Sistematika Penulisan Latar Belakang Sejarah Hak Asasi Manusia

40 anak-anak. Dan juga melakukan wawancara dengan beberapa anggota ASEAN atau informan yang berkaitan dengan ASEAN pada deklarasi HAM ASEAN. Kedua, penilaian atau menganalisis data. Pada tahap ini setelah peneliti mengumpulkan dan mendapatkan semua data yang mendukung atau membantu , penulis akan memisahkan bahan-bahan dan data yang diperoleh sesuai dengan sifatnya masing-masing.Kemudian penulis melakukan penilaian dan menganalisis data dan bahan yang tersedia. Ketiga, penyimpulan data yang diperoleh. Tahap ini adalah tahap terakhir penelitian ini. Dari hasil penilaian dan analisis yang penulis lakukan maka penulis mengambil kesimpulan yang dapat membantu dalam memahami penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatakan gambaran yang terperinci, dan untuk mempemudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan kedalam 4 bab yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang latar beakang masalah, perumusan masalah, kerangka teori atau pemikiran, metedologi penelitian, serta sistematika penelitian. BAB II : DESKRIPSI PELANGGARAN HAM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI ASEAN Pada bab ini akan diuraikan tentang awal sejarah perkembangan HAM di ASEAN, gambaran dari pelanggaran-pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak di ASEAN, perkembangan komisi-komisi HAM di ASEAN Universitas Sumatera Utara 41 BAB III : IMPLEMENTASI DEKLARASI HAM ASEAN DALAM PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DAN ANAK KHUSUSNYA DI INDONESIA Pada bab ini nantinya akan membahas secara garis besar hasil penelitian sekaligus menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan penelitian serta analisis terhadap implemenasi dekarasi HAM ASEAN dalam perlindungan Hak Perempuan dan Anak khususnya di Indonesia. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan terjawab pertanyaan apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun lembaga-lembaga yang terkait secara umum Universitas Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI PELANGGARAN HAM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI ASEAN

A. Latar Belakang Sejarah Hak Asasi Manusia

Awal dari perhatian internasional kepada hak-hak asasi manusia, setidak- tidaknya dari sudut pandangan hukum internasional, dapat ditelusuri baik dari perbudakan ataupun peperangan. Jika perjanjian multirateral pertama konvensi, yang bukannya suatu pertemuan melainkan sebuah instrumen hukum dianggap sebagai patokan, maka kepedulian internasional kepada hak-hak asasi manusia sudah mulai sejak kira-kira seratus dua puluh lima tahun yan lalu. Ironisnya , perjanjian multirateral yang pertama mengenai hak-hak asasi manusia timbul dari peperangan , dan cabang tertua dari undang-undang hak asasi manusia diabdikan untuk melindungi hak-hak asasi manusia dalam pertikaian bersenjata. 29 Prajurit yang mengalami keadaan demikan tidak lagi merupakan prajurit tempur aktif yang menjalankan tugas nasionalnya, dan hanya individu semata- mata yang membutuhkan pertolongan. Cara lain untuk menyatakan asas sentral tersebut adalah bahwa prajurit individual berhak atas sekurang-kurangnya pengharagaaan minimum bagi esensinya sebagai seorang pribadi, atas tingkat minimum dari perikemanusiaan sekalipun dalam peperangan yang menrupakan Pada tahun 1864 negara-negara besar pada masa itu kebanyakan negara barat menulis konvensi Geneva pertama untuk korban-korban pertikaian bersenjata. Perjanjian ini mencantumkan asas sentral bahwa petugas kesehatan harus dianggap netral sehingga mereka dapat merawat prajurit-prajurit yang sakit dan terluka. 29 Foesythe David P, Hak-hak Asasi Mnusia dan Politik Dunia, Angkasa Bandung: Bandung 1993, hlm 9 Universitas Sumatera Utara pengingkaran paling berat terhadap kemausiaan. Dari sudut hak-hak asasi manusia, sekalipun perjanjian itu tidak menggunakan kata-kata ini, prajurit tempur yang sakit dan terluka mempunyai hak akan perawatan medis, dan petugas-petuga kesehatan berhak untuk tidak diperlakukan sebagai sasaran militer. Martabat manusia mengamanatkan ketentuan demikian ini. B. Sejarah HAM di ASEAN 30 Dalam kesepakatan ini, bahwa ASEAN harus mempertimbangkan pembentukan mekanisme regional yang sesuai pada hak asasi manusia.” Sebelumnya, melalui kelompok studi dibentuk oleh PBB Komisi Hak Asasi Manusia , dimana gagasan Komisi HAM regional diperkenalkan. Berbagai resolusi PBB juga semakin menekankan pentingnya pembentukan mekanisme HAM regional, akan tetapi, tidak ada perkembangan lebih lanjut setelah Secara internal, ASEAN lebih dinamis politik dan ekonomi. ASEAN juga memiliki peran yang lebih penting di tingkat regional dan internasional. Isu hak asasi manusia yang diambil berlaku di ASEAN Charter, 15 Desember 2008 . Namun, isu-isu hak asasi manusia tetap sebagai masalah besar karena di setiap negara pihak pelanggaran hak asasi manusia, impunitas dan bahkan pembela hak asasi manusia terus mengalami risiko di lapangan. Isu hak asasi manusia pertama kali disebutkan dalam Deklarasi Bersama Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN- EC atau Joint Declaration of the ASEAN-EC Ministerial Meeting pada tahun 1978, yang isinya adalah sebagai berikut: ... Kerjasama internasional untuk mempromosikan dan menghormati hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua tanpa membedakan ras, jenis kelamin, dan agama harus ditingkatkan. Juli 1993 setelah Konferensi Dunia di Wina dalam 26th Joint Communiqué ASEAN-AMM: ASEAN mengakui bahwa hak asasi manusia saling terkait dan tak terpisahkan, itu menegaskan komitmennya untuk dan menghormati hak asasi manusia dan kebebasan fundamental sebagaimana diatur dalam Deklarasi Wina. 30 ADVANCING WOMEN’S AND CHILD RIGHTS IN ASEAN: ENGAGEMENT WITH THE ACWC, oleh : Damanik, Ahmad Taufan, Indonesia Representative to ACWC and Vice-Chair of ACWC Universitas Sumatera Utara komitmen tersebut. Karena itu, berbagai akademisi, aktivis dan masyarakat sipil LSM melanjutkan diskusi pada mekanisme regional tentang hak asasi manusia dan Kelompok Kerja Mekanisme HAM ASEAN 1996. Sejak itu, berbagai pertemuan tentang Hak Asasi Manusia telah diselenggarakan dengan dukungan dari berbagai lembaga internasional, misalnya pertemuan tahunan ASEAN-Institut Studi Strategis dan Internasional Seminar Hak Asasi Manusia atau the ASEAN-Institutes of Strategic and International Studies Colloquium on Human Rights AICOHR, pertemuan tahunan Asia- Europe atau Asia-Europe Meeting ASEM Informal Seminar on Human Rights ASEM Seminar Informal tentang Hak Asasi Manusia. Instrumen-instrumen hak asasi manusia yang telah ada yaitu diantaranya 31 1. Kuala Lumpur Agenda on ASEAN Youth Development 1997 Declaration of Principles to Strengthening ASEAN Collaboration on Youth 1983 : 2. Declaration on the Advancement of Women in ASEAN 1988 3. ASEAN Plan of Action on Children 1993 4. Yangon Declaration on Preparing ASEAN Youth for the Challenges of Globalization 2000 5. ASEAN declaration on the Commitments for Children in ASEAN 2001 6. Declaration on the commitment for Children 2001 7. Manila Declaration on Strengthening Participation in Sustainable Youth Employment 2003 8. ASEAN Declaration Against Trafficking in Persons Particularly Women and Children 2004 31 ADVANCING WOMEN’S AND CHILD RIGHTS IN ASEAN: ENGAGEMENT WITH THE ACWC, oleh : Damanik, Ahmad Taufan, Indonesia Representative to ACWC and Vice-Chair of ACWC Universitas Sumatera Utara 9. ASEAN Declaration on the promotion and protection of Migran Workers 2007 10. ASEAN Charter 2008

C. Isu Hak Asasi Manusia di ASEAN