• Pesan komunikasi radio akan cepat sampai. Pesan komunikasi radio dapat diterima dengar segera, dengan hitungan detik. Pesan tersebut harus
disajikan demi topik topikal, terkini, memancing tanggapan yang segera. • Radio diterima sebagai hiburan. Pendengar biasanya tertarik
mendengarkan radio pada saat dia santai dan perlu teman, dia sedih sehingga perlu pelipur lara, dan pada saat dia selesai bekerja untuk
menghilangkan rasa penat. • Radio dipercaya sebagai sumber berita. Untuk informasi yang tidak bias
yang tidak berat sebelah, informasi dan petunjuknya dapat dipercaya dan merupakan media massa yang dapat diterima langsung oleh masyarakat
pendengar. • Radio dapat digunakan oleh semua orang. Pendengar tidak harus pandai
baca tulis. Bahkan tuna netra pun dapat mendengar informasi melalui radio.
• Radio tidak memerlukan sajian visual. Berbeda dengan televisi, radio tidak menyajikan gambar. Pada penyajian nilai informasi itulah radio memiliki
keunggulan.
2.1.5 Sistem Penyiaran di Indonesia
Salah satu hasil reformasi di Indonesia tahun 1998 adalah dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. UU ini memberi ruang demokratisasi
dan kebebasan masyarakat untuk mengekspresikan aspirasinya melalui Sistem Penyiaran Nasional Indonesia. Dalam UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 13,
disebutkan bahwa: 1 Jasa penyiaran terdiri atas:
a. jasa penyiaran radio; dan b. jasa penyiaran televisi.
2 Jasa penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan oleh: a. Lembaga Penyiaran Publik;
b. Lembaga Penyiaran Swasta; c. Lembaga Penyiaran Komunitas; dan
d. Lembaga Penyiaran Berlangganan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini secara filosofis menjamin dua hal yang prinsipil dalam penyiaran, yaitu: diversity of content keragaman konten dan diversity of ownership
keragaman kepemilikan. Sebagai wujud peran serta masyarakat, UU ini memberi kewenangan
kepada KPI Komisi Penyiaran Indonesia baik di pusat maupun daerah untuk mengawasi dan membina penyiaran radio dan televisi di daerah masing-masing.
Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan masyarakat lokal dalam sistem penyiaran itu dapat disalurkan melalui penyiaran radio dan televisi. Selanjutnya KPI mewakili
masyarakat, atas perintah UU Penyiaran mengeluarkan Pedoman Perilaku Penyiaran P3 dan Standar Program Siaran SPS sebagai pedoman dan rujukan
untuk membuat konten radio dan televisi yang sesuai dengan kebebasan berekspresi dan menyalurkan pendapat. Di dalam P3 dan SPS, khususnya Pasal 53
3, menyatakan program siaran dapat menggunakan bahasa asing sebagai pengantar:
Program siaran dapat menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bahasa asing dalam pemberitaan hanya boleh disiarkan paling banyak 30 tiga puluh per seratus dari seluruh waktu siaran per hari;
b. wajib menyertakan teks dalam Bahasa Indonesia, dengan pengecualian program khusus berita bahasa asing, pelajaran bahasa asing, pembacaan
kitab suci, siaran olahraga atau siaran langsung; c. sulih suara paling banyak 30 tiga puluh per seratus dari jumlah
program siaran berbahasa asing dari seluruh waktu siaran per hari; dan d. program yang disajikan dengan teknologi bilingual tidak termasuk sebagai
program yang disulihsuarakan.
2.2 Kerangka Konsep