Filipina telah memiliki badan independen hak asasi manusia NHRI. Indonesia bahkan memiliki Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia serta Komisi Nasional Perempuan. Beberapa negara juga telah meratifikasi Konvensi ILO 182 dan Konvensi ILO 138 meskipun undang-undang
nasional tentang pekerja anak belum cukup kuat untuk menjamin perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi mungkin dan kerja. Adapun isu HAM yang terjadi
di negara ASEAN yaitu :
1. MALAYSIA
Pemerintah Malaysia mengkhawatirkan tingginya kasus kekerasan fisik dan pelecehan seksual yang menimpa anak-anak di bawah umur di negeri itu.
Mengutip catatan Kantor Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat Malaysia , kasus pelecehan seksual yang melibatkan anak perempuan
begitu mengkhawatirkan, bahkan angka kasus anak laki-laki yang dilecehkan secara seksual cukup signifikan. Pun anak-anak di bawah umur yang disiksa
secara fisik dan ditelantarkan oleh pengasuhnya, mengalami peningkatan. Data statistik pada kementerian tahun 2010 menunjukkan, sebanyak 3.257
anak menjadi korban pelecehan, dengan 1.019 di antaranya anak laki-laki. Angka tersebut menunjukkan kenaikan pada 2011 menjadi 3.428 kasus. Anak laki-laki
yang menjadi korban juga meningkat menjadi 1.253 orang. Tahun lalu, kasus pelecehan anak membengkak menjadi 3.831 kasus yang dilaporkan. Sementara
korban perempuan muda mencapai 2.544 orang. Sementara itu, ada sekitar 1.000 kasus kekerasan terhadap anak yang tercatat hingga Maret tahun 2013 ini.
Kementerian menyatakan, anak-anak mengalami penganiayaan fisik, seperti yang diklasifikasikan dalam Pasal 17 1 a dan b Anak Act 2001, terdiri jumlah
tertinggi kasus yang dicatat. Sebanyak 846 dari 3.257 kasus yang terjadi pada tahun 2010 diklasifikasikan sebagai kekerasan fisik, dengan 32 kasus yang
tercatat sebagai pelecehan emosional. Kasus kekerasan fisik meningkat menjadi 1.062 kasus pada 2011, dan 1.080 kasus pada 2012. Pada tahun 2010, sebanyak
871 perempuan dan 66 anak laki-laki mengalami pelecehan seksual. Catatan pada
Universitas Sumatera Utara
tahun berikutnya menunjukkan, 789 perempuan dan 35 laki-laki anak mengalami penganiayaan. Jumlah tersebut meningkat dari tahun lalu menjadi 908 perempuan
dan 55 laki-laki. Selama triwulan pertama 2013 saja, ada 268 kasus pelecehan seksual yang melibatkan anak-anak perempuan, sementara pada korban anak laki-
laki ada 13. Kementerian juga mengungkapkan adanya peningkatan kasus anak-anak
yang ditelantarkan. Tahun lalu, 1.051 anak-anak yang ditinggalkan oleh pengasuhnya dan kebutuhan dasar mereka, seperti pakaian, makanan dan
pendidikan, diabaikan.Menurut pihak kementerian, ini merupakan peningkatan dari 927 kasus penelantaran pada tahun 2010 dan 814 kasus pada tahun
sebelumnya. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap anak biasanya terjadi dalam keluarga yang memiliki kombinasi faktor risiko, yang
termasuk orang tua atau wali dengan stres yang berhubungan dengan pekerjaan, masalah keuangan, dan perkawinan.
Orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah lebih rentan terhadap pelanggaran, seperti status ekonomi keluarga. Ketidakmampuan orang
tua untuk mengasuh anak-anak mereka dan diri mereka sendiri sambil menyeimbangkan pekerjaan yang penuh tekanan, adalah salah satu alasan
mengapa mereka melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada anak-anak mereka, demikian pernyataan dari kementerian. Faktor eksternal, seperti jenis lingkungan,
latar belakang keluarga, dan pengaruh media, juga saling berkait. Data tersebut menunjukkan, jumlah kasus penganiayaan yang tertinggi berada di perumahan
liar dan perumahan murah. Selain itu, faktor himpitan ekonomi juga memberikan kesempatan bagi predator seksual untuk mengambil keuntungan dari anak-anak.
36
36
Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Malaysia Mengkhawatirkan, diakses dari : http:m.batamtoday.comberita32152-Kasus-Kekerasan-Terhadap-Anak-di-Malaysia-Mengkhawatirkan.html
editor : Dodo pada tanggal 21 agustus 2013
Universitas Sumatera Utara
2. MYANMAR