14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asia Tenggara merupakan kawasan yang mencakup Indochina, dan Semenanjung Malaysia, serta pulau – pulau disekitarnya. Kawasan ini mempunyai
suatu institusi regional yang dikenal dengan ASEAN Association of Southeast Asian Nations yang resmi berdiri melalui Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus
1967. Organisasi ini dirintis oleh lima negara yang terdapat di kawasan Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Kawasan
ini terkenal dengan sistem pemerintahan yang otoriter. Sebelum terjadinya revolusi di Indonesia pada tahun 1998, tak ada satupun negara di kawasan ini
yang menganut sistem demokrasi murni. Bahkan sampai sekarang masih ada negara – negara dengan sistem pemerintahan bercorak komunis dan monarki.
Sebagai kawasan yang mayoritas anggotanya merupakan negara – negara baru merdeka pasca Perang Dunia II, maka pada awalnya yang melatarbelakangi
timbulnya kerjasama di kawasan adalah kebutuhan akan keamanan, karena tidak lama setelah Perang Dunia II berakhir, dunia segera memasuki era Perang Dingin,
dimana terjadi pertarungan pengaruh dan ideologi antara Uni Sovyet dan Amerika Serikat.
Keadaan ini kemudian menimbulkan inisiatif dari pemimpin – pemimpin negara dikawasan untuk membangun kerjasama agar tidak terjebak dalam arus
pertarungan kedua negara adidaya itu, dan juga keinginan untuk bebas
Universitas Sumatera Utara
15
menentukan nasib sendiri tanpa harus bergantung pada salah satu blok. Kerjasama ini kemudian meluas ke bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya.
Sebagai negara – negara yang baru merdeka, maka prioritas utama adalah pembangunan nasional dan stabilitas politik serta keamanan yang mendukung
untuk kemajuan ekonomi, terlepas dari apapun sistem pemerintahannya. Isu – isu lain seperti HAM tidak begitu mendapat perhatian, walau terjadi banyak kasus
pelanggaran di kawasan ini, seperti kasus Aung San Suu Kyi di Myanmar, dan juga kasus – kasus yang terjadi selama pemerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia. Pada tanggal 18 November 2012 di sahkannya, deklarasi HAM ASEAN di Phnom Phenn, Kamboja yang menandakan Deklarasi pertama tentang
HAM di regional Asia Tenggara. Pengesahan Deklarasi HAM di ASEAN menuai kontroversi bagi dunia, sebab, sebelumnya telah ada Deklarasi HAM yang di
bentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang cetuskan pada tanggal 10 Desember 1948 di Paris. Berbagai kritik timbul mengenai deklarasi HAM
ASEAN yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip universalitas HAM yang terkandung dalam Declaration Universal of Human Rights DUHAM tersebut.
Berdasarkan dalam deklarasi HAM ASEAN, misalnya disebutkan bahwa pemenuhan hak-hak yang dijamin dalam Deklarasi itu harus seimbang dengan
pemenuhan kewajiban-kewajiban”
1
, yang dikenakan pada “konteks nasional dan regional”, juga pertimbangan dari “latar belakang budaya, agama dan sejarah yang
berbeda”. Selain itu, semua hak-hak yang disediakan dalam Deklarasi akan tunduk pada pembatasan yang beragam alasannya termasuk juga pada konsep
keamanan nasional dan konsep “moral publik
2
1
Deklarasi HAM ASEAN Prinsip Umum no.6,7
. Yang harus diketahui bahwa tidak ada instrumen universal ataupun instrumen regional lain yang menerapkan
konsep keseimbangan antara pemenuhan hak-hak dan jaminan kebebasan terhadap tugas dan tanggung jawab perlindungan HAM. Sebaliknya, instrumen-
2
Deklarasi HAM ASEAN Prinsip Umum no.8
Universitas Sumatera Utara
16
instrumen tersebut dibentuk di atas gagasan bahwa konsep HAM merupakan hal yang melekat dan dimiliki semua orang tanpa ada pembedaan, bukan semacam
komoditas yang harus diperoleh. Hukum internasional dan praktik-praktiknya tidak mengizinkan pembatasan yang luas, yang memiliki efek, atau digunakan
untuk memberikan alasan terhadap praktik pelanggaran HAM yang juga dijamin di dalam Deklarasi ini. Sesungguhnya, hukum internasional mewajibkan kepada
seluruh negara-negara anggota ASEAN untuk menjalankan tugasnya, terlepas dari “konteks nasional dan regional” yang mereka miliki, untuk menghormati dan
melindungi semua kategori hak asasi manusia dan jaminan perlindungan kebebasan fundamental lainnya.
3
Para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa ASEAN memiliki latar belakang budaya yang beraneka ragam dan membentuk deklarasi HAM ASEAN
adalah standarisasi bagi warga negara ASEAN dan sudah berdiskusi dengan perwakilan masing-masing negara anggota mengenai isi dari deklarasi tersebut.
Negara-negara anggota ASEAN sangat cepat dalam meratifikasi konvensi- konvensi perlindungan terhadap HAM. diantaranya pada Konvensi Penghapusan
Diskriminasi terhadap Perempuan atau Convention On The Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women
CEDAW
,
Konvensi Hak Anak atau Convention of Children CRC.
Terkait persoalan HAM, terdapat beberapa persoalan pelanggaran HAM yang telah dan masih terjadi di kawasan ASEAN diantaranya, di Myanmar, salah
satu pelanggaran HAM terjadi terhadap tokoh demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi yang memenangkan pemilu tahun 1990 namun kemenangannya tidak diakui
oleh pemerintahan Myanmar yang bersifat diktator bahkan diasingkan selama 10 tahun. Tidak terlepas dari itu, pemerintahan kemudian diambil alih oleh junta
3
Deklarasi HAM ASEAN abaikan tekanan , diakses dari http:www.republika.co.idberitainternasionalasean121119mdps14-deklarasi-ham-asean-abaikan-tekanan
pada tanggal 2 april 2013
Universitas Sumatera Utara
17
militer yang semakin melakukan kekerasan terhadap penduduk sipil sebagai respon terhadap sejumlah penolakan kelompok-kelompok etnis untuk bergabung
dalam proses politik. Hal ini mendapat respon dari Human Right Watch tetapi tidak ada negara Asia yang turut berpartisipasi. Pelanggaran HAM juga sering
dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap kaum oposisi yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi, namun negara-negara ASEAN seperti tidak berdaya atau
kurang berminat melakukan tekanan yang lebih kuat terhadap junta militer Myanmar untuk melakukan perubahan politik menuju demokrasi di negara itu
selain itu isu mengenai pembantaian etnis Rohingya juga belum mendapatkan penanganan yang serius.
Kemudian, pelanggaran HAM di Kamboja terkait kasus genosida berupa kejahatan kemanusiaan yang terjadi pada era Pol Pot yang belum terselesaikan
dan konflik perbatasan Kamboja-Thailand atas klaim kuil Preah Vihear menimbulkan sejumlah penduduk menjadi korban serangan baku tembak antara
keduanya. Selanjutnya, di Thailand terdapat sejumlah aksi penembakan maupun pengeboman terhadap Melayu Pattani dari pemerintah pusat Thailand sebagai
respon separatisme. Di Malaysia juga terjadi pelanggaran HAM dalam bentuk diskriminasi rasial dan adanya pemberlakuan internal security act. Kemudian di
Filipina, terjadi pelanggaran HAM terkait terjadinya krisis demokrasi, di mana adanya penentangan pihak militer terhadap pemerintahan Marcos yang
menyebabkan pertumpahan darah dan perang sipil juga terkait pelanggaran HAM terhadap Moro-Mindanao, di Indonesia kekerasan dalam rumah tangga yang
menjadi korban adalah perempuan dan anak, selain itu perkosaan dan perlakuan diskriminasi terhadap perempuan dan anak marak terjadi di Indonesia. Kemudian
di Brunei terjadi diskriminasi terhadap pekerja migran khususnya perempuan. Hal yang tidak dapat dielakkan bahwa HAM kini telah menjadi salah satu
isu penting dalam kehidupan masyarakat suatu negara dan juga dalam kehidupan masyarakat internasional. Hal ini terlihat dari paparan kenyataan di atas di mana
Universitas Sumatera Utara
18
isu HAM ternyata telah mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat baik secara politik dan ekonomi maupun sosial dan budaya, baik dalam konteks
nasional maupun global. Sementara itu, sebagaimana juga diketahui, setiap negara saat ini sangat hirau dengan masalah image atau citra tentang perlindungan HAM
karena ikut menentukan martabat bangsa tersebut dalam pergaulan internasional. Ini artinya adalah bahwa HAM memang telah menjadi isu penting dalam
hubungan internasional dan tidak dapat diabaikan begitu saja oleh setiap negara di dunia. Di sisi lain, sejalan dengan gelombang demokratisasi yang melanda banyak
negara di dunia, tuntutan perbaikan dalam soal HAM juga datang dari lingkungan internal, yaitu rakyat yang semakin sadar akan hak-hak dasarnya sebagai warga
negara. Akan tetapi jika kita melihat begitu antusiasnya negara-negara anggota
ASEAN dalam meratifikasi konvensi-konvensi tersebut, ASEAN sangat peduli terhadap perlindungan HAM, sehingga ASEAN menyusun deklarasi HAM
ASEAN. Namun yang terjadi dalam implementasi kebijakan yang telah diratifikasi tersebut masih belum optimal. Banyak terjadi pelanggran HAM,
kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak di ASEAN yang sangat memprihatinkan. Menjadi sebuah pertanyaan besar kepada pemimpin-pemimpin
ASEAN, bagaimana hasil dari kinerja ratifikasi tersebut? Berbagai instrumen hukum HAM, baik internasional, regional maupun
domestik, sudah menjadi sebuah kesepakatan untuk dijalankan oleh negara dalam memberikan jaminan perlindungan kemerdekaan-kebebasan bagi setiap individu.
Sesuai dengan isi dari deklarasi HAM ASEAN pada prinsip ke-4 yaitu “Hak-hak perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, penyandang disabilitas, pekerja migran,
serta kelompok rentan dan terpinggirkan merupakan bagian dari hak asasi manusia dan kebebasan dasar yang melekat, menyatu, dan tidak terpisahkan”.
4
4
Deklarasi HAM ASEAN Prinsip No.4
.
Universitas Sumatera Utara
19
Akan tetapi bentuk implementasi hingga sekarang masih sangat kurang yang merasakan manfaat dari deklarasi ini. Meski demikian, tak putus harapan
bahwa yang terpenting adalah bagaimana menjamin implementasi dari deklarasi ini supaya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kepada semua pihak dari
pemangku kebijakan membantu untuk mensukseskan pelaksanaan deklarasi ini yaitu menjamin implementasi dan melaksanakan program-program yang sudah
direncanakan. Sedemikian pentingnya isu HAM tersebut, menjadi menarik untuk dikaji melalui tulisan ini, bagaimana upaya pemajuan dan perlindungan HAM
dilakukan dalam konteks hubungan internasional, terutama melalui aktor-aktor yang memiliki pengaruh dan juga dapat berperan secara internasional di berbagai
tingkatan. Maka, penulis berkeinginan untuk mengangkat persoalan ini menjadi judul skripsi yaitu : IMPLEMENTASI DEKLARASI HAM ASEAN DALAM
PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DAN ANAK.
B. Perumusan Masalah