2.1.2 Komunikasi Massa
Konsep komunikasi massa pertama kali diciptakan pada tahun 1920-an atau 1930-an untuk diterapkan pada kemungkinan baru untuk komunikasi publik
yang muncul dari pers massa, radio, dan film. Media-media ini memperbesar khalayak potensial melampaui minoritas yang melek huruf. Hal yang juga secara
esensial baru adalah gaya industrial dan skala organisasi produksi dan penyebaran. Populasi yang besar dari negara bangsa dapat dijangkau secara kurang lebih
bersamaan dengan sebagian besar konten yang sama, sering kali konten yang membawa cap persetujuan dari mereka yang memiliki kekuasaan politik dan
sosial. Media massa pers, film, dan radio yang waktu itu baru, bersama juga dengan musik rekaman, juga memunculkan varian baru dari ‘budaya populer’, di
mana ideologi politik dan sosial sering kali menempel. Severin Komala, dalam Karlinah. 1999, mengemukakan bahwa
komunikasi massa pada intinya merupakan komunikasi yang menggunakan saluran media untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan secara
massal, bertempat tinggal jauh, heterogen, anonim dan menimbulkan efek-efek tertentu.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999, yakni:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi disampaikan kepada khalayak yang banyak, namun tidak menggunakan media
massa, maka itu bukan komunikasi massa. Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa menjadi:
“Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999.
Melalui definisi itu, kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya dalam hal komponen
yang terlibat di dalamnya, juga proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Denis
Universitas Sumatera Utara
McQuail menjelaskan proses komunikasi massa yang sekaligus menjelaskan ciri atau karakteristik komunikasi massa sebagai berikut.
• Ciri utama yang paling jelas yang dimiliki media massa adalah bahwa institusi ini dirancang untuk dapat menjangkau masyarakat luas. Potensi
audiens dipandang sebagai kumpulan orang dalam jumlah besar yang memiliki sifat tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu pula hubungan
antara pengirim pesan sender dan penerima pesan receiver, adalah tidak saling mengenal.
• Pengirim, dalam hal ini adalah organisasi media massa atau komunikator profesional, seperti wartawan, penyiar, produser, artis, dan sebagainya
yang bekerja untuk organisasi media massa yang bersangkutan. Pengirim dapat pula terdiri atas suara-suara di masyarakat yang diberikan
kesempatan untuk menggunakan saluran media massa, baik dengan cara membayar ataupun gratis, seperti pemasang iklan, ataupun politisi,
pendakwah, pejabat, dan sebagainya. • Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu pihak one-sided
dan tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu saja impersonal dan terdapat jarak sosial dan jarak fisik yang memisahkan kedudukan pengirim
dan penerima pesan. • Pengirim pesan biasanya memiliki lebih banyak otoritas, keahlian dan juga
gengsi prestige dibandingkan penerima pesan. • Hubungan antara pengirim dan penerima pesan tidak saja bersifat
asimetris, namun juga kalkulatif dan manipulatif. Pada dasarnya, hubungan antara pengirim dan penerima pesan adalah bersifat non-moral,
yang didasarkan atas jasa yang dijanjikan atau diminta melalui kontrak tidak tertulis, namun tidak ada keharusan untuk memenuhinya.
• Pesan komunikasi massa memiliki ciri dirancang dengan cara yang sudah distandarkan produksi massa dan kemudian diproduksi dalam jumlah
banyak. • Audiens media massa terdiri atas kumpulan besar orang yang terletak
tersebar dan bersifat pasif karena tidak memiliki kesempatan untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan respons atau berpartisipasi dalam proses komunikasi dengan cara yang alami orisinil.
• Audiens media massa pada umumnya menyadari bahwa mereka adalah bagian dari audiens yang lebih besar, namun mereka memiliki hubungan
atau pengetahuan yang terbatas dengan audiens lainnya. • Audiens yang bersifat massa itu terbentuk untuk sementara waktu karena
adanya hubungan yang bersifat serentak dengan pengirim sumber, sedangkan eksistensi audiens itu sendiri tidak pernah ada kecuali dalam
catatan industri media Morissan, Wardhani dan Hamid, 2010. Menurut Alexis S. Tan, fungsi komunikasi dapat beroperasi dalam empat
hal. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut Nurudin, 2009: 65.
Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan
No. Tujuan komunikator Penjaga sistem
Tujuan komunikan Menyesuaikan diri pada sistem: pemuasan kebutuhan
1. Memberi Informasi
Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.
2. Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam
masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
3. Mempersuasi
Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam
masyarakatnya. 4.
Menyenangkan, memuaskan
kebutuhan komunikan
Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah
yang dihadapi.
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick 2001, terdiri dari surveillance pengawasan, interpretation penafsiran, linkage
Universitas Sumatera Utara
keterkaitan, transmission of values penyebaran nilai dan entertainment hiburan Ardianto dan Erdinaya, 2004: 15.
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: 1 warning or beware surveillance pengawasan peringatan, terjadi ketika media
massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan
militer; 2 instrumental surveillance pengawasan instrumental, adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-
produk baru, resep makanan dan sebagainya. Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa
tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memutuskan peristiwa-
peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana editorial surat kabar dan komentar radio siaran atau
televisi. Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk linkage pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya hubungan para pemuka partai politik dengan
pengikut-pengikutnya ketika membaca berita surat kabar mengenai partainya yang dikagumi oleh para pengikutnya itu.
Fungsi penyebaran atau sosialisasi mengacu pada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran
masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.
Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.
Tidak dapat dibantah bahwa kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang
ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati
Universitas Sumatera Utara
hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, TTS, dan berita yang mengandung human interest sentuhan
manusiawi.
2.1.3 Uses and Gratifications Theory