Dalam bentuk diagram bloknya, persamaan 1.31 diatas akan nampak seperti pada Berdasarkan penurunan hukum Fisika pada jawaban a, maka parameter- parameter Jika model proses sistem Heat exchanger kita anggap linear, serta sistem tersebut

setiaone.iwangmail.com 38 Kco t dt d T T in T + − = θ θ θ 1.27 dalam hal ini: konstanta waktu proses : w V T ρ = gain statis proses: cw K K ps = Dengan mencari transformasi laplace untuk ke dua ruas persamaan 1.27 diatas, maka akan diperoleh persamaan 1.28 berikut: 1 1 1 s Ts s co Ts K s in T θ θ + + + = 1.28 Jika ketidak homogenan kondisi di dalam heat exchanger ikut diperhitungkan, maka temperature yang terbaca di sisi outlet heat exchanger tersebut secara praktis akan mengalami keterlambatan delay yang nilainya akan berbanding terbalik dengan besar laju fluida, atau secara matematis dapat ditulis seperti terlihat pada persamaan 1.29. L t t T − = θ θ 1.29 dengan : θ : perubahan temperature fluida output disekitar nilai steady awalnya o w K L L = C ; K L s e s T Ls θ θ − = = konstanta keterlambatan dalam kawasan laplace persamaan 1.29 diatas dapat direpresentasikan seperti nampak pada persamaan 1.30 dibawah: 1.30 dengan mensubsitusikan persamaan 1.28 ke dalam persamaan 1.30 maka didapat: 1 1 s Ts e s co Ts Ke s in Ls Ls θ θ + + + = − − 1.31 Berdasarkan persamaan 1.31 nampak bahwa dinamika proses nilai parameter proses akan sangat tergantung pada titik kerja debit fluida yang temperature-nya akan diregulasi: Semakin besar debit fluida maka proses semakin tidak sensitif gain statis –K semakin kecil, kecepatan respon semakin cepat konstanta waktu-T semakin kecil dan Keterlambatan transportasi-L semakin kecil perhatikan penjelasan pada persamaan 1.27 dan 1.29

b. Dalam bentuk diagram bloknya, persamaan 1.31 diatas akan nampak seperti pada

gambar 1.42 berikut: setiaone.iwangmail.com 39 Ke -Ls Ts+1 e -Ls Ts+1 θ in co + + perubahan output kontroler Perubahan temperature fluida input gangguan perubahan output proses pv θ Proses Gambar 1.42. Diagram blok Sistem Kontrol Heat Exchanger Diagram blok pada gambar 1.42 diatas pada dasarnya dapat disederhanakan seperti nampak pada gambar 1.43. Ke -Ls Ts+1 1 K θ in co + + perubahan output kontroler Perubahan temperature fluida input gangguan perubahan tmperature fluida output pv θ Gambar 1.43. Diagram blok Sistem Kontrol Heat Exchanger alternative

c. Berdasarkan penurunan hukum Fisika pada jawaban a, maka parameter- parameter

proses heat exchanger dapat dihitung sebagai berikut: 10 20 1000 2 . = = = x w V T ρ menit 6 . 20 4000 48000 = = = x cw K K ps o 5 . 2 20 50 = = = w K L L C menit Dengan mensubsitusikan parameter diatas pada persamaan 1.31, maka model proses heat exchanger disekitar daerah kerjanya tersebut adalah: 1 10 1 10 6 . 5 . 2 5 . 2 s s e s co s e s i s s θ θ + + + = − − 1.32

d. Jika model proses sistem Heat exchanger kita anggap linear, serta sistem tersebut

benar-benar terisolasi dengan lingkungan luar sehingga tidak terjadi pertukaran panas dengan lingkungannya maka variabel input-output model proses pada persamaan 1.32 pada dasarnya dapat kita tulis dalam bentuk variabel nominalnya variabel yang terukur sensor --lihat persamaan 1.33 dan diagram prosesnya pada gambar 1.44. setiaone.iwangmail.com 40 1 10 1 10 6 . 5 . 2 5 . 2 s s e s CO s e s i s s Θ + + + = Θ − − 1.33 dengan : Θ = Temperature fluida output nominal CO = Output Kontroler nominal in Θ = Temperature fluida input nominal Heat exchanger CO Fluida in Fluida out Power amplifier Pengaduk H in Θ in Θ ΤΤ ΤΤ Pompa Variabel nominal yang terukur sensor Variabel nominal yang terukur sensor Variabel nominal Gambar 1.44. Model Heat exchanger dianggap benar-benar linear Untuk mengetahui harga akhir atau nilai output proses dalam keadaan steady-nya, kita dapat menggunakan relasi pada persamaan 1.2 hanya saja karena prosesnya linear serta semua variabel input telah diakomodasi dalam persamaan, maka variabel deviasi pada persamaan tersebut, pada dasarnya langsung dapat diganti dengan variabel nominalnya: Hubungan sinyal kontrol dan temperature fluida input dengan temperature output pada keadaan steady: in d K CO K Θ + = Θ . Berdasarkan model, diketahui bahwa gain statis proses -- K = 0.6 dan gain statis gangguan --K e - Nilai temperature fluida output pada keadaan steady untuk besar sinyal kontrol nominal 0 dapat dicari = 1. Dengan demikian: in x Θ + = Θ 6 . atau: in Θ = Θ setiaone.iwangmail.com 41 Berdasarkan persamaan terakhir nampak bahwa jika besar sinyal kontrol sama dengan 0, maka temperature fluida output pada dasarnya akan selalu sama dengan temperature fluida input-nya. - Nilai temperature fluida output pada keadaan steady untuk besar sinyal kontrol nominal sebesar 100 sinyal kontrol maksimum dan temperature fluida input 25 o C dapat dicari in d K CO K Θ + = Θ . . 25 1 100 6 . x x + = Θ 85 = Θ o - Besar sinyal kontrol yang diperlukan untuk membawa temperature fluida di sisi output sehingga menetap pada nilai 65 celcius o C anggap temperature fluida input bernilai 20 o C dapat dicari in d K CO K Θ + = Θ . . 20 1 6 . 65 x xCO + = 6 . 20 65 − = CO 75 = CO Contoh 1.9 Penurunan hukum fisika Model Kontrol proses level fluida dengan penggerak pompa penghisap Tinjau diagram Proses pada gambar 1.45 berikut: LT Q i = Q i + q i Pompa PV = PV + pv CO = CO + co Q out = Q out + q out Gambar 1.45. Sistem Kontrol level fluida dengan penggerak pompa Pertanyaan a. Carilah model matematis antara deviasi level fluida dalam tangki terhadap perubahan sinyal kontrol pompa dan debit fluida input disekitar nilai kesetimbangannya. setiaone.iwangmail.com 42

b. Berdasarkan jawaban a, Carilah model matematis untuk sistem kontrol tersebut jika