan mengikuti dalil sunnah. Di samping itu, persepsi mayoritas responden mengenai Lembaga Keuangan Syariah adalah Lembaga Keuangan Syariah tidak membebani nasabah dengan bunga. Kemudian mayoritas responden memiliki persepsi bahwa di Lembaga Keuangan Syariah memiliki karyawan yang ramah dan sopan.
(49)
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine has the public perceptions of Islamic Financial Institutions in Medan.the research is categorized to descriptive qualitative so that is not to test hipotesis. This data which is used in this research is the primary and secondary data. Sampling technique is taken by purposive sampling of 50 respondent as the sample. The research collects emperical evidance by distributing questionnaires. Respondents in this research is the whole society in Medan or a city that had contact with Islamic Financial Institutions in Medan. Based on the results of the research i did with crosstab analysis, known to the majority of respondents have a perception about Islamic Financial Institutions in the choise of Islamic Financial Institutions is be avoid usuary and following argument of the Sunnah. In addition, the perception of the majority of respondents regarding Islamic Financial Institutions is the Islamic Financial Institutions are not assessment client to interest. Then the majority of respondents have the perception that Islamic Financial Institutions have employees were friendly and polite.
(50)
SKRIPSI
ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI KOTA MEDAN
OLEH
ZULFIKAR 120501032
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(51)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif sehingga tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling sebanyak 50 responden sebagai sampel. Penelitian ini mengumpulkan bukti empiris dengan menyebarkan kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kota Medan yang memiliki atau pernah berhubungan dengan lembaga keuangan syariah di Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan dengan analisis crosstab, diketahui mayoritas responden memiliki persepsi mengenai Lembaga Keuangan Syariah dalam pemilihan Lembaga Keuangan Syariah adalah menghindari riba dan mengikuti dalil sunnah. Di samping itu, persepsi mayoritas responden mengenai Lembaga Keuangan Syariah adalah Lembaga Keuangan Syariah tidak membebani nasabah dengan bunga. Kemudian mayoritas responden memiliki persepsi bahwa di Lembaga Keuangan Syariah memiliki karyawan yang ramah dan sopan.
(52)
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine has the public perceptions of Islamic Financial Institutions in Medan.the research is categorized to descriptive qualitative so that is not to test hipotesis. This data which is used in this research is the primary and secondary data. Sampling technique is taken by purposive sampling of 50 respondent as the sample. The research collects emperical evidance by distributing questionnaires. Respondents in this research is the whole society in Medan or a city that had contact with Islamic Financial Institutions in Medan. Based on the results of the research i did with crosstab analysis, known to the majority of respondents have a perception about Islamic Financial Institutions in the choise of Islamic Financial Institutions is be avoid usuary and following argument of the Sunnah. In addition, the perception of the majority of respondents regarding Islamic Financial Institutions is the Islamic Financial Institutions are not assessment client to interest. Then the majority of respondents have the perception that Islamic Financial Institutions have employees were friendly and polite.
(1)
6. Bapak Rujinan, MA, selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. 9. Seluruh pegawai dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan. 10. Kepada teman-teman dan semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf dan tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Amin
Medan, Mei 2016 Penulis,
Zulfikar
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Permasalahan ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Lembaga Keuangan ... 6
2.2 Lembaga Keuangan Syariah ... 7
2.2.1 Bank Syariah ... 7
2.2.2 Bank Pembiayaan Syariah... 8
2.2.3 Asuransi Syariah ... 8
2.2.4 Perusahaan Pembiayaan Syariah ... 9
2.2.5 Pegadaian Syariah ... 9
2.2.6 Dana Pensiun ... 9
2.2.7 Baitul Mal Wat Tamil ... 10
2.2.8 Pasar Modal Syariah ... 10
2.2.9 Lembaga Amil Zakat... 11
2.2.10 Lembaga Wakaf ... 11
2.3 Perkembangan Lembaga Keuangan ... 12
2.4 Perbedaan antara Riba dan Bagi Hasil ... 14
2.5 Persepsi ... 15
2.6 Usia .. ... 16
2.7 Pendidikan ... 16
2.8 Pendapatan ... 16
2.9 Pekerjaan... ... 18
2.10 Penelitian Sebelumnya ... 19
2.10 Kerangka Konseptual ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 22
(3)
3.6 Populasi dan Simpel ... 24
3.6.1 Populasi ... 24
3.6.2 Simpel ... 24
3.7 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 24
3.7.1 Jenis Data ... 24
3.7.2 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.8 Teknik Analisis Data ... 25
BAB IV PEMBAHASAN... 4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 26
4.2 Gambaran Responden ... 27
4.2.1Profil Usia Responden... 28
4.2.2 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan ... 28
4.2.3 Profil Responden Berdasarkan Pendapatan ... 29
4.2.4 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 30
4.3 Analisis Crosstab ... 30
4.3.1Umur - Persepsi Masyarakat Mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan ... 30
4.3.2 Pendapatan - Persepsi Masyarakat Mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan ... 36
4.3.3 Pendidikan – Persepsi Masyarakat Mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan ... 42
4.3.4 Pekerjaan – Persepsi Masyarakat Mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan... 48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 57
(4)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Perbedaan Bagi hasil dengan Bunga Bank ... 14
4.1 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Medan ... 27
4.2 Profil Responden Berdasarkan Umur... 28
4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan ... 29
4.4 Profil Responden Berdasarkan Pendapatan ... 29
4.5 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 30
4.6 Persepsi Responden Memilih Lembaga Keuangan SyariahBerdasarkan Umur ... 31
4.7 Persepsi Responden Kepada Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Umur ... 31
4.8 Persepsi Responden Bahwa LembagaKeuangan Syariah Lebih Menguntungkan Dan Adil Berdasarkan Kelompok Umur... 32
4.9 Persepsi Responden Kepada Sifat Saling Menguntungkan Berdasarkan Kelompok Umur ... 33
4.10 Persepsi RespondenTerhadapLembaga Keuangan Syariah Adalah Lembaga Keuangan IslamiBerdasarkan Kelompok Umur ... 34
4.11 Persepsi Responden TerhadapTingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Umur ... 34
4.12 Persepsi Responden Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Akan Memberikan Penyelesaian Masalah NasabahBerdasarkan Kelompok Umur ... 35
4.13 Persepsi Responden Lembaga Keuangan Syariah PelayananCepat dan Mudah BerdasarkanBerdasarkan Kelompok Umur ... 35
4.14 Persepsi Responden Terhadap Jenis Formulir yang Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh berdasarkan Kelompok Umur ... 36
4.15 Persepsi Responden Memilih Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Pendapatan ... 37
4.16 Persepsi Responden Kepada Tingkat Kepercayaan TerhadapLembaga Keuangan Syariah Berdasarkan Kelompok Pendapatan ... 37
4.17 Persepsi Responden Bahwa Lembaga Keuangan Syariah Lebih Menguntungkan Dan Adil Berdasarkan Kelompok Pendapatan ... 38
(5)
Menguntungkan Berdasarkan Kelompok Pendapatan ... 39 4.19 Persepsi RespondenTerhadapLembaga Keuangan Syariah
Adalah Lembaga Keuangan IslamiBerdasarkan
Kelompok Pendapatan ... 39 4.20 Persepsi Responden TerhadapTingkat Kepercayaan
Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan
Kelompok Pendapatan ... 40 4.21 Persepsi Responden Terhadap Lembaga Keuangan
SyariahAkan Memberikan Penyelesaian Masalah
NasabahBerdasarkan KelompokPendapat ... 41 4.22 Persepsi Responden Lembaga Keuangan Syariah
Pelayanan Cepat dan Mudah Berdasarkan
Kelompok Pendapatan ... 41 4.23 Persepsi Responden Terhadap Jenis Formulir yang
Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh berdasarkan
Kelompok Pendapatan ... 42 4.24 Persepsi Responden Memilih Lembaga Keuangan
SyariahBerdasarkan Pendidikan... 42 4.25 Persepsi Responden Kepada Tingkat Kepercayaan
TerhadapLembaga Keuangan Syariah Berdasarkan
Kelompok Pendidikan ... 43 4.26 Persepsi Responden Bahwa Lembaga Keuangan
Syariah Lebih Menguntungkan Dan Adil
Berdasarkan Kelompok Pendidikan ... 44 4.27 Persepsi Responden Kepada Sifat Saling
Menguntungkan Berdasarkan Kelompok Pendidikan ... 44 4.28 Persepsi RespondenTerhadapLembaga Keuangan
SyariahAdalah Lembaga Keuangan Islami
BerdasarkanKelompok Pendidikan ... 45 4.29 Persepsi Responden TerhadapTingkat Kepercayaan
Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Berdasarkan
Kelompok Pendidikan ... 46 4.30 Persepsi Responden Terhadap Lembaga
Keuangan SyariahAkan Memberikan Penyelesaian
Masalah NasabahBerdasarkan Kelompok Pendidikan... 46 4.31 Persepsi Responden Lembaga Keuangan Syariah
PelayananCepat dan Mudah Berdasarkan
KelompokPendidikan ... 47 4.32 Persepsi Responden Terhadap Jenis Formulir yang
Selalu Tersedia dan Mudah Diperoleh berdasarkan
(6)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman