Hal ini secara filosofis menjamin dua hal yang prinsipil dalam penyiaran, yaitu: diversity of content keragaman konten dan diversity of ownership
keragaman kepemilikan. Sebagai wujud peran serta masyarakat, UU ini memberi kewenangan
kepada KPI Komisi Penyiaran Indonesia baik di pusat maupun daerah untuk mengawasi dan membina penyiaran radio dan televisi di daerah masing-masing.
Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan masyarakat lokal dalam sistem penyiaran itu dapat disalurkan melalui penyiaran radio dan televisi. Selanjutnya KPI mewakili
masyarakat, atas perintah UU Penyiaran mengeluarkan Pedoman Perilaku Penyiaran P3 dan Standar Program Siaran SPS sebagai pedoman dan rujukan
untuk membuat konten radio dan televisi yang sesuai dengan kebebasan berekspresi dan menyalurkan pendapat. Di dalam P3 dan SPS, khususnya Pasal 53
3, menyatakan program siaran dapat menggunakan bahasa asing sebagai pengantar:
Program siaran dapat menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bahasa asing dalam pemberitaan hanya boleh disiarkan paling banyak 30 tiga puluh per seratus dari seluruh waktu siaran per hari;
b. wajib menyertakan teks dalam Bahasa Indonesia, dengan pengecualian program khusus berita bahasa asing, pelajaran bahasa asing, pembacaan
kitab suci, siaran olahraga atau siaran langsung; c. sulih suara paling banyak 30 tiga puluh per seratus dari jumlah
program siaran berbahasa asing dari seluruh waktu siaran per hari; dan d. program yang disajikan dengan teknologi bilingual tidak termasuk sebagai
program yang disulihsuarakan.
2.2 Kerangka Konsep
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang
diperoleh dari pengamatan Kriyantono, 2010: 17. Bungin 2005: 67 mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Anteseden
Variabel Anteseden merupakan variabel yang biasanya digunakan untuk memprediksi atau diasumsikan menjadi sebab. Variabel anteseden
mendahului variabel pengaruh. Variabel ini sangat berpengaruh pada motif. Variabel Anteseden dalam penelitian ini adalah karakteristik responden
yang meliputi: • Jenis kelamin
• Hobi • Usia
2. Variabel Bebas X Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi program berbahasa Mandarin kategori
entertainment Radio 95.9 City FM. 3. Variabel Terikat Y
Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel Terikat dalam penelitian ini
adalah pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin. Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat disusun model teoritis
sebagai berikut: Gambar 2.4
Model Teoritis Variabel Anteseden
- Jenis kelamin - Hobi
- Usia Penggunaan Media
- Frekuensi - Curahan waktu
- Intensitas - Materi acara
- Kualifikasi penyiar Motif
- Kognitif - Personal Diversi
- Personal Identity Efek
- Kepuasan - Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
2.3 Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Variabel Penelitian
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel Anteseden • Jenis kelamin
• Hobi • Usia
2. Variabel Bebas X Konsumsi Radio 95.9 City FM
1. Motif mendengarkan City FM: • Kognitif
• Personal Diversi • Personal Identity
2. Frekuensi mendengar 3. Curahan waktu mendengar
4. Intensitas mendengar 5. Materi acara
6. Kualifikasi penyiar 3. Variabel Terikat Y
Pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin
• Kepuasan • Pengetahuan
2.4 Definisi Operasional