19
2.1.7 Aliran Kas Bebas Free Cash Flow
Free cash flow atau aliran kas bebas merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan
lagi untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap Ross et al, 2000 dalam Damayanti, 2006 : 7. Sementara Menurut Jensen 1986 dalam Keown dkk, 2010 :
162 “Free cash flow adalah kas yang melebihi dana yang dibutuhkan untuk semua proyek yang punya NPV positif dan didiskontokan pada biaya modal yang
relevan.” Free cash flow dapat digunakan untuk pembelanjaan modal dengan
orientasi pertumbuhan, pembayaran utang dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam
suatu perusahaan maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran utang dan deviden.
Jensen 1986 kemudian mengemukakan bahwa free cash flow yang banyak bisa mengakibatkan perilaku menyimpang para manajer dan keputusan
buruk tidak sesuai dengan kepentingan terbaik pemegang saham perusahaan. Dengan kata lain, manajer punya insentif untuk menahan free cash flow dan
bermain-main dengannya, ketimbang melepasnya, seperti pembayaran dividen misalnya Keown dkk, 2010 : 162.
Untuk menghindari perilaku menyimpang manajer terhadap pemanfaatan free cash flow, kebijakan utang menjadi salah satu solusi didalam menekan risiko
penyimpangan. Hal ini sesuai dengan hipotesis control untuk penciptaan utang menurut Jensen dalam Keown dkk. 2010 :162 yang menjelaskan bahwa:
20
Dengan penggunaan utang, pemegang saham akan menikmati control lebih besar akan manajer mereka. Dengan adanya utang maka manajer
diwajibkan untuk melunasi utang-utang itu sekaligus mengurangi banyaknya free cash flow yang bisa dimain-mainkan oleh manajemen. Hal
ini juga disebut sebagai hipotesis ancaman, karena manajemen bekerja dalam ancaman kegagalan keuangan, maka manajemen akan bekerja lebih
efisien.
2.1.8 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas
menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor Christine dkk, 2012 : 180.
Profitabilitas dapat diukur melalui beberapa rasio, diantara rasio margin laba Pendapatan bersih Penjualan, assets turn over Penjualan bersih total
aset, Return on investment atau return on equity Laba bersih rata-rata modal, return on assets Laba bersih rata-rata total aset, basic earning power EBIT
total aset, Earning per share laba bagian saham bersangkutan jumlah salaham, dan contribution margin Laba kotor penjualan Harahap, 2011: 304-306.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menggunakan utang yang relatif kecil karena memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian
besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang. Hal
ini sejalan dengan pendapat Myers 2006: 492-493 yang menyarankan manajer untuk menggunakan pecking order theory untuk keputusan pendanaan. Pecking
21
order merupakan urutan penggunaan dana untuk investasi yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama, kemudian selanjutnya oleh utang dan ekuitas.
Implikasinya adalah adanya hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan debt ratio.
2.1.9 Struktur Aset